Bom Waktu Demografi China: Penduduk Semakin Menua dan Menurun



Bom Waktu Demografi China: Penduduk Semakin Menua dan Menurun - credit for: channelnewsasia - pibitek.biz - Medis

credit for: channelnewsasia


336-280
TL;DR
  • China menghadapi masalah demografi serius: penduduk semakin menua dan jumlah penduduk menurun.
  • Pemerintah China berusaha mengatasi masalah ini dengan menaikkan usia pensiun, namun tidak cukup untuk mengatasi penurunan populasi dan masalah sosial.
  • China harus berani membuka diri pada imigrasi untuk mengatasi masalah demografi dan menjamin masa depan ekonomi dan sosial yang lebih baik.

pibitek.biz -China, negara dengan populasi terbesar di dunia, sedang menghadapi tantangan besar: jumlah penduduk yang terus menipis dan usia rata-rata penduduk semakin tua. Kondisi ini memicu keprihatinan di kalangan pemimpin China, karena mereka khawatir tentang dampak negatif yang ditimbulkan bagi perekonomian dan sistem jaminan sosial. Tanda-tanda peringatan telah muncul, mengingatkan bahwa China sedang menghadapi bom waktu demografi yang berpotensi menghancurkan fondasi negara. Sebagai upaya untuk meredam bom waktu demografi yang semakin dekat, pemerintah China berencana untuk menaikkan usia pensiun secara bertahap dalam lima tahun ke depan.

Rencana ini diyakini akan membantu memperpanjang masa kerja dan meningkatkan kontribusi ke sistem jaminan sosial, sehingga dana pensiun bisa bertahan lebih lama. Namun, ini hanyalah solusi sementara yang tidak dapat mengatasi masalah utama yang dihadapi China. Pemerintah China menyadari bahwa menaikkan usia pensiun bukanlah jawaban permanen, tetapi hanya langkah pencegahan untuk sementara waktu. Sebenarnya, masalah utama yang dihadapi China adalah jumlah kelahiran yang rendah dan kematian yang lebih tinggi.

Fakta menunjukkan bahwa jumlah kelahiran di China jauh lebih rendah dari jumlah kematian setiap tahunnya, mengakibatkan penurunan jumlah penduduk secara keseluruhan. Kondisi ini telah mengkhawatirkan banyak pihak, karena dapat mengancam pertumbuhan ekonomi dan ketahanan nasional China. Dengan tingkat kesuburan 1,1 anak per wanita, jauh di bawah angka 2,1 yang dibutuhkan untuk mempertahankan populasi, masa depan China dibayangi oleh penurunan populasi dan peningkatan jumlah penduduk lanjut usia. China tengah menghadapi dilema demografi yang sulit, di mana populasi semakin menua dan tenaga kerja muda semakin menipis.

Hal ini akan menjadi tantangan besar bagi China dalam mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan. Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia secara signifikan akan menimbulkan beban berat pada sistem jaminan sosial, terutama dalam hal biaya perawatan kesehatan dan tunjangan pensiun. Sistem jaminan sosial yang sudah terbebani akan semakin tertekan dengan semakin banyaknya penduduk lanjut usia yang membutuhkan layanan kesehatan dan tunjangan. Kondisi ini dapat mengancam keberlangsungan sistem jaminan sosial yang merupakan pilar penting dalam kesejahteraan masyarakat China.

Sebagai negara dengan sejarah panjang penolakan terhadap imigrasi, China memiliki proporsi penduduk asing yang sangat kecil, hanya 0,1% dari total populasi. Hal ini menjadikan China sebagai negara dengan proporsi penduduk asing terendah di dunia. Kondisi ini semakin mempersulit upaya pemerintah China untuk mengatasi masalah kependudukan, karena imigrasi sering kali menjadi solusi efektif untuk menambah tenaga kerja muda dan mengatasi masalah kekurangan populasi. China memang mengalami pertumbuhan populasi yang signifikan selama hampir 70 tahun setelah berdirinya Republik Rakyat China.

Pertumbuhan populasi ini merupakan hasil dari kebijakan pemerintah yang mendorong pertumbuhan penduduk sebagai kekuatan utama dalam pembangunan ekonomi dan sosial. Namun, sejak tahun 2021, jumlah penduduk China mulai menurun dan hal ini diperkirakan akan terus berlanjut.Proyeksi PBB menunjukkan bahwa populasi China akan terus menyusut dan diperkirakan akan mencapai 1 miliar jiwa pada tahun 2070, 800 juta jiwa pada tahun 2086, dan 633 juta jiwa pada tahun 2100. Penurunan drastis ini akan berdampak signifikan terhadap tenaga kerja, memicu masalah ekonomi yang serius.

Perubahan komposisi penduduk dapat memengaruhi dinamika sosial dan ekonomi China, membuat negara ini menghadapi tantangan baru dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan sosial. Masalahnya bukan hanya soal penurunan jumlah penduduk, tetapi juga perubahan komposisi penduduk. Menurut data PBB, pada tahun 2023, sekitar 20% penduduk China berusia 60 tahun ke atas, dan angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 52% pada tahun 2100. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk lanjut usia akan meningkat pesat, sementara jumlah penduduk usia produktif akan menurun drastis.

Perubahan demografi yang signifikan ini dapat berdampak besar pada struktur ekonomi dan sosial China, mengakibatkan tantangan dalam menyediakan layanan dan kesejahteraan bagi penduduk.Data menunjukkan bahwa saat ini, hanya sekitar 12% penduduk China yang termasuk dalam kelompok pekerja muda berusia 20-29 tahun, sementara 46% termasuk dalam kelompok pekerja tua berusia 30-59 tahun. Namun, pada tahun 2100, kelompok pekerja muda akan menyusut menjadi sekitar 7%, dan kelompok pekerja tua hanya mencapai sekitar 29%.

Hal ini akan menyebabkan kurangnya tenaga kerja muda yang dibutuhkan untuk menggerakkan roda perekonomian dan meningkatkan produktivitas. Jumlah anak dan remaja di China juga akan mengalami penurunan yang signifikan, dari 21% pada tahun 2023 menjadi 11% pada tahun 2100. Penurunan jumlah anak dan remaja ini dapat berdampak pada masa depan China, mengurangi sumber daya manusia yang potensial untuk mengisi berbagai sektor pekerjaan di masa depan.Proyeksi populasi China menunjukkan gambaran yang tidak menguntungkan untuk masa depan negara ini.

Penurunan jumlah pekerja dan peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan menimbulkan tantangan besar bagi perekonomian dan sistem jaminan sosial. China dihadapkan pada dilema, di mana mereka harus mencari solusi yang efektif untuk mengatasi masalah demografi yang semakin kompleks. Meskipun menaikkan usia pensiun mungkin dapat meringankan beban sistem jaminan sosial untuk beberapa tahun, langkah ini tidak akan mampu mengatasi masalah utama, yaitu penurunan populasi dan perubahan komposisi penduduk.

Pemerintah China harus mempertimbangkan solusi yang lebih komprehensif dan jangka panjang untuk mengatasi masalah demografi yang rumit ini. Imigrasi menjadi solusi yang lebih efektif dalam mengatasi masalah ini. Banyak negara maju dengan tingkat kesuburan yang rendah mengandalkan imigrasi untuk menambah tenaga kerja muda dan mengatasi masalah kekurangan populasi. Imigrasi juga dapat membantu meningkatkan tingkat kesuburan, karena imigran cenderung memiliki lebih banyak anak daripada penduduk lokal.

Namun, penerapan kebijakan imigrasi di China akan menjadi tantangan yang tidak mudah. Dengan sejarah panjang penolakan terhadap imigrasi dan keyakinan kuat tentang kemurnian ras di kalangan pemimpin partai Komunis, China belum memiliki pengalaman yang cukup dalam mengelola imigrasi. Imigrasi juga bisa menimbulkan perlawanan dari masyarakat China, terutama dari para pekerja muda yang mungkin kehilangan pekerjaan akibat masuknya pekerja imigran. Hal ini dapat memicu konflik sosial dan politik, menguji kemampuan pemerintah dalam mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh imigrasi.

Namun, imigrasi bisa menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah demografi China. Dengan tidak adanya kebijakan imigrasi yang aktif, China akan menghadapi masa depan yang lebih suram, dengan jumlah penduduk yang terus menurun dan semakin menua. China harus berani mengambil langkah-langkah yang berani, termasuk membuka pintu bagi imigran untuk mengatasi bom waktu demografi yang sedang dihadapi. Jika China tidak segera mengambil langkah-langkah yang tepat, bom waktu demografi akan meledak dan mengancam masa depan negara.