- Procreate menolak penggunaan AI Generatif dalam aplikasinya karena teknologi ini mengancam kreativitas dan penghidupan para seniman.
- Yakin bahwa teknologi AI Generatif merampas sisi kemanusiaan dari karya seni dan mendorong kita menuju masa depan yang membosankan.
- Mendukung kreativitas berbasis manusia dan percaya bahwa AI Generatif tidak dapat menggantikan peran para seniman dalam menciptakan karya seni.
pibitek.biz -Procreate, aplikasi ilustrasi populer yang dikenal dengan antarmuka yang intuitif dan fitur-fitur canggihnya, telah membuat pengumuman yang mengejutkan. Mereka menolak untuk menggunakan teknologi AI Generatif dalam aplikasi mereka. Keputusan ini diambil sebagai respons atas kontroversi yang sedang berlangsung di komunitas seni, di mana banyak seniman merasa terancam oleh penggunaan AI dalam industri kreatif. Banyak seniman khawatir bahwa teknologi AI yang mampu menghasilkan gambar dengan cepat dan efisien akan menggantikan peran mereka.
2 – OSCAL TIGER 13: Ponsel Pintar dengan Kamera AI nan Hebat 2 – OSCAL TIGER 13: Ponsel Pintar dengan Kamera AI nan Hebat
3 – Serangan Siber Hantam Globe Life, Data Ribuan Pelanggan Dicuri 3 – Serangan Siber Hantam Globe Life, Data Ribuan Pelanggan Dicuri
Kekhawatiran ini bukan tanpa dasar, mengingat kemajuan pesat teknologi AI dalam beberapa tahun terakhir. Model AI yang dilatih dengan dataset gambar yang luas mampu menghasilkan karya seni yang mirip dengan hasil karya seniman manusia, bahkan mungkin lebih baik dalam beberapa aspek.Procreate menyatakan dengan tegas bahwa AI Generatif "merampas sisi kemanusiaan dari berbagai hal". Menurut mereka, teknologi ini dibangun di atas dasar pencurian, karena banyak model AI dilatih dengan data gambar yang diambil dari internet tanpa izin atau kompensasi kepada pemiliknya.Procreate percaya bahwa AI Generatif mendorong kita menuju masa depan yang hampa dan membosankan, di mana kreativitas manusia tergantikan oleh algoritma.
CEO Procreate, James Cuda, menegaskan pendirian perusahaan melalui video yang diunggah di platform X (dulu Twitter). Cuda dengan lugas menyatakan bahwa Procreate tidak akan memasukkan AI Generatif ke dalam produk mereka. Dia tidak menyukai arah yang diambil industri, dan tidak suka apa yang dilakukan AI kepada para seniman. Pernyataan Cuda mencerminkan kekhawatiran sejumlah seniman digital yang merasa bahwa model AI yang menghasilkan gambar, seringkali dilatih dengan konten tanpa izin atau kompensasi, mengancam mata pencaharian mereka dan keaslian karya kreatif.
Meskipun tidak semua seniman memiliki pandangan yang sama, AI Generatif seringkali menjadi topik yang sangat kontroversial di media sosial, memicu perdebatan sengit dan polarisasi. Video Cuda dengan jelas mengambil posisi anti-AI, memperkuat perpecahan yang sudah ada dalam komunitas seni. Beberapa seniman yang mengandalkan kreativitas mereka untuk mencari nafkah melihat AI sebagai ancaman langsung bagi penghidupan mereka. Mereka khawatir bahwa AI akan dengan mudah menghasilkan karya seni yang mirip dengan hasil karya mereka, dan dengan demikian mengurangi nilai karya mereka di mata publik.
Kontroversi AI Generatif semakin memanas ketika sejumlah perusahaan mulai mengintegrasikan teknologi ini ke dalam produk mereka. Adobe, perusahaan penyedia software ilustrasi terkemuka, berusaha menghindari masalah etika dengan melatih model AI mereka, Firefly, dengan konten berlisensi atau domain publik. Namun, banyak seniman tetap skeptis. Adobe Photoshop kini memiliki fitur "Generative Fill" yang didukung oleh teknologi sintesis gambar. Mereka juga bereksperimen dengan model sintesis video. Namun, kritikan terhadap sintesis gambar dan video tidak hanya ditujukan kepada pengembang aplikasi kreatif.
Wacom, produsen hardware, dan Wizards of the Coast, penerbit game, menghadapi kritik dan permintaan maaf setelah menggunakan konten yang dihasilkan AI dalam produk mereka. Toys "R" Us juga mendapat reaksi negatif setelah merilis iklan yang dibuat dengan AI. Perusahaan-perusahaan ini masih berjuang untuk menyeimbangkan potensi manfaat AI Generatif dengan masalah etika yang ditimbulkannya. Pengumuman Procreate yang menentang AI sejauh ini mendapat sambutan positif di media sosial. Seniman Freya Holm-r menyatakan apresiasinya di platform X, sementara Karla Ortiz, yang merupakan penggugat dalam gugatan terhadap perusahaan pembuat gambar AI, menyatakan dukungannya terhadap Procreate.
RJ Palmer, seniman yang memicu gelombang kritik terhadap AI pertama kali melalui kicauan viral pada tahun 2022, juga menanggapi pernyataan Cuda dengan positif. Dia berharap Procreate dapat menjadi pesaing yang kuat bagi Adobe Photoshop di desktop. Beberapa pengguna pro-AI juga menanggapi postingan Procreate, termasuk Claire Silver, yang menggunakan AI sebagai alat bantu aksesibilitas. Dia menyatakan bahwa AI telah membantu dia dalam menciptakan karya seni sejak lama, dan dia menghargai Procreate karena menggunakan teknologi untuk meningkatkan aksesibilitas.
Namun, banyak seniman merasa bahwa penggunaan AI dalam seni kreatif mengurangi nilai kreativitas manusia. Mereka melihat AI sebagai alat yang bisa membantu, tetapi tidak sebagai pengganti kreativitas manusia. Karena AI Generatif tetap menjadi topik yang sensitif di kalangan beberapa seniman, penegasan Procreate terhadap kreativitas berbasis manusia dapat menjadi strategi pemasaran yang efektif. Meskipun beberapa orang mungkin lebih suka menggunakan alat AI, Procreate, dalam ekosistem aplikasi yang ideal, memberikan kebebasan bagi setiap individu untuk memilih aplikasi sesuai dengan prinsip dan keyakinan mereka.