AI di Eropa: Aturan Baru, Tantangan Baru



AI di Eropa: Aturan Baru, Tantangan Baru - credit for: aibusiness - pibitek.biz - Akurasi

credit for: aibusiness


336-280
TL;DR
  • Perusahaan harus paham dan taati aturan EUAIA untuk menggunakan teknologi AI dengan aman dan bertanggung jawab.
  • EUAIA mengharuskan perusahaan punya ahli AI untuk memenuhi aturan dan mengembangkan teknologi AI yang bermanfaat.
  • Perusahaan bisa kolaborasi dengan perusahaan lain untuk berbagi pengetahuan dan ahli agar bisa cepat beradaptasi dengan aturan EUAIA.

pibitek.biz -Ketika Komisi Eropa mengusulkan kerangka peraturan AI pertama di Eropa pada April 2021, tak banyak yang bisa membayangkan seberapa cepat teknologi AI akan berkembang dalam tiga tahun ke depan. Chatbot yang tadinya hanya sedikit lebih baik dari tebakan acak, kini sudah bisa menyamai kemampuan seorang mahasiswa pascasarjana. Kemajuan ini terlihat jelas dari skor chatbot pada Graduate-Level Google-Proof Q&A Benchmark (GPQA) test. Dalam setahun terakhir, skor chatbot meningkat dari sekitar 30-40% menjadi 60%.

Ini artinya chatbot sudah bisa menjawab pertanyaan dengan tingkat akurasi yang menyamai seorang ahli. Kemajuan teknologi AI memang luar biasa.AI bisa digunakan untuk berbagai keperluan, dari membantu dokter mendiagnosis penyakit hingga membuat desain grafis yang menawan. Namun dibalik potensi besar ini, ada juga kekhawatiran soal etika, keamanan, dan penggunaan AI yang tidak bertanggung jawab. Kekhawatiran ini muncul karena sistem AI bisa digunakan untuk manipulasi, diskriminasi, dan pengambilan keputusan yang merugikan.

Misalnya, AI bisa digunakan untuk menyebarkan informasi palsu atau untuk membuat keputusan perekrutan yang bias terhadap kelompok tertentu. Oleh karena itu, diperlukan aturan yang jelas untuk mengatur penggunaan AI agar teknologi ini bisa bermanfaat bagi semua orang. Aturan AI di Eropa, yang dikenal dengan EU AI Act (EUAIA), dibuat untuk mengatasi semua kekhawatiran tersebut. EUAIA memastikan bahwa semua sistem AI yang digunakan di Eropa aman, transparan, dan tidak diskriminatif. Tujuannya sederhana: menciptakan lingkungan yang adil dan aman bagi semua orang di tengah kemajuan pesat teknologi AI.

EUAIA bertujuan untuk mencapai tujuan ini dengan menetapkan aturan yang mengatur berbagai aspek AI, mulai dari desain hingga penggunaan. Aturan ini mencakup berbagai bidang, seperti pelabelan data, transparansi algoritma, dan mekanisme pengawasan. Aturan ini berlaku untuk semua perusahaan yang terlibat dalam pembuatan atau penggunaan sistem AI, tanpa memandang industri atau sektornya. Artinya, hampir semua perusahaan besar harus bersiap menghadapi tantangan baru dalam mengikuti aturan EUAIA. Menerapkan aturan baru di dunia yang terus berubah memang tidak mudah.

Sangat sulit untuk menentukan apa yang termasuk dalam sistem AI, apalagi membagi-bagi bagian mana yang harus diatur dan bagaimana caranya. Keadaan ini diperumit oleh kenyataan bahwa AI terus berkembang dengan cepat, dan definisi AI sendiri masih terus berubah.AI sangat sulit ditebak. Model AI bisa berkembang dengan setiap interaksi, dan bahkan para pengembangnya pun tidak selalu tahu bagaimana AI mereka akan berperilaku dalam situasi tertentu. Ini dikarenakan AI belajar dari data yang diberikan kepadanya, dan data tersebut bisa mengandung bias atau kesalahan.

Oleh karena itu, AI bisa menghasilkan output yang tidak terduga atau tidak sesuai dengan harapan.Contohnya, chatbot yang dirancang untuk memberikan informasi yang akurat bisa saja menghasilkan informasi yang salah atau bahkan berbahaya, karena chatbot tersebut belum memahami konteks pertanyaan. Namun, regulasi tetap diperlukan. EUAIA menunjukkan bahwa banyak pihak, baik dari sektor publik maupun privat, sepakat bahwa pengawasan terhadap AI sangat penting. Penting untuk mengatur AI agar teknologi ini tidak disalahgunakan.

Misalnya, AI bisa digunakan untuk memanipulasi opini publik, menyebarkan informasi palsu, atau bahkan mengendalikan orang lain. Regulasi AI bertujuan untuk mencegah hal-hal tersebut terjadi dan memastikan bahwa AI digunakan untuk kebaikan bersama. Regulasi yang terlalu ketat bisa menghambat inovasi. Regulasi AI harus menemukan keseimbangan antara meminimalkan potensi bahaya dan penyalahgunaan, sekaligus memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan keuntungan AI, seperti penelitian dan pengembangan yang lebih cepat.

EUAIA memilih pendekatan yang berfokus pada hasil dan kasus penggunaan, bukan pada proses. Ini diharapkan bisa menghindari birokrasi yang rumit, sekaligus tetap memberikan perlindungan yang kuat. Pendekatan ini memungkinkan perusahaan untuk berinovasi dan mengembangkan AI yang bermanfaat, tanpa terbebani oleh peraturan yang terlalu rumit. EUAIA mewajibkan perusahaan untuk lebih transparan dalam penggunaan AI. Perusahaan harus mengklasifikasikan dan mendaftarkan model AI mereka berdasarkan empat kategori risiko yang ditentukan oleh EU.

Mereka juga harus membangun sistem tata kelola data, manajemen risiko dan kualitas, dan pelaporan insiden untuk memastikan akurasi, ketahanan, dan keamanan sistem AI mereka. Yang tidak kalah pentingnya, perusahaan juga harus memiliki mekanisme untuk mengawasi AI dan membuat dokumentasi teknis untuk menunjukkan kepatuhan mereka. Tujuan dari transparansi ini adalah untuk memastikan bahwa pengguna AI memahami bagaimana sistem tersebut bekerja dan bagaimana keputusan diambil. Perusahaan harus merombak alur kerja mereka dan mungkin harus menciptakan alur kerja baru.

Membangun tim baru, seperti jabatan Chief AI Officer, menjadi kebutuhan. Tim manajemen lama juga harus beradaptasi dengan peran dan tanggung jawab baru yang muncul. Jabatan seperti content creation dan visual design akan menghadapi tugas baru yang memerlukan pelatihan intensif. Perusahaan harus mempersiapkan diri untuk perubahan besar ini dengan melatih karyawan mereka dan merekrut tenaga ahli AI yang terampil. Membuat perubahan besar di perusahaan dalam waktu singkat bukan perkara mudah. Tantangan ini diperparah oleh kurangnya tenaga ahli AI.

Permintaan profesional AI jauh lebih besar dari pasokannya. Jumlah lowongan pekerjaan terkait AI meningkat drastis dalam setahun terakhir. Dengan banyaknya perusahaan yang harus melaporkan data, model, dan hasil penilaian, kekurangan tenaga ahli AI bisa menjadi krisis besar. Kekurangan tenaga ahli AI bisa menghambat penerapan EUAIA dan membuat perusahaan kesulitan untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Langkah pertama dalam bersiap menghadapi EUAIA adalah dengan membuat strategi yang komprehensif untuk mengidentifikasi dan mengatasi kekurangan tenaga ahli AI.

Perusahaan perlu memastikan bahwa penerapan AI mereka efektif dan sesuai peraturan. Hanya sekitar 10% perusahaan yang memiliki Chief AI Officer. Oleh karena itu, strategi ini mungkin akan dipimpin oleh eksekutif teknologi lainnya, bekerja sama dengan ahli AI. Jika keahlian AI tidak tersedia di internal, perusahaan perlu mencari bantuan dari pihak eksternal untuk menghindari kesalahan pengambilan keputusan, harapan yang tidak selaras, dan pelanggaran peraturan. Mereka bisa bekerja sama dengan perusahaan konsultan, lembaga penelitian, atau universitas untuk mendapatkan keahlian AI yang dibutuhkan.AI memiliki potensi besar untuk membantu berbagai industri, mulai dari ilmu kedokteran dan teknologi hijau hingga komunikasi dan pembuatan konten. Namun, teknologi yang sekuat AI juga memiliki risiko serius. Oleh karena itu, langkah cepat Uni Eropa untuk membuat aturan yang kuat dan fleksibel untuk melindungi warga negara dan tidak menghambat inovasi patut diapresiasi. EUAIA menunjukkan bahwa regulasi AI harus seimbang, memberikan perlindungan yang kuat bagi masyarakat, tetapi juga tidak menghambat inovasi.

Memenuhi kewajiban ini penting, tetapi perusahaan harus merencanakan dengan cermat dan berinvestasi dengan bijak. Mereka harus mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk pelatihan karyawan, rekrutmen tenaga ahli, dan pengembangan sistem AI yang sesuai dengan peraturan. Yang perlu diingat adalah mereka tidak sendirian. Perkembangan AI yang sangat cepat mengharuskan perusahaan untuk lebih kolaboratif, berbagi pengetahuan dan keahlian untuk berhasil bertransisi. Mereka bisa berbagi pengalaman, pengetahuan, dan teknologi dengan perusahaan lain untuk menghadapi tantangan bersama.