AI Dipakai Dokter di Klinik: Apa Kata FSMB?



AI Dipakai Dokter di Klinik: Apa Kata FSMB? - credit for: jdsupra - pibitek.biz - Teknologi

credit for: jdsupra


336-280
TL;DR
  • Dokter harus bertanggung jawab atas penggunaan AI, kata FSMB.
  • FSMB sarankan dokter utamakan keselamatan medis pasien, jaga data.
  • Dokter harus menjelaskan diagnosis kepada pasien, termasuk data medis.

pibitek.biz -AI telah merambah berbagai bidang kehidupan, dan dunia kesehatan pun tak luput dari sentuhannya. Perkembangan teknologi AI yang semakin pesat memunculkan harapan baru dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan, mendiagnosis penyakit dengan lebih akurat, dan mempersonalisasi pengobatan bagi pasien. Namun, penggunaan AI di klinik juga menimbulkan pertanyaan besar mengenai aspek etika dan regulasi. Bagaimana memastikan penggunaan AI tetap aman dan tidak merugikan pasien? Bagaimana cara mengawasi dan mengevaluasi kinerja AI? Pertanyaan-pertanyaan ini masih terus dikaji oleh berbagai pihak, termasuk organisasi kesehatan dan lembaga pengatur.

Di Amerika Serikat, Federation of State Medical Boards (FSMB) menjadi salah satu organisasi yang vokal dalam menyuarakan pentingnya etika dan regulasi dalam penggunaan AI di klinik. FSMB merupakan organisasi yang mewakili 71 lembaga medis di Amerika Serikat, yang memiliki wewenang untuk mengatur dokter dan praktik medis. Keterlibatan FSMB dalam pembahasan penggunaan AI di klinik menjadi sangat penting, karena lembaga ini memiliki peran kunci dalam memastikan praktik medis tetap etis dan aman bagi pasien.

Di bulan April 2024, FSMB mengeluarkan sebuah laporan berjudul "Navigating the Responsibility and Ethical Incorporation of Artificial Intelligence into Clinical Practice", yang kemudian disingkat sebagai "laporan". Laporan ini menjadi panduan bagi dokter dan lembaga medis untuk memahami penggunaan AI di klinik secara lebih baik. Laporan tersebut menekankan pentingnya penggunaan AI yang bertanggung jawab dan etis, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan, bukan untuk menggantikan peran dokter.

FSMB juga mengimbau agar lembaga medis tidak berlebihan dalam mengatur AI. FSMB berharap, peraturan yang mengatur penggunaan AI di Amerika Serikat bisa lebih seragam dan tidak menimbulkan kebingungan bagi para praktisi medis. Laporan FSMB menyoroti enam topik utama: pendidikan, akuntabilitas, catatan medis, persetujuan pasien dan privasi data, kesetaraan dan bias, dan tata kelola. Pertama, FSMB menekankan pentingnya pendidikan tentang AI bagi para dokter. Pendidikan medis harus memuat materi tentang data analitik dan penggunaan AI di klinik.

Dokter juga harus mengikuti program pendidikan medis khusus tentang AI agar mereka dapat memahami manfaat dan risiko penggunaan AI dengan lebih baik. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang AI, dokter dapat menggunakan teknologi ini dengan bijak dan bertanggung jawab. Mereka juga dapat mengenali potensi risiko dan mengambil langkah pencegahan yang tepat untuk melindungi pasien. Kedua, FSMB menegaskan bahwa dokter tetap bertanggung jawab atas penggunaan AI. Dokter harus bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan oleh penggunaan AI.

Hal ini memicu perdebatan mengenai tanggung jawab vendor AI, apakah mereka juga bertanggung jawab jika dokter salah menggunakan AI. FSMB berpendapat bahwa tingkat risiko bagi pasien akan lebih tinggi jika AI digunakan untuk membantu dokter dalam pengambilan keputusan. Semakin tinggi risiko yang dihadapi pasien, maka semakin tinggi pula tingkat pengawasan dan akuntabilitas yang harus ditanggung oleh dokter. Sebagai contoh, tugas administratif memiliki tingkat risiko yang rendah, sedangkan alat bantu pengambilan keputusan memiliki tingkat risiko yang tinggi.

AI yang dirancang untuk berinteraksi dengan pasien, seperti chatbot atau terapi berbasis AI, juga termasuk dalam kategori risiko tinggi. Dokter wajib memberikan penjelasan yang jelas mengenai alasan di balik keputusan yang mereka ambil, baik itu mengikuti rekomendasi AI maupun tidak. Jika dokter tidak menggunakan kemampuannya sendiri untuk mengevaluasi hasil AI, maka mereka dianggap melanggar kode etik profesi. FSMB juga menganjurkan agar dokter menggunakan alat AI yang dapat meningkatkan kualitas layanan kesehatan.

Jika dokter menolak untuk menggunakan alat AI yang bermanfaat, maka mereka dianggap gagal menjalankan kewajiban profesional dan standar layanan yang berlaku. Ketiga, FSMB mengingatkan dokter agar tidak sembarangan menggunakan AI untuk mengisi catatan medis. Penggunaan AI yang tidak tepat dapat menyebabkan data dalam catatan medis menjadi tidak akurat. Dokter juga harus memastikan keamanan data di catatan medis dengan menerapkan sistem keamanan yang ketat. Hal ini penting untuk melindungi privasi pasien dan mencegah kebocoran data medis.

Kejahatan siber dan pencurian data medis menjadi ancaman serius di era digital ini. Oleh karena itu, dokter harus proaktif dalam melindungi data pasien. Keempat, FSMB menegaskan bahwa dokter wajib menjelaskan kepada pasien mengenai diagnosis, pilihan pengobatan, risiko dan manfaatnya, serta pilihan pengobatan alternatif, termasuk penggunaan AI. Pasien juga berhak menentukan bagaimana data mereka digunakan. FSMB menekankan bahwa dokter harus mendapatkan persetujuan dari pasien sebelum menggunakan AI untuk mengobati mereka.

Hal ini merupakan bentuk penghormatan terhadap otonomi pasien, yang memungkinkan mereka untuk membuat keputusan yang tepat berdasarkan informasi yang lengkap. Pasien memiliki hak untuk menolak pengobatan dengan AI jika mereka tidak nyaman dengannya. Kelima, FSMB menyinggung isu kesetaraan dan bias dalam penggunaan AI. Dokter harus mampu mengidentifikasi dan menghilangkan bias dalam memberikan perawatan, termasuk bias yang muncul dari AI. FSMB juga menekankan pentingnya memberikan akses yang sama bagi semua pasien terhadap manfaat AI.

Bias dalam pengembangan AI dapat muncul dari data yang digunakan untuk melatih AI. Jika data yang digunakan bias, maka AI juga bisa bias. Namun, hal yang jarang dibahas adalah bagaimana memastikan semua orang memiliki akses yang sama terhadap manfaat AI. Padahal, AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan hasil pengobatan. Maka dari itu, penting bagi dokter untuk memikirkan cara menggunakan AI tanpa memperburuk kesenjangan yang ada. Terakhir, FSMB memberikan rekomendasi kepada berbagai pihak, termasuk FSMB sendiri, mengenai prinsip etika dan tata kelola untuk mengatur AI.

FSMB menyarankan agar lembaga medis tidak mengatur AI secara spesifik, mengingat perkembangan teknologi AI yang sangat cepat. Lebih baik lembaga medis fokus pada prinsip etika dan rekomendasi yang berlaku umum untuk semua. Laporan FSMB ini menjadi acuan penting bagi berbagai pihak di Amerika Serikat untuk memahami penggunaan AI di klinik. Laporan tersebut menekankan pentingnya etika, akuntabilitas, dan transparansi dalam penggunaan AI. Selain laporan FSMB, organisasi lain, seperti American Medical Association (AMA), juga mengeluarkan laporan mengenai penggunaan AI di bidang kesehatan.

AMA menekankan pentingnya penggunaan AI yang terintegrasi dengan praktik medis yang ada. Pemerintah Amerika Serikat juga berencana untuk mengeluarkan peraturan mengenai AI dalam beberapa tahun ke depan. Dokter harus mengikuti perkembangan peraturan ini agar dapat menjalankan praktik medis yang sesuai dengan regulasi yang berlaku. Sebagai contoh, negara bagian Georgia telah mengeluarkan undang-undang yang melarang dokter untuk mengambil keputusan pengobatan berdasarkan hasil AI saja. Undang-undang ini juga mewajibkan dokter untuk mengecek ulang hasil AI sebelum mengambil keputusan.

Georgia Composite Medical Board juga diwajibkan untuk mengeluarkan peraturan yang mengatur penggunaan AI, termasuk memberikan sanksi kepada dokter yang melanggar peraturan tentang penggunaan AI yang aman dan etis. Kesimpulannya, AI telah menjadi bagian integral dari dunia kesehatan. Dokter harus memahami AI dan menggunakannya dengan bijak, dengan selalu memprioritaskan keselamatan dan kesejahteraan pasien. Penggunaan AI yang bertanggung jawab akan membuka peluang baru dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan.