- Bling Libra ngerampok data perusahaan, terus ngancem buat nyebar data kalo tebusan nggak dibayar.
- Bling Libra memanfaatkan celah keamanan di cloud, suka ngincar data yang penting buat perusahaan.
- Perusahaan harus waspada dan perkuat keamanan, biar nggak jadi korban Bling Libra.
pibitek.biz -Bling Libra, geng peretas yang sukses mencuri jutaan data Ticketmaster beberapa bulan lalu, bukan cuma ngambil data terus dijual. Mereka sekarang punya strategi baru, lebih 'jahat' dan 'ngeri'. Taktik mereka lebih kejam dan berbahaya, seperti setan yang mengintai di balik layar. Geng ini sekarang ngerampok data, terus ngancem bakal disebar online kalo nggak ditebus. Kayak geng ransomware, tapi versi 'kece'. Mereka fokusnya ke cloud, tempat penyimpanan data digital. Perubahan strategi ini menunjukkan bahwa geng ini semakin licin dan cerdas dalam menargetkan perusahaan.
2 – Fitur Canvas ChatGPT Tampilkan Perubahan Teks 2 – Fitur Canvas ChatGPT Tampilkan Perubahan Teks
3 – Serangan SIM-Swap: Akun SEC Diretas Secara Besar-Besaran 3 – Serangan SIM-Swap: Akun SEC Diretas Secara Besar-Besaran
Para peneliti dari Palo Alto Networks, Unit 42, baru-baru ini ngungkapin aksi Bling Libra yang makin canggih dan mengintimidasi. Awalnya, Bling Libra ngumpulin data login dan password yang 'legal', buat akses ke database perusahaan-perusahaan. Mereka punya jurus andalan, 'ngecek' kelemahan keamanan di internet buat ngambil data login. Mereka menggunakan cara-cara yang licik untuk mengelabui sistem keamanan perusahaan. Bayangin, kayak 'ngintip' orang buka kunci di rumah. Mereka memanfaatkan celah keamanan dan memanfaatkan data yang terlupakan atau terabaikan.
Setelah masuk, Bling Libra mulai 'ngubek-ngubek' data sensitif, kayak nama, alamat, email, bahkan data kartu kredit. Mereka suka banget sama data-data penting, kayak harta karun. Mereka menganalisis data dengan teliti dan memilih data yang paling bernilai. Mereka tahu nilai strategis data dan bagaimana menggunakannya untuk keuntungan mereka sendiri. Bling Libra yang awalnya cuma ngambil data terus jual di forum peretas, sekarang udah 'berlevel up'. Mereka sekarang ngelakuin 'pencurian data', baru kemudian 'nyekap' data, minta tebusan.
Giliran nggak ditebus, data bakal diumbar di internet, jadi 'publik' sejagat. Teknik ini terbukti efektif, membuat banyak perusahaan tunduk pada tuntutan Bling Libra. Bayangin, Bling Libra ngerampok data di cloud Amazon Web Services (AWS) milik sebuah perusahaan. Mereka 'nembus' keamanan pake akun login yang dicuri. Setelah 'berkeliaran' di dalam sistem selama sebulan, mereka 'nyolong' data, terus hapus data asli. Mereka memanfaatkan kesempatan dan bergerak dengan sangat hati-hati. Lalu, tinggalin 'surat ancaman' di komputer.
Surat ancamannya berisi tuntutan tebusan, dengan deadline satu minggu. Kalo nggak ditebus, data bakal diumbar. Bling Libra tidak segan-segan untuk mengumumkan data jika tebusan tidak dipenuhi. Nggak cuma itu, mereka juga 'iseng' ngebuat folder baru di penyimpanan data, kayak 'ngejek' perusahaan yang kena serang. Tindakan ini menunjukkan arogansi dan kesombongan Bling Libra. Serangan Bling Libra ke Ticketmaster dan perusahaan sejenis di Australia, Ticketek Entertainment Group (TEG), jadi bukti kalau geng ini 'jago' banget nyasar ke platform penyedia layanan cloud.
Mereka seringkali masuk ke sistem perusahaan melalui 'jalur belakang', yaitu penyedia layanan cloud yang dipakai perusahaan. Bling Libra memanfaatkan celah keamanan di penyedia layanan cloud dan memanfaatkan kelengahan perusahaan. Bling Libra 'ngincar' kelemahan di keamanan cloud, kayak akun login yang nggak pakai 'multi-faktor authentication' (MFA). MFA itu kayak kunci rahasia tambahan buat login, biar tambah aman. Mereka memahami bahwa MFA adalah sistem keamanan yang penting, tetapi banyak perusahaan yang masih mengabaikannya.
Bling Libra 'nongol' pas lagi banyak perusahaan pindah ke cloud. Ini 'peringatan' buat perusahaan agar lebih berhati-hati, 'nyiapin' pertahanan yang kuat, biar nggak jadi korban kejahatan dunia maya. Bling Libra memanfaatkan situasi ini dan mengambil keuntungan dari kerentanan perusahaan. Perusahaan perlu pakai MFA di semua akun, 'ngebatasin' akses ke data penting, dan 'ngawasin' aktivitas di cloud. Perusahaan juga harus 'rajin' ngecek keamanan sistem mereka. Dengan meningkatkan keamanan, perusahaan dapat mengurangi risiko menjadi korban serangan Bling Libra.
Bling Libra jadi bukti kalau keamanan cloud itu penting banget. Perusahaan harus 'waspada' dan 'siap siaga', karena geng peretas nggak pernah tidur. Mereka selalu nyari kelemahan dan 'menyerang' kapan saja. Bling Libra adalah ancaman nyata bagi dunia digital. Perusahaan perlu waspada dan selalu memperbarui sistem keamanan mereka. Bling Libra makin aktif dan berani 'ngegila' di dunia maya. Mereka 'mengancam' bisnis dan data-data penting. Perusahaan harus 'sigap' dan 'bijak' dalam menghadapi serangan siber.
'Nggak cuma' mengandalkan teknologi canggih, perusahaan juga harus punya strategi yang 'cerdas'. Perusahaan perlu menggabungkan teknologi dan strategi yang cerdik untuk menghadapi ancaman yang semakin kompleks.