- Google merilis Pixel 9 dengan fitur AI Gemini, namun menggunakan Android 14, bukan Android 15 yang terbaru.
- Fitur Reimagine di aplikasi Photos juga memiliki masalah, karena bisa membuat gambar palsu yang sangat realistis, seperti kecelakaan mobil, bom, mayat, dan narkoba.
- Google harus menunjukkan komitmen mereka untuk menggunakan AI secara bertanggung jawab dan untuk melindungi masyarakat.
pibitek.biz -Google, raksasa teknologi yang dikenal dengan inovasi dan kecerdasannya, baru-baru ini merilis Pixel 9, smartphone terbaru mereka yang diklaim sebagai hardware AI terbaik di pasaran. Dengan antusiasme tinggi, Google ingin segera menghadirkan fitur AI canggih Gemini ke tangan pengguna, bahkan merilis Pixel 9 dengan Android 14, bukan Android 15 yang terbaru. Keputusan ini diambil agar Google bisa mendahului peluncuran ChatGPT dengan mode suara dan Apple Intelligence di iPhone 16. Google ingin memanfaatkan momen strategis di mana jutaan pengguna iPhone harus menunggu update iOS 18 untuk bisa menggunakan fitur AI Apple.
2 – Aplikasi ChatGPT untuk Windows: Kelebihan dan Kekurangan 2 – Aplikasi ChatGPT untuk Windows: Kelebihan dan Kekurangan
3 – AI: Ancaman Baru bagi Keamanan Siber 3 – AI: Ancaman Baru bagi Keamanan Siber
Meskipun kemampuan Gemini diklaim lebih unggul, peluncuran cepat ini ternyata membawa masalah. Google terlalu fokus pada kecepatan peluncuran dan kurang memperhatikan aspek keamanan dan etika penggunaan AI. Pixel 9 ternyata memiliki kelemahan dalam fitur AI, khususnya pada aplikasi Pixel Studio dan fitur Reimagine di aplikasi Photos. Kedua fitur ini, yang seharusnya menjadi senjata andalan Google untuk menarik pengguna, justru menjadi titik lemah karena bisa menghasilkan konten yang meragukan dan bahkan bisa disalahgunakan.
Masalah ini mengingatkan kita pada kejadian AI Overviews di Google Search yang pernah memberikan informasi yang tidak akurat dan konyol, seperti resep pizza dengan lem. Kejadian tersebut, yang sempat viral di internet, merusak kredibilitas Google Search dan membuat banyak orang mempertanyakan kemampuan AI Google. Masalah Pixel Studio dan Reimagine mungkin tidak seburuk AI Overviews, namun bisa berbahaya karena kemampuannya menghasilkan konten yang bisa memanipulasi orang. Jika AI Overviews memberikan informasi yang tidak benar, Pixel Studio dan Reimagine malah bisa membuat konten yang bisa digunakan untuk menipu dan memanipulasi orang.
Pixel Studio, yang dirancang untuk membuat gambar dari instruksi teks, ternyata mampu menghasilkan gambar yang melanggar hak cipta dan bernada ofensif. Contohnya, ketika diminta untuk membuat gambar dengan prompt yang mengandung konten berhak cipta dan kata-kata kasar, Pixel Studio justru menghasilkan gambar tersebut. Ini membuktikan bahwa Google belum memiliki sistem keamanan yang memadai untuk mencegah penyalahgunaan AI. Google sendiri mengakui bahwa AI mereka bisa menghasilkan konten yang ofensif, dan sedang berupaya memperbaiki masalah ini.
Namun, kecepatan perbaikan ini patut dipertanyakan. Perbaikan yang lambat akan membuat kepercayaan pengguna terhadap AI Google semakin merosot. Kepercayaan adalah hal yang penting dalam era digital, di mana informasi dan konten tersebar dengan cepat. Jika Google tidak mampu menjaga kepercayaan pengguna, maka reputasi mereka akan semakin terpuruk. Fitur Reimagine di Google Photos, yang memungkinkan pengeditan foto secara radikal, juga mengundang kekhawatiran. Fitur ini bisa disalahgunakan untuk membuat gambar palsu yang sangat realistis, seperti kecelakaan mobil, bom, mayat, dan narkoba.
Dengan kemampuan ini, para aktor jahat bisa dengan mudah memanipulasi opini publik dengan menyebarkan gambar palsu yang terlihat nyata. Gambar palsu ini bisa digunakan untuk menyebarkan hoaks, propaganda, dan bahkan fitnah. Hal ini sangat berbahaya, karena bisa memicu konflik, kerusuhan, dan perpecahan di masyarakat. Meskipun Photoshop dan software editing lainnya bisa digunakan untuk membuat gambar palsu, namun prosesnya rumit dan membutuhkan waktu. Pixel 9 mempermudah proses pembuatan gambar palsu dengan mudah dan cepat.
Ini sangat mengkhawatirkan, karena gambar-gambar palsu bisa dengan mudah menyebar dan memengaruhi persepsi masyarakat terhadap peristiwa dunia nyata, seperti politik, bencana alam, dan perang. Google memang menambahkan tanda metadata pada gambar AI, namun tanda ini tidak terlihat oleh pengguna biasa. Pixel Studio, sebaliknya, menggunakan sistem tagging yang lebih baik. Google sendiri mengakui bahwa mereka sedang berupaya memperbaiki masalah keamanan pada Pixel Studio dan Reimagine. Namun, pertanyaan besarnya adalah apakah Google bisa mengatasi masalah ini dengan cepat dan efektif.
Masalah ini bukan hanya tentang menjaga reputasi Google, tetapi juga tentang tanggung jawab mereka terhadap masyarakat. Kemampuan AI untuk menghasilkan konten yang berbahaya harus ditangani dengan serius, dan Google harus memastikan bahwa AI mereka digunakan untuk tujuan yang positif, bukan untuk memanipulasi dan menipu orang. Dengan semakin berkembangnya teknologi AI, Google dan perusahaan teknologi lainnya harus terus meningkatkan keamanan dan etika dalam pengembangan AI. Mereka harus memastikan bahwa AI mereka digunakan secara bertanggung jawab dan tidak disalahgunakan untuk tujuan yang jahat.
Perkembangan AI merupakan tantangan dan peluang besar bagi umat manusia. Kita harus memanfaatkannya untuk kebaikan, tetapi juga waspada terhadap potensi bahayanya. Masyarakat dan para pemangku kepentingan harus bekerja sama untuk memastikan bahwa AI digunakan secara etis dan bertanggung jawab, dan tidak menjadi alat untuk menyebarkan hoaks, kebencian, dan manipulasi. Masalah AI Pixel 9 bukan hanya tentang fitur yang kurang sempurna, tetapi juga tentang bagaimana Google menghadapi masalah ini. Jika Google hanya fokus pada perbaikan teknis tanpa mempertimbangkan aspek etika dan keamanan, maka masalah ini akan terus berulang.
Google harus menunjukkan komitmen mereka untuk menggunakan AI secara bertanggung jawab dan untuk melindungi masyarakat dari potensi bahayanya. Perkembangan teknologi AI memang cepat, namun kecepatan ini tidak boleh mengalahkan etika dan keamanan. Google harus memastikan bahwa AI mereka digunakan untuk kebaikan, bukan untuk menghancurkan. Masyarakat dunia berharap Google bisa menjadi pemimpin dalam penggunaan AI yang bertanggung jawab, dan bukan menjadi perusahaan yang mengorbankan etika demi keuntungan.