Fitur AI: Bloatware Versi Baru?



Fitur AI: Bloatware Versi Baru? - picture origin: zdnet - pibitek.biz - Apple

picture origin: zdnet


336-280
TL;DR
  • Pengguna tidak ingin aplikasi bloatware yang memakan penyimpanan.
  • Pengguna harus membayar lebih mahal untuk fitur AI yang tidak berguna.
  • Pengguna ingin bisa memilih fitur yang ingin mereka gunakan dan nonaktifkan.

pibitek.biz -Beberapa waktu lalu, ada rencana untuk berpindah dari HP Pixel ke Nothing Phone 3. Tapi kemudian, Carl Pei, bos Nothing, mengumumkan bahwa Nothing Phone 3 akan full AI. Ini membuat rencana berpindah batal. Sepertinya setiap perusahaan sekarang sedang tergila-gila dengan AI. Mereka berlomba-lomba untuk memasukkan AI ke dalam produk mereka, seolah-olah AI adalah solusi untuk semua masalah. Seolah-olah AI adalah kunci untuk meraih kesuksesan di masa depan. Tentu saja, AI memiliki potensi yang besar, namun terkadang kecenderungan ini terasa berlebihan.

Apa yang membuat AI jadi "menyeramkan"? Coba ingat-ingat tahun 2010. Saat itu, produsen HP dan operator seluler mulai membanjiri Android dengan aplikasi tambahan. Hampir semua aplikasi ini tidak berguna dan banyak yang dibuat asal-asalan. Aplikasi ini dikenal sebagai bloatware, dan tetap ada di HP, tidak pernah digunakan, dan tidak bisa dihapus. Pengguna harus bersabar dengan keberadaan bloatware ini. Seolah-olah mereka dipaksa untuk menggunakan aplikasi yang tidak berguna. Pengguna harus menerima kenyataan bahwa HP mereka "dihiasi" dengan aplikasi yang tidak pernah mereka sentuh.

Bloatware ini "mengendutkan" sistem operasi dan memakan banyak ruang penyimpanan. Dulu, ini masalah besar karena HP punya kapasitas penyimpanan yang terbatas. Akibatnya, pengguna harus rajin-rajin menghapus data di HP agar tidak penuh dan HP tidak "mogok". Bayangkan, dulu, pengguna harus menghapus data di HP hampir setiap bulan! Mereka harus berjibaku dengan masalah penyimpanan yang terbatas, dengan HP yang semakin lambat karena ruang penyimpanan yang menipis. Ini adalah masa-masa kelam bagi para pengguna HP.

Sekarang, HP umumnya punya penyimpanan yang besar, sehingga bloatware tidak terlalu menjadi masalah. Tapi bukan berarti perusahaan boleh seenaknya mengisi HP dengan aplikasi yang tidak akan pernah digunakan. Perusahaan masih harus bijak dalam memilih aplikasi yang mereka masukkan ke dalam HP. Mereka harus mempertimbangkan apakah aplikasi itu benar-benar bermanfaat bagi pengguna atau hanya menjadi beban bagi HP. Mereka harus memikirkan dampaknya terhadap pengalaman pengguna. AI mungkin tidak termasuk dalam kategori bloatware, tapi AI akan memaksa produsen HP untuk meningkatkan kapasitas penyimpanan, kecepatan CPU, dan RAM.

Singkatnya, AI adalah salah satu penyebab utama kebutuhan akan "lebih". Dampak negatifnya adalah konsumen harus membayar lebih mahal untuk HP, padahal mungkin tidak akan menggunakan sebagian besar fitur AI. Mereka terpaksa mengeluarkan uang lebih banyak untuk mendapatkan HP yang canggih, padahal fitur canggih yang mereka dapatkan mungkin tidak akan pernah mereka gunakan. Mereka harus rela merogoh kocek lebih dalam untuk mendapatkan HP yang lebih kuat, tapi tidak menjamin mereka akan puas dengan fitur AI yang ada.

Bener sih, konsumen akan mencoba AI, tapi hanya sampai rasa penasarannya hilang. Setelah itu, komponen AI di sistem operasi HP akan hanya "menumpang" dan memakan ruang penyimpanan. Google, misalnya, ingin AI tertanam dalam sistem operasi sehingga semua aplikasi akan menggunakan AI. Akibatnya, HP Pixel akan semakin bertenaga dan semakin mahal. Pengguna harus siap-siap mengeluarkan uang lebih banyak untuk mendapatkan HP yang semakin kuat, hanya untuk menampung AI yang tidak terlalu berguna. Mereka harus rela membayar mahal untuk HP yang semakin canggih, hanya untuk "memelihara" AI yang tidak terlalu mereka butuhkan.

Apple juga tidak jauh berbeda. Samsung, Nothing, dan banyak perusahaan lainnya juga sama. Mereka semua tergiur dengan janji-janji AI, dan rela mengeluarkan biaya besar untuk mengembangkan produk yang bertenaga AI. Mereka berlomba-lomba untuk menghadirkan produk yang "pintar", tanpa memikirkan dampaknya terhadap konsumen. Mereka seolah-olah terbius dengan pesona AI dan lupa bahwa pengguna adalah yang paling penting. AI memang punya banyak manfaat. Tapi apakah pengguna HP benar-benar membutuhkan kekuatan AI di HP mereka? Apakah AI benar-benar memberikan manfaat nyata bagi pengguna? Apakah AI mampu memberikan pengalaman yang lebih baik daripada yang sudah ada? Pertanyaan-pertanyaan ini perlu dijawab dengan jujur dan kritis.

Dulu, ketika Google Assistant masih "segar", tidak ada kekhawatiran bahwa aplikasi ini akan terlalu "menyatu" dengan HP atau membutuhkan hardware yang lebih kuat. Ternyata, manusia bisa hidup tanpa AI, tidak perlu AI untuk melakukan banyak hal yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Namun, kini kita hidup di era di mana AI semakin mendominasi. Kita harus siap-siap untuk menerima kenyataan bahwa AI akan semakin merasuk ke dalam kehidupan kita. Sekarang, HP dan tablet sedang "di-AI-kan", dan kita tidak bisa berbuat banyak.

AI akan memakan ruang penyimpanan dan siklus CPU, dilatih dengan data aktivitas kita, dan membuat profil kita untuk "melayani" kita (atau perusahaan yang menciptakan AI). Kita harus menyadari bahwa AI sedang "mengintai" kita. AI sedang mengumpulkan data tentang kita, dan menggunakan data tersebut untuk mengendalikan kita. AI sedang "menguntit" kita dan siap untuk menguasai kehidupan kita. AI boleh digunakan, asalkan dengan tujuan yang baik dan alasan yang tepat. Memakan ruang penyimpanan dan siklus CPU di HP tanpa persetujuan kita bukanlah tujuan yang baik.

AI yang semakin "lahap" membutuhkan software dan hardware yang semakin besar, dan HP kita akan kembali "gendut" seperti tahun 2010. Kita akan merasa membayar lebih mahal untuk HP yang kita butuhkan. Kita harus berhati-hati dalam menggunakan AI. Kita harus memastikan bahwa AI digunakan untuk tujuan yang baik, dan tidak menjadi beban bagi kita. Sebenarnya, ada beberapa cara untuk menghindari AI, misalnya dengan membeli HP kelas menengah ke bawah atau memasang ROM khusus di HP Android. Tapi, memasang ROM cukup sulit dan tidak ada dukungan dan pembaruan yang pasti.

Pengguna harus siap untuk menghadapi tantangan yang ada, dan siap untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul. Mereka harus siap untuk "berjuang" untuk mendapatkan kebebasan dari AI. Cara lainnya adalah dengan tetap menggunakan HP yang sudah dimiliki. Ya, otak kita cenderung konsumtif dan ingin ganti HP setiap satu atau dua tahun, tapi jika bisa menahan keinginan itu, kita bisa terbebas dari AI untuk sementara waktu (terutama jika HP kita tidak mendukung Android 15). Kita harus berusaha untuk melawan kecenderungan konsumtif kita.

Kita harus berusaha untuk puas dengan HP yang sudah kita miliki. Kita harus berusaha untuk menahan keinginan untuk membeli HP baru, meskipun diiming-imingi dengan fitur AI yang canggih. Solusi yang ideal adalah dengan memberi pengguna pilihan untuk menonaktifkan fitur AI di HP. Jika tidak ingin menggunakan AI, pengguna harus bisa memilih dan menonaktifkan AI. Dengan begitu, kita tidak perlu khawatir CPU HP kita bekerja ekstra keras untuk menghasilkan email yang buruk. Kita harus bisa mengendalikan HP kita.

Kita harus bisa memilih fitur yang ingin kita gunakan dan fitur yang ingin kita nonaktifkan. Kita harus bisa menentukan bagaimana HP kita berfungsi. Sayangnya, hal ini mungkin tidak akan terjadi. AI sedang "naik daun" dan perusahaan teknologi akan terus mengeruk keuntungan dari AI. Konsumen harus siap-siap menerima software yang memakan ruang penyimpanan dan siklus CPU. Kita harus menerima kenyataan bahwa AI akan semakin mendominasi. Kita harus siap untuk menghadapi masa depan di mana AI menjadi bagian integral dari kehidupan kita.