- Amazon mengembangkan Alexa dengan teknologi AI Generatif.
- Alexa AI Generatif berpotensi menjadi penghasil keuntungan baru.
- Keberhasilannya tergantung dari kemampuan Amazon mengembalikan kepercayaan pengguna.
pibitek.biz -Mereka harus mempertimbangkan faktor-faktor seperti kebutuhan pengguna, harga yang tepat, dan strategi pemasaran yang efektif untuk menarik pengguna yang bersedia membayar untuk mendapatkan fitur Alexa yang lebih canggih.
2 – Ransomware BianLian Serang Rumah Sakit Anak Boston 2 – Ransomware BianLian Serang Rumah Sakit Anak Boston
3 – AI: Ancaman Baru bagi Keamanan Siber 3 – AI: Ancaman Baru bagi Keamanan Siber
Sejak kemunculannya, Alexa, asisten digital yang hadir di perangkat Amazon Echo, selalu menjanjikan pengalaman keren dan canggih yang bisa membantu orang-orang dalam melakukan berbagai hal. Alexa menawarkan kemudahan akses informasi, pengaturan perangkat rumah pintar, dan hiburan yang bisa diakses dengan mudah melalui suara. Namun, di balik kemudahan dan kecanggihan teknologi Alexa, tersimpan pertanyaan mendasar: apakah Alexa benar-benar bisa menghasilkan uang buat Amazon? Sebelas tahun lalu, Amazon mengumumkan peluncuran Amazon Echo, sebuah perangkat canggih yang diklaim bisa melakukan berbagai hal dengan bantuan Alexa.
Amazon mengklaim bahwa Alexa bisa menjawab pertanyaan, menjalankan perintah, dan bahkan bisa berinteraksi dengan perangkat lainnya di rumah. Kehadiran Alexa mendapat sambutan hangat dari masyarakat, yang terkesima dengan kemudahan dan kecanggihan Alexa dalam menyelesaikan berbagai tugas. Alexa dengan cepat mendapat popularitas dan menjadi bagian penting dari kehidupan orang-orang di seluruh dunia. Saat itu, Alexa terasa seperti sulap. Orang-orang bisa menanyakan ramalan cuaca, menyetel timer saat memasak, dan bahkan bisa menjalankan musik buat berpesta dansa hanya dengan mengucapkan beberapa kata.
Perangkat Echo yang dibekali Alexa memiliki kualitas suara yang cukup baik, dan Alexa berhasil membantu membangun momen-momen indah bagi banyak keluarga. Namun, keberhasilan Alexa dalam menarik perhatian masih belum bisa diartikan sebagai keberhasilan dalam mendorong pertumbuhan bisnis Amazon. Sayangnya, seiring berjalannya waktu, penggunaan Alexa tidak menghasilkan peningkatan pendapatan atau keuntungan signifikan buat Amazon. Orang-orang tetap belanja di Amazon seperti biasa, tidak ada peningkatan pembelian signifikan yang bisa dikaitkan dengan adanya Alexa.
Amazon menghabiskan banyak dana untuk mengembangkan Alexa, namun hasilnya tidak sepadan dengan investasi yang mereka gelontorkan. Amazon pun mulai merasa kecewa dengan Alexa, yang justru terkesan makin 'nekat' dalam memberikan saran yang tidak relevan setelah memberikan jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan. Amazon pun mulai mencari cara baru buat memanfaatkan Alexa dengan lebih efektif. Munculnya ChatGPT dan teknologi AI Generatif membuka peluang baru buat Amazon. Amazon menginginkan Alexa bisa menjadi lebih pintar dan memberikan pengalaman baru buat pengguna.
Amazon mengharapkan bahwa dengan teknologi AI Generatif, Alexa bisa memberikan jawaban yang lebih bermakna, menjalankan perintah yang lebih kompleks, dan bahkan bisa berinteraksi dengan pengguna secara lebih natural. Amazon berencana mengeluarkan versi baru Alexa yang dibekali dengan AI Generatif. Versi baru ini akan diberikan dengan biaya bulanan. Strategi ini menarik, mengingat Amazon memiliki ratusan juta perangkat Alexa di seluruh dunia. Namun, pertanyaannya adalah, berapa banyak pengguna yang bersedia membayar buat menggunakan Alexa yang lebih canggih? Bisakah Amazon menghasilkan keuntungan dengan sistem langganan Alexa? CEO Amazon, Andy Jassy, terkenal sebagai pemimpin yang tidak takut mengubah strategi bisnis jika dirasa tidak efektif.
Dia pernah mengurangi biaya operasional dengan cara yang agresif selama masa jabatannya sebagai CEO. Jassy mungkin akan memfokuskan perhatian ke bisnis AWS (Amazon Web Services), yang sudah berinvestasi besar di dunia AI. Namun, Amazon sudah mengeluarkan ratusan juta perangkat Alexa. Mereka pernah membuat kejutan dengan kesuksesan Alexa di masa awal. Mungkinkah mereka menciptakan kejutan lagi dengan Alexa AI Generatif? Di sisi lain, Qualcomm lagi mencari peluang akuisisi di dunia teknologi. Kabarnya, Qualcomm ingin membeli bisnis desain PC milik Intel.
Mereka berminat untuk membeli semua divisi desain di Intel, kecuali prosesor server. Intel lagi mengalami masa sulit dan berencana untuk menjual beberapa divisinya, termasuk bisnis desain PC chipset. Ini kejadian yang luar biasa, karena bisnis desain PC chipset merupakan bagian penting dari Intel. Google juga mendapat sorotan dari lembaga antitrust. Lembaga antitrust Inggris mencurigai bahwa Google menyalahgunakan posisi dominannya di dunia periklanan online. Mereka menuduh bahwa Google memperlakukan dirinya sendiri dengan lebih baik dibanding perusahaan lain, dan hal ini merugikan perusahaan lain yang ingin bersaing di dunia periklanan online.
Komisi Eropa berencana meminta Google menjual sebagian bisnis ad-tech-nya untuk mengatasi masalah ini. Departemen Kehakiman Amerika Serikat dan beberapa negara bagian lain juga memiliki rencana yang sama. Telegram juga terlibat dalam penyelidikan kriminal. Kepolisian Prancis melanjutkan penyelidikan kriminal terhadap Telegram, setelah Telegram menolak menyerahkan data pengguna yang mengirim pesan berisi ancaman kejahatan seksual ke seorang agen bawah tanah. Telegram kemudian menambahkan fitur baru yang membantu pengguna melaporkan kejahatan di chat terenkripsi.
CEO Telegram, Pavel Durov, juga mengeluarkan pernyataan setelah dia ditangkap, di mana dia menyatakan bahwa "tidak ada inovator yang ingin membangun alat baru jika mereka tahu bahwa mereka akan bertanggung jawab atas penyalahgunaan alat tersebut". Nick Pickles, kepala global affairs di X (dulu Twitter), mengundurkan diri setelah bekerja selama lebih dari sepuluh tahun. Pickles merupakan salah satu orang penting di perusahaan yang dipimpin Linda Yaccarino. Dia mengundurkan diri di saat X lagi kena masalah dengan aturan kebijakan di berbagai negara, mulai dari Inggris sampai Brazil.
Marc Benioff, CEO Salesforce, mengumumkan bahwa perusahaannya akan memfokuskan diri ke AI Generatif otomatis. Apakah ini cukup buat Salesforce berkembang di era AI Generatif? Anduril, startup teknologi pertahanan, merekrut lebih dari 1.000 karyawan dalam sembilan bulan. Mereka sedang menyiapkan diri untuk membangun jet tempur tanpa awak buat Angkatan Udara. Elon Musk terus berinteraksi di X dengan influencer sayap kanan yang diduga didukung oleh perusahaan yang didanai Rusia. Amerika akan mengeluarkan aturan baru untuk ekspor teknologi komputasi kuantum.
Tujuannya menghentikan China mengakses teknologi canggih ini. Gangguan CrowdStrike mempengaruhi Delta Airlines, dan pesaing mereka malah menguntungkan dari masalah ini. CEO Nvidia menyatakan bahwa dia lebih suka "menyiksa karyawan agar menjadi hebat" dibanding memecat karyawan. Anthropic ikut-ikutan OpenAI mengejar pelanggan bisnis. Amerika, Inggris, dan Uni Eropa menandatangani perjanjian AI pertama di dunia. Perjanjian ini memaksa sistem AI mematuhi prinsip keamanan dan perlindungan data. Negara-negara di wajibkan untuk membantu warga mengajukan klaim terhadap perusahaan AI.
Alexa yang dibenamkan dengan teknologi AI Generatif berpotensi menjadi penghasil keuntungan baru buat Amazon. Namun, keberhasilannya masih tergantung dari kemampuan Amazon mengembalikan kepercayaan pengguna dan menyediakan fitur yang benar-benar dibutuhkan. Sementara itu, perkembangan teknologi AI juga mempengaruhi perusahaan lain, seperti Qualcomm, Google, dan Salesforce, yang semuanya sedang bersaing untuk mengembangkan bisnis di era AI Generatif. Amazon harus cerdas dalam menentukan strategi yang tepat untuk memanfaatkan Alexa AI Generatif.