- SpaceX merilis roket Falcon 9 dengan kecepatan tinggi, bahkan setelah dihentikan sementara karena masalah teknis.
- Rocket Lab juga merilis roket Electron ke orbit, namun target peluncuran mereka lebih rendah dari proyeksi awal.
- SpaceX berencana untuk melakukan penerbangan manusia pertama melewati kutub bumi, sebuah misi yang dipimpin oleh seorang pengusaha kripto.
pibitek.biz -SpaceX kembali menunjukkan kemampuannya dalam merilis roket ke luar angkasa. Setelah izin dari Federal Aviation Administration (FAA) untuk melanjutkan peluncuran roket Falcon 9, SpaceX langsung tancap gas. Dalam waktu 19 hari, mereka sudah merilis 10 roket Falcon 9. Hebatnya, mereka memanfaatkan tiga landasan peluncuran Falcon 9 secara bersamaan. Kecepatan peluncuran ini memang luar biasa, apalagi mengingat ini baru beberapa minggu sejak Falcon 9 dihentikan sementara karena masalah teknis. Kecepatan SpaceX dalam merilis roket terlihat jelas dalam jumlah peluncuran yang padat.
2 – Serangan Siber Hantam Globe Life, Data Ribuan Pelanggan Dicuri 2 – Serangan Siber Hantam Globe Life, Data Ribuan Pelanggan Dicuri
3 – Sengketa XRP: Pertempuran Hukum yang Tak Kunjung Berakhir 3 – Sengketa XRP: Pertempuran Hukum yang Tak Kunjung Berakhir
Sementara itu, Rocket Lab, perusahaan peluncuran roket lain, juga menunjukkan kemampuannya. Mereka berhasil merilis roket Electron ke-52 pada tanggal 11 Agustus lalu. Roket Electron ini mengantarkan sebuah satelit radar imaging milik Capella Space ke orbit. Peluncuran ini menorehkan rekor baru bagi Rocket Lab karena selisih waktu antara dua peluncuran roket Electron terpendek, hanya dalam waktu kurang dari sembilan hari. Rocket Lab berhasil merilis roket Electron ke orbit yang sulit dijangkau, seperti yang diminta oleh Capella Space.
Mereka menawarkan layanan peluncuran khusus dengan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan layanan peluncuran SpaceX. Namun, layanan peluncuran SpaceX lebih banyak digunakan untuk merilis satelit kecil, yang membuat Rocket Lab harus bersaing ketat untuk mendapatkan pangsa pasar. Pada hari Jumat, sebuah roket Falcon 9 akan merilis 116 satelit kecil ke orbit kutub. Namun, Rocket Lab hanya memproyeksikan satu peluncuran lagi sebelum akhir September dan menargetkan 15 hingga 18 peluncuran Electron pada tahun ini.
Target ini jauh lebih rendah dari proyeksi awal 22 peluncuran. Rocket Lab mengatakan bahwa kendala utama adalah kesiapan pelanggan dalam mengirimkan satelit mereka. Ini menunjukkan bahwa Rocket Lab masih harus bekerja keras untuk meningkatkan layanannya agar lebih kompetitif di pasar. Selain SpaceX dan Rocket Lab, perusahaan lain juga menunjukkan perkembangan yang menjanjikan di industri roket. Lockheed Martin dan General Dynamics, dua perusahaan pertahanan besar, bersatu untuk memulai produksi mesin roket padat baru.
Kolaborasi ini bertujuan untuk menghadirkan vendor ketiga di pasar mesin roket padat di Amerika Serikat, yang saat ini hanya dipegang oleh Aerojet Rocketdyne dan Northrop Grumman. Keduanya tengah berjuang memenuhi permintaan dari produsen senjata seperti Lockheed dan RTX, yang sangat membutuhkan mesin roket padat untuk produk seperti rudal Javelin atau PAC-3 yang digunakan dalam sistem pertahanan rudal Patriot. Permintaan mesin roket padat meningkat tajam sejak invasi Rusia ke Ukraina. Hal ini disebabkan oleh upaya Amerika Serikat dan sekutunya untuk mengisi kembali stok senjata seperti Javelin dan Stinger.
Selain itu, meningkatnya kebutuhan di sektor ruang angkasa juga mendorong permintaan mesin roket padat. Meskipun General Dynamics baru mengumumkan minat mereka di pasar mesin roket padat, beberapa perusahaan rintisan teknologi pertahanan, seperti Ursa Major Technologies, Anduril, dan X-Bow Systems, telah menyatakan rencana untuk memasuki pasar ini. SpaceX berencana untuk melakukan penerbangan manusia pertama melewati kutub bumi, kemungkinan sebelum akhir tahun ini. Misi Crew Dragon yang dibiayai secara pribadi ini akan dipimpin oleh Chun Wang, seorang pengusaha kripto yang lahir di Tiongkok.
Ia akan ditemani oleh seorang penjelajah kutub, ahli robotika, dan seorang pembuat film yang sudah dikenalnya selama beberapa tahun. Misi "Fram2", yang dinamai berdasarkan kapal penelitian Norwegia Fram, akan meluncur dari fasilitas peluncuran SpaceX di Florida dan terbang langsung melewati kutub utara dan selatan. Misi yang akan berlangsung selama tiga hingga lima hari ini akan dilakukan pada saat matahari berada di titik tertingginya di Belahan Bumi Selatan, sehingga memberikan cahaya optimal di Antartika.
Wang mengatakan bahwa ia ingin mencoba sesuatu yang baru dan penerbangan kutub sejalan dengan minatnya terhadap tempat-tempat dingin di bumi. Ia membiayai misi ini secara pribadi. SpaceX telah menunjukkan kemampuannya untuk merilis satelit ke orbit kutub dari Cape Canaveral, Florida, sesuatu yang belum pernah dilakukan selama lebih dari 50 tahun. Penerbangan dengan inklinasi tertinggi yang pernah dilakukan oleh pesawat ruang angkasa berawak adalah misi Vostok 6 Uni Soviet pada tahun 1963, di mana pesawat ruang angkasa Valentina Tereshkova mencapai 65,1 derajat.