- China terguncang dengan skandal minyak goreng yang diangkut dengan truk bahan bakar.
- Tiga perusahaan transportasi di China dikenai sanksi karena menggunakan truk untuk mengangkut minyak goreng.
- Pemerintah China menindak tegas perusahaan yang terlibat dalam skandal minyak goreng yang tidak etis.
pibitek.biz -Di tengah gempuran berita tentang perkembangan teknologi dan ekonomi global, terkadang muncul isu yang membuat kita tercengang. Kasus ini melibatkan salah satu kebutuhan pokok manusia: minyak goreng. Di China, sebuah skandal besar meledak, membuat publik marah dan pemerintah bertindak cepat. Skandal ini bermula dari laporan media yang menyebutkan penggunaan tangki truk bahan bakar untuk mengangkut minyak goreng. Tanker tersebut digunakan untuk mengangkut minyak goreng dan bahan kimia tanpa dibersihkan antara pengisian, demi menghemat biaya.
2 – AI: Ancaman Baru bagi Keamanan Siber 2 – AI: Ancaman Baru bagi Keamanan Siber
3 – Ancaman Cerberus, Trojan Perbankan yang Sulit Dideteksi 3 – Ancaman Cerberus, Trojan Perbankan yang Sulit Dideteksi
Sebuah praktik yang sangat berbahaya dan tidak etis. Kabar ini langsung menyebar dan mengundang kecaman dari berbagai pihak. Publik di China geram, karena minyak goreng adalah bahan makanan yang penting dan digunakan setiap hari. Mereka merasa tertipu dan tidak aman, khawatir akan dampak kesehatan akibat konsumsi minyak goreng yang tercemar. Pemerintah China pun langsung bergerak cepat. Tim investigasi dibentuk, dipimpin oleh Komisi Keamanan Pangan Dewan Negara. Tim ini beranggotakan sejumlah lembaga penting, seperti Kementerian Keamanan Umum, Kementerian Transportasi, Komisi Kesehatan Nasional, Administrasi Negara untuk Regulasi Pasar, dan Administrasi Cadangan Pangan dan Strategis Nasional.
Hasil investigasi mengejutkan. Dua sopir truk ditangkap dan tiga perusahaan transportasi dikenai sanksi. Tim investigasi menyatakan bahwa "insiden transportasi ini sangat buruk, menginjak-injak moralitas dan hukum, dan merupakan pelanggaran kriminal yang harus ditindak tegas". Kedua sopir truk yang ditangkap merupakan karyawan dari perusahaan transportasi yang berbeda. Sopir pertama mengangkut minyak goreng dari anak perusahaan Sinograin, perusahaan milik negara, sedangkan sopir kedua mengangkut minyak goreng dari Hopefull Grain and Oil Group, perusahaan swasta.
Investigasi menemukan bahwa truk pertama mengangkut 35,91 ton minyak goreng. Sebanyak 11 ton digunakan untuk membuat pakan ternak, sisanya disegel untuk mencegah penggunaan lebih lanjut. Truk kedua mengangkut 31,86 ton minyak goreng, 29,38 ton di antaranya sudah dikemas dan dijual, terutama di kota Ordos di wilayah otonom Mongolia Dalam. Sisanya, 7,78 ton, sudah dijual tetapi belum digunakan. Minyak goreng ini kemudian ditarik dan disegel. Tiga orang lainnya ditahan selama 10 hari karena mengeluarkan tanda terima palsu bahwa truk telah dibersihkan.
Dua perusahaan transportasi dicabut izin usahanya dan didenda lebih dari 1,5 juta yuan (sekitar Rp 3 miliar), sementara perusahaan ketiga, pemilik salah satu tanker, didenda hampir 2 juta yuan (sekitar Rp 4 miliar). Polisi diminta untuk terus menyelidiki ketiga perusahaan tersebut. Anak perusahaan Sinograin didenda 2,86 juta yuan (sekitar Rp 5,7 miliar), sedangkan Hopefull didenda 2,51 juta yuan (sekitar Rp 5 miliar). Sebuah perusahaan yang membeli minyak goreng dari tanker tersebut didenda 300.000 yuan (sekitar Rp 600 juta), dan perusahaan lain didenda 260.000 yuan (sekitar Rp 520 juta).
Tim investigasi mengatakan bahwa pejabat setempat bertanggung jawab dan bahwa lembaga anti-korupsi akan terlibat dalam penyelidikan lebih lanjut. Mereka menyatakan bahwa, selain dua truk yang disebutkan dalam laporan media, mereka "tidak menemukan masalah serupa" dalam investigasi nasional mereka. Tim tersebut berjanji untuk "toleransi nol" terhadap insiden serupa dan akan terus mengendalikan transportasi minyak goreng. Komentar di koran People's Daily, corong Partai Komunis China, menyatakan bahwa penyelidikan tersebut mencerminkan "sikap bertanggung jawab Beijing terhadap keamanan pangan dan sikap keras untuk terus menindak kejahatan dan pelanggaran hukum yang melibatkan pangan".
Beberapa perusahaan minyak goreng menyatakan pada bulan lalu bahwa mereka telah melakukan investigasi internal dan tidak menemukan masalah dengan produk atau transportasi mereka. Ini bukan pertama kalinya media China melaporkan tentang transportasi minyak goreng. Pada tahun 2005 dan 2015, laporan media menyoroti praktik serupa. Pada bulan lalu, beberapa blogger menemukan bahwa platform online China yang melacak pergerakan truk dapat memberikan petunjuk tentang apakah truk digunakan untuk mengangkut bahan bakar dan minyak goreng.
Platform tersebut, yang ditujukan untuk perusahaan pengiriman, berhenti berbagi informasi setelah terjadi lonjakan trafik. Skandal ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Skandal ini menunjukkan pentingnya kontrol ketat terhadap rantai pasokan pangan, pentingnya menjaga integritas dan kejujuran dalam bisnis, serta pentingnya ketegasan pemerintah dalam menindak pelanggaran hukum. Di tengah tuntutan masyarakat akan transparansi dan akuntabilitas, pemerintah China harus memastikan bahwa kasus ini ditangani dengan serius dan adil.