- Perusahaan yang menunda implementasi keamanan siber, membuat mereka lebih rentan.
- Software harus aman sejak awal, menunda keamanan tidak efektif.
- Perusahaan harus prioritas keamanan software, menunda hanya membuat kerugian.
pibitek.biz -Serangan siber, yang dulunya hanya dianggap sebagai kegiatan para peretas yang gemar mengutak-atik sistem komputer, kini telah berubah menjadi ancaman serius yang menghantui setiap perusahaan, organisasi, dan bahkan individu. Kejahatan siber tidak lagi hanya sebuah fenomena digital, tetapi telah merambah ke kehidupan nyata, mengancam keamanan data, privasi, dan bahkan infrastruktur vital. Meskipun ancamannya nyata, banyak perusahaan masih terlambat dalam mengambil tindakan pencegahan. Seringkali, kita mendengar berita tentang kebocoran data besar-besaran yang merugikan perusahaan jutaan bahkan miliaran dolar.
2 – Serangan Siber Hantam Globe Life, Data Ribuan Pelanggan Dicuri 2 – Serangan Siber Hantam Globe Life, Data Ribuan Pelanggan Dicuri
3 – Ransomware dan Tantangan Pembayaran Tebusan 3 – Ransomware dan Tantangan Pembayaran Tebusan
Kesadaran akan pentingnya keamanan siber semakin meningkat, namun langkah nyata untuk mengatasi masalah ini terkadang lamban. Kenapa begitu? Kenapa kita masih sering terjebak dalam lingkaran setan penundaan ketika menghadapi ancaman siber? Sebenarnya, jawabannya terletak pada sifat dasar manusia itu sendiri: Prokrastinasi. Manusia, sebagai makhluk yang kompleks, sering mengalami kecenderungan untuk menunda tugas penting yang memberikan keuntungan jangka panjang demi kepuasan sesaat. Perilaku ini, yang dikenal dengan istilah temporal discounting, merupakan fenomena yang meluas di berbagai aspek kehidupan.
Pernahkah kamu menunda servis mobil kamu, meskipun kamu tahu bahwa penundaan ini bisa berujung pada kerusakan yang lebih parah di kemudian hari? Atau mungkin kamu menunda cek kesehatan tahunan, padahal deteksi dini bisa menyelamatkan nyawa? Atau bahkan menunda menabung untuk masa tua, padahal keputusan ini sangat penting untuk menjamin kehidupan yang sejahtera di masa depan? Prokrastinasi merupakan sebuah kebiasaan yang sulit dihilangkan, tetapi bukan berarti tidak bisa diatasi. Sadarilah bahwa penundaan seringkali merupakan faktor yang membuat masalah semakin besar dan sulit diatasi. Begitu pula dengan keamanan siber.
Perusahaan seringkali menunda penerapan metode, praktik, dan alat canggih untuk mengamankan sistem digital mereka. Alasannya beragam, mulai dari kurangnya kesadaran hingga anggapan bahwa serangan siber tidak akan menyerang perusahaan mereka. Padahal, kegagalan keamanan berdampak besar: kerugian finansial, kerusakan reputasi, dan tuntutan hukum. Bayangkan jika kamu menunda servis mobil kamu. Bisa jadi kamu malah harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk perbaikan yang lebih kompleks. Begitu pula dengan keamanan siber.
Perusahaan yang menunda memperkuat sistem mereka akan menghadapi risiko serangan yang lebih besar dan lebih mahal. Dalam menghadapi prokrastinasi, pemerintah telah menerapkan berbagai aturan untuk mengendalikan perilaku manusia yang cenderung menunda tindakan. Salah satu contohnya adalah aturan otomatis mendaftarkan karyawan dalam program pensiun. Dengan cara ini, orang-orang terdorong untuk menabung untuk masa tua tanpa harus repot-repot mendaftar sendiri. Pemerintah telah memahami bahwa manusia seringkali menunda keputusan penting yang memberikan keuntungan jangka panjang.
Oleh karena itu, dengan menetapkan aturan otomatis, pemerintah berusaha meminimalkan faktor penundaan yang sering menjadi penghambat keberhasilan program pensiun. Hal serupa perlu dilakukan untuk mengatasi kebiasaan buruk di dunia software. Kita butuh pendekatan tegas untuk membuat perusahaan peduli terhadap keamanan.Organisasi seperti FTC dan SEC bisa berperan penting dengan memberlakukan hukuman yang berat bagi perusahaan yang melanggar standar keamanan software. Penalti yang berat bisa menjadi alat yang efektif untuk mengurangi prokrastinasi dalam keamanan siber.
Perusahaan yang tahu bahwa mereka akan menghadapi konsekuensi finansial yang besar jika menunda langkah keamanan akan lebih termotivasi untuk mengambil tindakan pencegahan. Bayangkan jika perusahaan yang mengabaikan keamanan data pelanggan mereka dikenai denda besar atau bahkan dituntut secara hukum. Pasti mereka akan berpikir dua kali sebelum menunda tindakan pencegahan. Sebenarnya, hal ini bukan hal baru. Industri otomotif mengalami peningkatan keselamatan berkat peraturan ketat dan munculnya NHTSA.
Peraturan ini telah membantu mengurangi jumlah kecelakaan dan kematian di jalan raya. Industri makanan pun diwajibkan untuk memenuhi standar keselamatan sebelum produk mereka dipasarkan. Peraturan ini menjamin bahwa produk makanan yang dikonsumsi masyarakat aman dan tidak membahayakan kesehatan. Software juga membutuhkan 'NHTSA' sendiri.Organisasi yang bertugas untuk memastikan standar keamanan terpenuhi dan menindak perusahaan yang melanggar. FTC bisa berperan sebagai pengawas yang aktif, menjatuhkan hukuman yang tegas bagi perusahaan yang tidak melindungi data pelanggan.
FTC dapat menetapkan standar keamanan yang harus dipenuhi oleh perusahaan software dan mengawasi kinerja perusahaan tersebut. Jika perusahaan terbukti melanggar standar keamanan, FTC dapat menjatuhkan hukuman yang berat, seperti denda finansial atau tindakan hukum. Salah satu panduan penting untuk mengamankan software adalah dengan menerapkan pembaruan dan tambalan secara otomatis. Dengan cara ini, software tetap aman tanpa harus menunggu pengguna melakukan tindakan manual. Pembaruan dan tambalan ini berfungsi untuk menambal kerentanan yang ada dalam software, sehingga mengurangi risiko serangan siber.
Penerapan pembaruan secara otomatis akan membantu menghilangkan faktor penundaan yang seringkali menjadi penghambat keamanan software. CISA dan NIST pun mendorong perusahaan untuk membuat daftar komponen software (SBOM). Dengan begitu, perusahaan dan konsumen bisa mengetahui kualitas dan risiko yang terkait dengan software yang mereka gunakan. SBOM berfungsi sebagai "kartu identitas" software yang mencantumkan semua komponen yang digunakan dalam software tersebut. Dengan mengetahui komponen software yang digunakan, perusahaan dan konsumen bisa menilai risiko keamanan yang terkait dengan software tersebut dan mengambil langkah pencegahan yang diperlukan.
Kurangnya adopsi panduan dan praktik terbaik bukan karena kurangnya edukasi. Lagi-lagi, masalahnya adalah penundaan. Banyak perusahaan mengabaikan pentingnya keamanan software, sama seperti orang-orang mengabaikan pentingnya menabung untuk masa tua. Perusahaan seringkali menunda penerapan praktik keamanan yang baik karena mereka merasa bahwa hal itu akan menghambat kecepatan dan efisiensi bisnis mereka. Padahal, investasi dalam keamanan siber akan menghindarkan perusahaan dari kerugian yang jauh lebih besar di masa depan.
Ketika berbicara tentang keamanan software, kita semua punya tanggung jawab. Para pemimpin industri, pembuat kebijakan, dan konsumen harus bersama-sama menciptakan budaya keamanan di dalam ekosistem software. Kebijakan keamanan yang efektif harus dibuat berdasarkan kerjasama antara pemimpin industri, pemerintah, dan konsumen. Masing-masing pihak harus memahami peran dan tanggung jawab mereka dalam menciptakan lingkungan digital yang aman dan terpercaya. Seperti yang dinyatakan dalam Executive Order on Improving the Nation's Cybersecurity, software harus aman sejak awal.
Untuk mencapai hal itu, pembuat kebijakan seperti CISA, NIST, dan lainnya harus memastikan bahwa perusahaan mengikuti prinsip secure-by-design. Prinsip secure-by-design menekankan pentingnya mengintegrasikan pertimbangan keamanan ke dalam setiap tahap pengembangan software. Dengan cara ini, software akan memiliki tingkat keamanan yang lebih tinggi sejak awal dan mengurangi risiko kerentanan yang bisa dieksploitasi oleh peretas. Tindakan pemerintah yang lebih aktif, seperti reformasi hukum dan penerapan peraturan yang lebih ketat, bisa membantu mengatasi penundaan dan mengatasi kegagalan pasar yang menyebabkan masalah keamanan.
Peraturan yang lebih ketat dan reformasi hukum akan menciptakan disinsentif bagi perusahaan yang menunda investasi dalam keamanan siber. Mereka akan lebih termotivasi untuk mengambil tindakan pencegahan agar terhindar dari hukuman yang berat. Perusahaan yang sukses memahami bahwa prioritas bisnis jangka pendek dan investasi jangka panjang untuk keamanan bukan pilihan yang saling bertentangan. Perusahaan yang berwawasan luas memahami bahwa investasi dalam keamanan siber bukan merupakan pengeluaran yang sia-sia, melainkan investasi yang penting untuk menjamin kelangsungan bisnis mereka di masa depan.
Insentif ekonomi seperti potongan pajak untuk investasi keamanan siber yang kuat atau sertifikasi untuk memenuhi standar keamanan tinggi bisa memotivasi perusahaan untuk memprioritaskan keamanan. Di sisi lain, denda dan sanksi untuk ketidakpatuhan bisa menciptakan disinsentif finansial untuk penundaan, mendorong perusahaan untuk bertindak cepat. Insentif ekonomi berfungsi sebagai "penghilang kekhawatiran" bagi perusahaan yang menunda investasi dalam keamanan siber. Mereka akan lebih termotivasi untuk mengambil tindakan pencegahan karena mereka mengetahui bahwa akan mendapatkan keuntungan finansial dari investasi tersebut.
Dengan memahami sifat manusia dan menerapkan mekanisme yang tepat, kita bisa membangun masa depan software yang lebih aman. Masa depan di mana keamanan software menjadi prioritas utama, bukan sesuatu yang ditunda sampai terlambat. Kesadaran akan pentingnya keamanan siber harus terus ditanamkan pada semua lapisan masyarakat, terutama bagi para pemimpin industri dan pemerintah. Dengan menyatukan kekuatan dan bekerja sama, kita bisa menciptakan lingkungan digital yang lebih aman dan terpercaya bagi semua orang.