Ilmuwan Tak Bersalah, Siapa Yang Salah?



Ilmuwan Tak Bersalah, Siapa Yang Salah? - picture owner: sciencealert - pibitek.biz - Konten

picture owner: sciencealert


336-280
TL;DR
  • Ilmuwan tidak gagal menyampaikan risiko perubahan iklim, IPCC telah berulang kali memberikan peringatan tentang ancaman perubahan iklim.
  • Para ilmuwan telah berjuang menyampaikan pesan mendesak tentang perubahan iklim, tetapi industri besar dan media massa menghambat upaya mitigasi.
  • Tuduhan terhadap ilmuwan merupakan pengkhianatan besar, karena mereka telah bekerja keras untuk mengatasi krisis iklim dan menyampaikan risiko perubahan iklim.

pibitek.biz -Sebuah situs berita politik baru-baru ini menuding ilmuwan gagal menyampaikan urgensi krisis iklim. Namun, penelitian yang mereka kutip tidak sepenuhnya akurat dan tidak sejalan dengan klaim tersebut. Lebih buruknya, berita semacam ini justru mengalihkan tanggung jawab dari pihak-pihak yang sebenarnya bersalah. Berita tersebut mengulas sebuah studi yang menelaah cara IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) dalam menyampaikan ketidakpastian dalam laporan-laporan mereka. Namun, The Hill memilih judul yang sensasional dan terkesan menyesatkan: "Ilmuwan Gagal Selama Dekades untuk Mengomunikasikan Risiko Kenaikan Permukaan Laut".

Padahal, studi tersebut tidaklah menyimpulkan bahwa ilmuwan telah gagal dalam menyampaikan risiko perubahan iklim. Studi tersebut justru mendalami kerumitan komunikasi ketidakpastian, khususnya bagaimana laporan-laporan IPCC menangani aspek-aspek kenaikan permukaan laut yang belum sepenuhnya dipahami. Robert Kopp, ilmuwan iklim dari Rutgers University, menjelaskan bahwa beberapa proses perubahan iklim memang sudah dipahami dengan baik, seperti bagaimana lautan menyerap panas dan mengembang sebagai respons, sehingga risiko yang ditimbulkan dapat diukur dan disampaikan.

Namun, beberapa proses lainnya, khususnya yang terkait dengan lapisan es, melibatkan faktor-faktor yang belum sepenuhnya dipahami dan sulit untuk dikuantifikasi secara tepat, tetapi tetap berpotensi menyebabkan kenaikan permukaan laut yang cepat. Ketidakpastian inilah yang menjadi tantangan dalam berkomunikasi kepada publik. Studi Kopp dan tim menemukan bahwa laporan-laporan IPCC yang lebih baru berhasil mengatasi tantangan ini dengan lebih baik melalui pengalaman. Bukan berarti ilmuwan gagal dalam menyampaikan risiko.

Sebaliknya, para ilmuwan justru telah berulang kali memberikan peringatan tentang ancaman perubahan iklim, bahkan sejak laporan IPCC pertama pada tahun 1990. Laporan tersebut sudah memprediksi bahwa gas rumah kaca yang berumur panjang memerlukan pengurangan emisi segera dari aktivitas manusia. Peringatan IPCC terbukti akurat. Kenaikan permukaan laut telah mencapai sekitar 10 cm sejak tahun 1990, yang tepat berada dalam rentang prediksi mereka. Lebih lanjut, kenaikan permukaan laut juga mengalami percepatan, sesuai dengan prediksi IPCC.

Terlepas dari bukti yang jelas tentang realitas perubahan iklim dan keakuratan prediksi IPCC, emisi gas rumah kaca terus meningkat. Pertanyaannya kemudian bukan terletak pada kegagalan ilmuwan dalam menyampaikan risiko, melainkan pada kegagalan para pemimpin dunia dalam mengambil tindakan nyata untuk mengurangi emisi. Sejak lama, para pemimpin dunia telah berjanji untuk mengatasi krisis iklim, tetapi janji-janji tersebut hanya terwujud dalam kata-kata, bukan tindakan nyata. Sementara itu, industri besar, yang paling bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan, justru berupaya menghambat upaya mitigasi perubahan iklim demi keuntungan mereka sendiri.

Sejak tahun 1977, ExxonMobil sendiri telah menyadari ancaman yang ditimbulkan oleh aktivitas mereka terhadap lingkungan. Namun, perusahaan tersebut justru terlibat dalam kampanye disinformasi untuk menutup-nutupi kebenaran dan mengulur-ulur waktu tindakan nyata, sementara terus meraup keuntungan maksimal. Media massa juga memiliki andil dalam menghambat komunikasi perubahan iklim. Selama bertahun-tahun, media mainstream cenderung mengabaikan topik perubahan iklim atau bahkan meminimalkan dampaknya. Ketika media akhirnya mau membahas topik ini, mereka seringkali memberikan ruang yang sama besarnya kepada para penyangkal perubahan iklim dengan para ilmuwan, dengan alasan 'keseimbangan'.

Padahal, hal ini justru memperkuat narasi penyangkal perubahan iklim dan mengaburkan fakta-fakta ilmiah. Situasi semakin buruk dengan munculnya media sosial dan perusahaan teknologi besar. Platform media sosial seringkali didominasi oleh konten yang menyesatkan, yang dipropagandakan oleh para penyangkal perubahan iklim, troll, dan bot. Sementara itu, algoritma yang digunakan oleh platform media sosial justru cenderung memperkuat polarisasi dan menghambat penyebaran informasi ilmiah yang akurat. Di tengah semua ini, para ilmuwan di seluruh dunia terus berjuang untuk memperingatkan bahaya perubahan iklim.

Mereka terus berjuang menyampaikan pesan mendesak, seperti yang mereka lakukan sejak konferensi Toronto pada tahun 1988 tentang perubahan atmosfer. Para ilmuwan bahkan telah menghadapi ancaman dan kekerasan, hanya karena berani berbicara tentang kebenaran perubahan iklim. Mereka sekarang rela ditangkap saat melakukan demonstrasi iklim, sebagai upaya terakhir untuk menyadarkan dunia tentang bahaya yang kita hadapi. Tuduhan terhadap ilmuwan yang telah bekerja keras untuk mengatasi krisis iklim justru merupakan pengkhianatan besar.