- Editor foto AI memiliki keterbatasan dalam memberikan kontrol atas hasil.
- Hasil editing dengan editor AI terkadang tidak natural dan kehilangan detail.
- Menggunakan editor AI membutuhkan penyesuaian manual untuk mendapatkan hasil edit yang sempurna.
pibitek.biz -Editor foto AI hadir sebagai solusi untuk mempercepat proses editing foto. Dengan kemampuannya untuk mengenali dan memperbaiki berbagai aspek gambar secara otomatis, editor foto AI seolah menjadi penyelamat bagi mereka yang ingin mendapatkan hasil edit yang memuaskan tanpa harus menghabiskan waktu berjam-jam dengan software editing yang rumit. Namun, jangan terburu-buru terpesona oleh kemudahan yang ditawarkan, pasalnya, editor foto AI juga memiliki beberapa kekurangan yang mungkin membuat kamu berpikir dua kali sebelum sepenuhnya mengandalkannya.
2 – OSCAL TIGER 13: Ponsel Pintar dengan Kamera AI nan Hebat 2 – OSCAL TIGER 13: Ponsel Pintar dengan Kamera AI nan Hebat
3 – Ransomware BianLian Serang Rumah Sakit Anak Boston 3 – Ransomware BianLian Serang Rumah Sakit Anak Boston
Salah satu hal yang paling menjengkelkan dari editor foto AI adalah kurangnya kontrol atas hasil akhir. Meskipun menawarkan berbagai pilihan untuk mengedit beberapa aspek secara manual, sering kali sulit untuk mendapatkan hasil yang persis seperti yang diinginkan, terutama ketika ingin mengejar gaya tertentu. Bayangkan kamu ingin mengedit foto perjalanan ke pantai dengan nuansa vintage, tetapi hasil edit dari editor AI justru menghasilkan warna yang terlalu terang dan tidak sesuai dengan imajinasi kamu.
Dalam situasi seperti ini, kamu akan dibuat frustrasi karena harus berulang kali menyesuaikan parameter hingga mendapatkan hasil yang memuaskan. Editor foto AI lebih cocok untuk memperbaiki masalah kecil, seperti di Lightroom, dan mendapatkan gambaran awal hasil edit. Misalnya, saat mengedit foto dengan langit yang mendung, editor AI bisa membantu mencerahkan langit secara otomatis dan membuat foto terlihat lebih hidup. Namun, untuk mencapai hasil edit yang sempurna, kamu tetap harus melakukan penyesuaian manual secara manual.
Buat pemula, kuranganya kontrol mungkin tidak menjadi masalah besar. Mereka mungkin merasa puas dengan hasil edit yang dihasilkan oleh editor AI, tanpa perlu memahami seluk-beluk software editing. Namun, seiring dengan semakin banyaknya pengalaman dan keinginan untuk mengeksplorasi dunia editing foto yang lebih dalam, kamu akan menginginkan kontrol yang lebih besar atas hasil edit foto. Kamu akan mulai menyadari bahwa editor AI hanya mampu melakukan editing secara generik, dan tidak mampu memahami visi artistik yang ingin kamu tuangkan dalam setiap foto.
Kamu akan haus akan kemampuan untuk mengendalikan setiap detail, sehingga dapat menghasilkan karya foto yang benar-benar sesuai dengan keinginan kamu. Banyak orang menganggap editor foto AI sebagai alat editing yang sempurna. Mereka begitu terpesona dengan kemampuannya yang seolah mampu menghasilkan hasil edit yang sempurna, tanpa cela. Ini adalah masalah yang sering muncul saat berhadapan dengan AI. Banyak yang menganggap ChatGPT sebagai mesin penjawab pertanyaan yang selalu benar dan akurat, tanpa pernah mempertanyakan keandalannya.
Realitanya, AI masih dalam tahap pengembangan, dan belum mampu untuk berpikir kritis dan kreatif seperti manusia. Mereka hanya dapat melakukan apa yang telah diajarkan dan diprogram. Hal ini juga berlaku pada editor foto AI. Mereka mungkin bisa memperbaiki warna, kontras, dan kecerahan, tetapi mereka tidak bisa memahami estetika dan detail artistik yang ingin kamu capai. Pernah suatu hari saat mengedit foto perjalanan ke Islandia, salah satu tools memperbaiki kesalahan di foto, tapi ternyata ada cacat yang jelas terlihat pada beberapa bangunan.
Foto bangunan tersebut seolah diputarbalikkan, sehingga terlihat aneh dan tidak natural. Mau nggak mau, harus mengulang dari awal dan memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh editor AI. Ini membuktikan bahwa editor foto AI masih memiliki keterbatasan, dan tidak selalu menghasilkan hasil edit yang sempurna. Terkadang, mereka justru membuat kesalahan yang sulit diperbaiki. Intinya, editor foto AI hanyalah tools, alat bantu. Mereka bisa melakukan kesalahan, jadi jangan sepenuhnya bergantung pada mereka.
Ingat juga untuk menghindari kesalahan yang sama saat menggunakan tools AI lainnya. Misalnya, saat menggunakan tools AI untuk menulis artikel, sebaiknya selalu cek ulang hasil penulisan dan lakukan editing manual untuk memastikan kualitas artikel yang dihasilkan. Pastikan bahwa artikel tersebut terstruktur dengan baik, menarik, dan bebas dari kesalahan tata bahasa. Mempelajari cara menggunakan software editing foto membutuhkan waktu dan banyak trial and error. Meskipun pernah melakukan banyak kesalahan di awal, justru kesalahan-kesalahan itu yang membuat kita menjadi editor yang lebih baik.
Kita belajar dari kesalahan dan menemukan cara baru untuk mengedit foto. Memang, menekan tombol 'Auto' dan menerima hasilnya mungkin terkesan mudah, tapi seiring waktu kita harus bisa melangkah lebih jauh dari itu. Saat mengedit foto, secara alami kita akan mempelajari cara kerja setiap slider. Kita akan paham cara menggunakan fitur seperti color grading, dan mengerti bagaimana setiap perubahan slider dapat memengaruhi keseluruhan hasil edit. Kita akan belajar untuk memahami dan menghargai keindahan detail yang tersembunyi dalam setiap foto.
Tapi kalau selalu mengandalkan editor satu klik, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk belajar dan berkembang. Kita akan menjadi editor yang pasif, yang hanya mengandalkan AI untuk melakukan editing tanpa memahami prosesnya. Sebenarnya, poin ini berkaitan erat dengan yang sebelumnya. Dibandingkan dengan software editing foto non-AI, editor AI terasa terbatas fitur. Mereka mungkin menawarkan fungsi seperti penyesuaian otomatis dan penggantian langit, tapi kurang punya kedalaman untuk memberikan kontrol edit maksimal.
Editor AI seperti pisau yang tajam, mampu mengukir bentuk dan detail pada gambar dengan cepat, tetapi tidak mampu memberikan kebebasan untuk mengukir karya seni yang lebih kompleks dan mendalam. Solusi terbaik adalah menggunakan tools yang punya kombinasi fitur manual dan AI, yang terbaik dari kedua dunia. Lightroom dan Photoshop punya fitur AI di samping fitur lainnya. Mereka memberikan kebebasan untuk mengedit secara manual, serta mempermudah proses editing dengan bantuan AI. Dengan kombinasi ini, kamu bisa memanfaatkan kekuatan AI untuk mempercepat proses editing, dan tetap mempertahankan kontrol penuh atas hasil edit foto.
Kalau kamu memilih editor AI, pastikan punya tools yang dibutuhkan. Mungkin juga perlu menggunakan lebih dari satu solusi, tapi jangan sampai kewalahan. Misalnya, kamu bisa menggunakan editor AI untuk melakukan penyesuaian otomatis, kemudian menggunakan software editing lain untuk melakukan penyesuaian manual yang lebih detail. Sering kali, bisa langsung tahu kalau suatu gambar diedit dengan AI. Sama halnya dengan artikel yang ditulis dengan AI tanpa diedit sama sekali. Gambar yang diedit dengan AI sering kali terlihat terlalu halus dan mulus, sehingga kehilangan naturalitasnya.
Detail kecil pada gambar menjadi samar, dan warna terlihat kurang hidup. Kesan yang ditimbulkan adalah hasil edit yang dibuat-buat dan tidak natural. Saat menggunakan editor foto AI, kadang gambar terlihat kurang natural. Terlalu halus, dan kalau nggak paham cara menggunakannya dengan benar, akan muncul perbedaan yang aneh, misalnya saat mencoba mengganti suatu elemen tanpa memilih keseluruhannya. Bayangkan kamu ingin mengganti latar belakang foto dengan langit senja, tapi hasil editnya justru membuat langit terlihat aneh dan tidak menyatu dengan latar belakang lainnya.
Biasanya, masalah ini bisa diatasi dengan belajar cara memberikan prompt yang tepat dan memilih area gambar yang benar. Tapi, tetaplah sadar bahwa hasil edit mungkin tidak realistis. Editor AI mungkin bisa membuat langit senja yang indah, tetapi langit tersebut tidak akan terlihat seperti langit senja yang sebenarnya. Ingat, tidak ada editor, baik yang menggunakan AI atau tidak, yang bisa memperbaiki semua masalah di foto. Misalnya, kalau foto terlalu buram, lebih baik pasrah dan coba lagi. Tidak ada editor AI yang bisa mengembalikan detail yang hilang karena keburaman.
Banyak fotografer menganggap software editing sebagai penyelamat untuk semua masalah. Mereka berharap software editing bisa mengatasi semua kekurangan yang ada dalam foto, sehingga foto terlihat sempurna. Sebenarnya, sebaiknya maksimalkan hasil di kamera, dan software editing hanya untuk penyesuaian akhir. Memang nggak selalu bisa ideal, tapi targetkan agar hal ini terjadi lebih sering. Biasakan diri untuk mengambil gambar dengan komposisi yang baik, pencahayaan yang tepat, dan fokus yang tajam. Dengan begitu, kamu akan mengurangi jumlah editing yang dibutuhkan.
Menemukan gaya fotografi yang unik membutuhkan waktu bertahun-tahun, bahkan mungkin puluhan tahun. Untuk mencapai titik ini, kita harus belajar cara menggunakan software dan kamera agar gambar terlihat khas. Kita harus mengasah kemampuan untuk mengolah cahaya, warna, dan komposisi, sehingga dapat menciptakan gambar yang mencerminkan gaya dan kepribadian kita. Jadi, kalau hanya mengandalkan editor foto AI, sulit untuk tampil beda. Salah satu masalah AI adalah semua hasilnya punya tone yang sama, termasuk editor foto AI.