Hacker Iran Coba Jual Info Trump ke Kubu Biden



Hacker Iran Coba Jual Info Trump ke Kubu Biden - credit to: fortune - pibitek.biz - Spam

credit to: fortune


336-280
TL;DR
  • Hacker Iran mencoba jual informasi curi dari tim kampanye Trump ke kubu Biden.
  • Mereka ngirim email nggak jelas ke orang-orang dekat Biden, tapi rencana mereka kandas karena email itu dianggap spam.
  • Upaya hacker Iran ini bagian dari rencana besar untuk ngadu domba rakyat Amerika dan merusak kepercayaan mereka terhadap sistem pemilihan.

pibitek.biz -Para hacker Iran punya ide gila nih, mereka coba jual informasi yang dicuri dari tim kampanye Donald Trump ke kubu Joe Biden. Mereka ngirim email nggak jelas ke orang-orang yang dekat sama Biden waktu itu, berharap bisa ikut campur dalam pemilihan presiden tahun 2024. Tapi, rencana mereka kandas! Untungnya, orang-orang yang terima email itu nggak ngeh sama sekali, mereka anggap email itu spam atau cuma phishing. Bayangin aja, kalau mereka beneran ngegubris, bisa bahaya banget lho! Upaya para hacker Iran ini bukan hal baru, FBI dan badan intelijen Amerika lainnya udah lama curiga sama kegiatan mereka.

Mereka selalu nyari cara buat ngacauin pemilihan presiden Amerika, termasuk menyebarkan informasi bohong dan hack data. Upaya mereka kali ini pun dianggap sebagai bagian dari rencana besar untuk ngadu domba rakyat Amerika dan merusak kepercayaan mereka terhadap sistem pemilihan. Yang lebih bikin geleng-geleng kepala, hacker Iran ini ternyata udah ngehack tim kampanye Trump sebelum berita bocor ke publik. Kabarnya, mereka ngirim email ke orang-orang dekat Biden sebelum Biden mundur dari perlombaan.

Email itu berisi potongan-potongan informasi rahasia dari tim kampanye Trump, yang sengaja diambil buat bikin gaduh. FBI dan badan intelijen lainnya ngasih tahu ke tim Trump tentang kejadian ini, mereka juga ngasih tahu tim Biden. Pastikan semua orang tahu, lho! Tim kampanye Trump sendiri baru ngaku di bulan Agustus kalau mereka kena hack. Mereka ngaku kalau pelaku hack adalah orang-orang Iran, yang kemudian menyebarkan informasi rahasia ke publik. Beberapa media terkenal seperti Politico, New York Times, dan Washington Post juga ngaku terima informasi rahasia dari kampanye Trump, tapi mereka nggak mau ngasih tahu apa aja isinya.

Politico bilang mereka mulai terima email dari sumber anonim sejak tanggal 22 Juli. Sumber anonim itu ngirim email dari akun AOL dengan nama "Robert", ngirim file yang kayaknya berisi hasil investigasi tim kampanye Trump tentang JD Vance, yang waktu itu belum jadi calon wakil presiden. Yang anehnya, file itu udah ada sejak Februari, lima bulan sebelum Trump milih Vance jadi wakilnya. Tim kampanye Kamala Harris juga ngomong soal kejadian ini. Mereka bilang udah kerja sama sama polisi sejak awal, karena ada beberapa orang dari tim Biden yang terima email aneh dari hacker Iran.

Mereka juga ngasih pernyataan keras, ngecam upaya hacker Iran yang ngacauin pemilihan presiden. Mereka bilang upaya hacker Iran itu "malicious activity" yang nggak bisa diterima. Tim kampanye Trump juga ngomong soal ini, mereka bilang upaya hacker Iran buat nyebarin informasi ke tim Biden itu "proof" kalau Iran lagi ngacauin pemilihan presiden Amerika. Mereka bilang Iran lagi nyoba bantu Kamala Harris menang pemilihan presiden. Para pakar intelijen juga ngasih pendapat, mereka bilang Iran nggak suka sama Trump.

Mereka lebih ngarepin Biden menang, karena menurut mereka, Trump lebih suka ngebuat suasana tegang antara Amerika dan Iran. Perlu diingat, Trump pernah ngehapus kesepakatan nuklir dengan Iran, ngasih sanksi, dan ngebunuh jenderal Iran, Qassem Soleimani. Tindakan itu bikin pemimpin Iran ngancem buat balas dendam. Kejadian hack tim kampanye Trump ini cuma satu contoh dari banyak kejadian cyberattack dan kampanye hoax yang terjadi di Amerika. Para pemimpin perusahaan teknologi seperti Meta, Google, dan Microsoft juga ngasih tahu tentang hal ini di sidang komite intelijen senat.

Mereka bilang udah ngelakuin banyak upaya buat ngehindarin serangan dan berita hoax, tapi mereka juga ngaku takut sama apa yang bakal terjadi 48 jam sebelum pemilihan presiden. Sebenarnya, kejadian ini jadi bukti kalau pemilihan presiden Amerika udah berubah jadi perang digital. Hacker dan orang-orang yang nggak bertanggung jawab nyoba ngacauin proses pemilihan, dengan memanfaatkan teknologi dan informasi. Meskipun kejadian ini cukup mengkhawatirkan, kita nggak boleh putus asa. Kita harus tetep waspada, teliti, dan nggak gampang percaya sama informasi yang belum jelas sumbernya.

Penting juga buat kita untuk saling mengingatkan dan ngasih tahu orang lain tentang bahaya informasi bohong dan upaya hack. Kita semua harus sadar bahwa pemilihan presiden itu penting. Kita harus menjaga integritas dan kredibilitasnya. Keamanan dan keadilan dalam proses pemilihan adalah tanggung jawab kita bersama.