- Penangkapan Durov memicu kepanikan di kalangan pengguna Telegram di Rusia.
- Telegram menjadi platform penting bagi warga Rusia setelah banyak media diblokir pemerintah Rusia.
- Penangkapan Durov memicu perdebatan global tentang peran pemerintah dalam mengontrol platform online seperti Telegram.
pibitek.biz -Kabar mengejutkan datang dari dunia teknologi. Pendiri Telegram, Pavel Durov, ditangkap di Bandara Paris. Penangkapan ini terjadi secara tiba-tiba dan mengejutkan banyak pihak. Pihak berwenang Prancis menyatakan akan mengajukan tuduhan serius kepada Durov, mulai dari membantu terorisme, penipuan, pencucian uang, hingga kejahatan terhadap anak. Mereka menuduh Telegram menjadi sarang kejahatan karena kurangnya kontrol moderasi. Dikatakan, enkripsi dan dukungan terhadap cryptocurrency di Telegram membuat platform ini menjadi alat favorit bagi para pelaku kejahatan terorganisir.
2 – Sengketa XRP: Pertempuran Hukum yang Tak Kunjung Berakhir 2 – Sengketa XRP: Pertempuran Hukum yang Tak Kunjung Berakhir
3 – Kenaikan Manfaat Jaminan Sosial di Tahun 2025 3 – Kenaikan Manfaat Jaminan Sosial di Tahun 2025
Sumber dari TF1, media Prancis yang pertama kali memberitakan berita ini, mengatakan bahwa Durov akan ditahan selama masa pra-sidang. Durov sendiri dikenal sebagai tokoh yang membangun VKontakte, platform media sosial mirip Facebook di Rusia, sebelum akhirnya dipaksa keluar oleh pemerintah. Setelah meninggalkan Rusia, dia mendirikan Telegram, yang kemudian menjadi platform populer, terutama di Eropa. Penangkapan Durov memicu kepanikan di kalangan pengguna Telegram di Rusia, terutama para "milblogger" nasionalis yang menggunakan platform ini untuk mengabarkan perang di Ukraina.
Mereka khawatir informasi rahasia yang mereka bagikan di Telegram bisa jatuh ke tangan intelijen Barat. Telegram memang menjadi platform penting bagi warga Rusia untuk mendapatkan informasi, terutama setelah banyak media diblokir pemerintah. Telegram juga menjadi alat komunikasi bagi tentara Rusia. Rob Lee, seorang peneliti senior di Foreign Policy Research Institute, mengemukakan kekhawatiran bahwa akses intelijen Barat ke Telegram bisa membahayakan keamanan militer Rusia. Kelompok aktivis dan tokoh berpengaruh di dunia digital juga mengecam keras penangkapan Durov, melihatnya sebagai serangan terhadap kebebasan berekspresi dan privasi digital.
Mereka berpendapat bahwa penangkapan ini merupakan ancaman terhadap platform lain yang berfokus pada privasi, seperti sistem keuangan terdesentralisasi (DeFi). Durov dikenal sebagai pendukung kuat privasi dan enkripsi. Penangkapannya ini memicu perdebatan global tentang peran pemerintah dalam mengontrol platform online dan sejauh mana platform digital harus berkolaborasi dengan penegak hukum. Perdebatan ini juga muncul di Amerika Serikat, di mana FBI telah beberapa kali memperingatkan bahwa enkripsi end-to-end akan membuat kejahatan sulit dilacak.
Pemerintah AS telah beberapa kali berupaya memasukkan backdoor dalam sistem enkripsi, tetapi selalu ditolak oleh para pendukung kebebasan sipil dan ahli teknologi yang berpendapat bahwa backdoor justru akan membuat sistem lebih rentan. Penangkapan Durov menjadi sorotan penting dalam perdebatan global tentang kejahatan, enkripsi, kebebasan sipil, dan aplikasi pesan. Kasus ini akan memanaskan perdebatan tentang batas kebebasan online dan peran pemerintah dalam mengontrol platform digital. Bagaimana kasus ini akan berlanjut dan apa dampaknya terhadap masa depan Telegram dan platform digital lainnya masih menjadi tanda tanya.