Grok-2, AI Tanpa Sensor Elon Musk



Grok-2, AI Tanpa Sensor Elon Musk - photo origin: arstechnica - pibitek.biz - Model AI

photo origin: arstechnica


336-280
TL;DR
  • Elon Musk merilis model bahasa baru "Grok-2" untuk pengguna X.
  • Model "Grok-2" milik Musk dapat membuat gambar realistis tanpa sensor.
  • Pengguna X dapat bereksperimen dengan "Grok-2" untuk membuat konten apa saja.

pibitek.biz -Elon Musk, bos Tesla dan SpaceX, kembali membuat gebrakan di dunia teknologi. Melalui perusahaan AI miliknya, xAI, Musk merilis versi beta dari dua model bahasa baru, Grok-2 dan Grok-2 mini. Kedua model ini tersedia untuk pengguna X, platform media sosial yang dulunya dikenal sebagai Twitter, yang berlangganan layanan premium. Keunggulan dari model bahasa Grok adalah integrasinya dengan model Flux, yang mampu menghasilkan gambar realistis dari teks. Dengan kata lain, pengguna X dapat membuat gambar apa saja yang mereka inginkan, tanpa batasan dan sensor.

Kebebasan kreatif yang ditawarkan Grok tentu saja mengundang kekhawatiran. Banyak orang khawatir bahwa teknologi ini akan disalahgunakan untuk menyebarkan hoaks, informasi menyesatkan, atau konten berbahaya. Ethan Mollick, seorang komentator AI yang aktif di X, menyoroti potensi bahaya dari Grok. Ia mempertanyakan apakah xAI telah menerapkan mekanisme watermarks untuk membedakan gambar asli dan buatan. Kekhawatiran Mollick bukan tanpa alasan. The Verge, media teknologi terkemuka, melakukan pengujian terhadap Grok dan menemukan bahwa model ini mampu menghasilkan gambar-gambar provokatif.

Ketika diminta, Grok menghasilkan gambar yang menampilkan tokoh politik dalam situasi yang memalukan, karakter fiksi yang dilindungi hak cipta, dan adegan kekerasan. Meskipun Grok mengklaim memiliki batasan dalam menghasilkan konten pornografi atau kekerasan yang berlebihan, batasan tersebut ternyata tidak konsisten dalam praktik. Tidak seperti platform pembuat gambar AI lainnya, Grok tidak menolak permintaan yang melibatkan orang nyata atau menambahkan watermarks pada hasil produksinya. Perdebatan tentang penggunaan Grok untuk membuat konten provokatif kembali membuka pertanyaan klasik tentang etika AI.

Siapa yang bertanggung jawab atas penyalahgunaan pembuat gambar AI? Apakah pengguna yang membuat permintaan, pengembang model AI, atau platform yang menampung gambar tersebut? Hingga saat ini, belum ada konsensus yang jelas mengenai pertanyaan tersebut. Di tengah kontroversi, Elon Musk memberikan komentarnya. Dalam balasan terhadap pertanyaan Mollick, Musk menyatakan bahwa xAI sedang mengembangkan sistem pembuat gambar sendiri, namun masih dalam tahap pengembangan dan akan dirilis dalam beberapa bulan mendatang.

Ia menjelaskan bahwa Grok, dengan Flux sebagai pelengkap, merupakan langkah sementara untuk memberikan pengguna X kesempatan bereksperimen dan bersenang-senang. Musk juga menekankan bahwa Grok-2 dan Grok-2 mini merupakan lompatan signifikan dalam kemampuan AI, bahkan mengungguli beberapa model bahasa terkemuka dalam beberapa benchmark. Meskipun klaim tersebut harus diterima dengan skeptis, memang benar bahwa "kelas GPT-4" dari model bahasa AI, yang mencakup model-model dengan kemampuan yang sebanding dengan GPT-4 dari OpenAI, semakin berkembang.

Ethan Mollick mencatat bahwa saat ini ada lima model "kelas GPT-4": GPT-4o, Claude 3.5, Gemini 1.5, Llama 3.1, dan sekarang Grok 2. Meskipun para pengembang AI masih yakin bahwa ada ruang untuk peningkatan, belum ada model yang benar-benar melampaui GPT-4. XAI mengklaim bahwa Grok-2 telah mencapai skor Elo yang lebih tinggi dibandingkan model-model seperti Claude 3.5 Sonnet dan GPT-4 Turbo di LMSYS Chatbot Arena. Arena ini merupakan situs web populer untuk menilai kinerja model AI secara subjektif, tetapi baru-baru ini menjadi sumber kontroversi karena perbedaan pendapat tentang peringkat GPT-4o mini yang sangat tinggi.

XAI juga menegaskan bahwa Grok-2 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan pendahulunya, Grok-1.5, dalam berbagai hal, seperti pengetahuan sains tingkat pascasarjana, pengetahuan umum, dan pemecahan masalah matematika. XAI bahkan mengklaim bahwa Grok-2 mencapai hasil terbaik dalam penalaran matematika visual dan pertanyaan yang berbasis dokumen. Grok-2 dan Grok-2 mini sekarang tersedia untuk pengguna X Premium dan Premium melalui antarmuka aplikasi yang diperbarui. Berbeda dengan beberapa pesaingnya di ruang open-weights, xAI tidak merilis bobot model untuk diunduh atau diverifikasi secara independen.

Pendekatan tertutup ini sangat kontras dengan langkah-langkah Meta baru-baru ini yang merilis model Llama 3.1 405B untuk diunduh dan dijalankan secara lokal oleh siapa pun. XAI berencana untuk merilis kedua model melalui API perusahaan pada akhir bulan ini. Perusahaan menyatakan bahwa API ini akan dilengkapi dengan opsi penyebaran multi-regional dan tindakan keamanan, seperti otentikasi multifaktor wajib. Rincian mengenai harga, batasan penggunaan, atau kebijakan penanganan data belum diumumkan. Selain kemampuan pembuat gambar realistis, Grok-2 memiliki kelemahan utama yaitu ketergantungannya yang erat pada X.

Hal ini menyebabkan Grok cenderung mengambil informasi yang tidak akurat dari tweet. Mollick mencatat bahwa ketergantungan ini dapat membuat Grok menjadi sumber informasi yang tidak dapat diandalkan. Ia menyoroti bahwa Grok seringkali mengambil informasi yang tidak relevan dari Twitter dan berusaha keras untuk menghubungkannya dengan sesuatu yang koheren. Ketergantungan Grok pada X dapat menjadi bumerang bagi xAI. Jika X dipenuhi dengan hoaks dan informasi menyesatkan, maka Grok akan mewarisi kecacatan tersebut.