WormGPT: Si Penipu Cyber berbasis AI



WormGPT: Si Penipu Cyber berbasis AI - image from: darkreading - pibitek.biz - Phishing

image from: darkreading


336-280
TL;DR
  • WormGPT sebenarnya cuma alat biasa, tapi kemampuan AI dalam dunia siber terus berkembang.
  • WormGPT bisa jadi ancaman serius di masa depan, karena AI bisa menjalankan serangan siber secara otomatis.
  • Perusahaan harus siap-siap dengan serangan siber berbasis AI, dan memperkuat strategi keamanan mereka.

pibitek.biz -Kamu pasti pernah dengar tentang WormGPT, kan? Alat yang katanya bisa bikin email phishing, malware, dan saran jahat buat hacker. Berita tentang WormGPT bikin banyak orang panik, takut teknologi AI bakal dikuasai hacker dan bikin dunia jadi kacau. Tenang, jangan terlalu khawatir dulu! Sebagai orang yang udah telusuri kemampuan WormGPT, gue bisa bilang kalau sebagian besar cerita tentang alat ini berlebihan. Banyak orang salah paham tentang kemampuan AI dalam dunia hacking. WormGPT sebenarnya cuma versi GPT yang bebas sensor, dengan tambahan sedikit trik.

Alat ini jauh dari kata menakutkan, jauh lebih sederhana daripada yang dibayangkan orang. Tapi jangan salah, WormGPT dan alat serupa bisa jadi ancaman serius kalau dibiarkan begitu saja. Penting buat kita, terutama yang berkecimpung di dunia keamanan siber, untuk memahami perbedaan antara kemampuan WormGPT sekarang dan ancaman yang mungkin muncul di masa depan. Awalnya, gue penasaran banget dengan WormGPT. Banyak customer yang bertanya-tanya tentang alat ini. Gue cari informasi di Google, dan nemuin berbagai alat, layanan berbayar, dan kumpulan kode terbuka.

Sayangnya, informasi yang ada sering kali terpecah-pecah dan menyesatkan. Gue teruskan penelusuran ke Dark Web, tempat yang terkenal sebagai sarang para hacker. Di sana gue nemuin beberapa versi WormGPT di berbagai indeks Dark Web. Versi-versi ini menawarkan antarmuka yang menarik dan mudah digunakan, dengan interaksi yang sudah diprogram menggunakan API OpenAI atau LLM tanpa sensor yang dijalankan di server berbayar. Tapi ketika gue lihat lebih dekat, ternyata WormGPT cuma tampilan yang rumit, di baliknya kemampuannya biasa saja.

WormGPT masih bergantung pada kemampuan AI dasar. Alat ini rentan terhadap crash dan lambat saat banyak orang mengaksesnya. WormGPT tidak seperti yang digembar-gemborkan, bukan alat jahat yang super canggih. Namun jangan salah, teknologi AI terus berkembang dengan pesat.AI semakin canggih, dan bisa menyebabkan ancaman baru di dunia siber. Bayangkan, AI bisa beroperasi secara mandiri dan menjalankan serangan siber yang kompleks, tanpa perintah manusia.AI ini bisa menggunakan algoritma "chain of thought" untuk meningkatkan kelincahannya saat melaksanakan tugas-tugas kriminal.

Membayangkan AI yang bisa menyerang secara otomatis bukan lagi hal mustahil. Di saat gue meneliti alat seperti WormGPT, gue nemuin bahwa orang bisa dengan mudah menjalankan model tanpa sensor di platform sharing kode seperti Google Colab. Ini menunjukkan bahwa bahkan orang yang tidak paham teknologi pun bisa menciptakan dan merilis serangan yang sangat canggih secara anonim.AI semakin berkembang dalam meniru perilaku pengguna yang legit. Oleh karena itu, cara keamanan konvensional seperti filtering berbasis regular expression dan analisis metadata semakin sulit mendeteksi serangan siber yang dilakukan AI.

Bayangkan skenario ini: AI bisa menjalankan serangan siber yang kompleks secara otomatis dengan bantuan hacker amatir. Pertama, AI bisa melakukan pengintaian.AI ini mengumpulkan data publik tentang perusahaan sasaran dari mesin pencari, media sosial, dan sumber terbuka lainnya.AI juga bisa menggunakan pengetahuan yang sudah tertanam di dalam LLM-nya. Selanjutnya, AI beralih ke Dark Web untuk mencari informasi yang lebih sensitif, seperti data email yang bocor, atau data pengguna yang terkompromi.

Dengan informasi yang dikumpulkan, AI mulai melakukan serangan.AI merilis kampanye phishing ke alamat email perusahaan yang sudah diketahui, memindai server yang rentan atau port jaringan yang terbuka, dan mencoba masuk melalui titik masuk yang mudah ditembus.AI kemudian melanjutkan serangan dengan melakukan kampanye business email compromise (BEC), menyebarkan ransomware, atau mencuri data sensitif secara otomatis. Dalam proses eksploitasi ini, AI terus memperbaiki metode sosial engineering-nya, mengembangkan alat hacking baru, dan menyesuaikan diri dengan cara keamanan yang ada.AI juga bisa menggunakan sistem retrieval-augmented generation (RAG) untuk memperbarui strategi serangannya berdasarkan data yang dikumpulkan dan melaporkan ke pemilik serangan secara real-time. RAG memungkinkan AI untuk mencatat percakapan dengan berbagai entitas, memungkinkan AI untuk membuat database untuk menyimpan informasi sensitif dan mengelola banyak serangan secara bersamaan, beroperasi seperti seluruh departemen penyerang. Kemampuan untuk menjadikan WormGPT sebagai alat yang lebih mengerikan tidak terlalu jauh dari kenyataan.

Perusahaan harus segera mempersiapkan strategi mitigasi berbasis AI. Perusahaan bisa berinvestasi dalam mengembangkan cara keamanan berbasis AI untuk memprediksi dan menghentikan serangan sebelum terjadi. Perusahaan juga bisa meningkatkan akurasi sistem deteksi anomali real-time dan meningkatkan kesadaran keamanan siber di setiap tingkat organisasi. Tim analis tanggapan insiden yang berpengalaman juga akan menjadi sangat penting di masa depan. Walaupun alat seperti WormGPT mungkin belum merupakan masalah besar saat ini, perusahaan tidak boleh lengah.