- Gartner sarankan perusahaan jangan terburu-buru adopsi AI.
- Fokus pada kebutuhan dan tujuan perusahaan dalam adopsi AI.
- Perusahaan harus siap menghadapi tantangan teknis dan budaya.
pibitek.biz -Gartner, lembaga riset teknologi ternama, ngasih saran ke para bos IT di Australia. Mereka bilang, jangan buru-buru ikutan tren AI yang lagi panas. Banyak vendor teknologi yang lagi "ngebut" ngembangin dan jualin solusi AI, tapi ternyata banyak perusahaan yang masih pusing ngeliat hasilnya. Gartner ngingetin, banyak perusahaan yang udah ngeluarin banyak uang untuk investasi AI, tapi belum bisa dapetin hasil yang maksimal. Para ahli di Gartner juga menekankan pentingnya perusahaan fokus ngeliat AI sebagai solusi yang bisa diimplementasikan secara strategis, bukan sekedar ikut-ikutan tren.
2 – Fitur Canvas ChatGPT Tampilkan Perubahan Teks 2 – Fitur Canvas ChatGPT Tampilkan Perubahan Teks
3 – Ransomware BianLian Serang Rumah Sakit Anak Boston 3 – Ransomware BianLian Serang Rumah Sakit Anak Boston
Gartner nyaranin perusahaan-perusahaan di Australia buat jalanin "perlombaan AI" mereka sendiri sampai tahun 2025. Caranya? Gampang, sesuaikan sama kebutuhan dan tujuan perusahaan. Gartner ngebagi cara adopsi AI jadi dua: steady dan accelerated. Kalau perusahaan mau jalan steady, fokusnya di peningkatan produktivitas. Mereka ngeliat AI sebagai alat bantu buat karyawan, terutama buat karyawan yang punya pekerjaan kompleks dan berpengalaman. Semakin kompleks pekerjaan dan semakin berpengalaman karyawan, semakin besar manfaat AI-nya.
Gartner menekankan pentingnya perusahaan fokus ngeliat AI sebagai solusi yang bisa diimplementasikan secara strategis, bukan sekedar ikut-ikutan tren. AI bisa jadi alat yang efektif untuk meningkatkan produktivitas karyawan, terutama di bidang-bidang yang membutuhkan analisis data dan pengambilan keputusan yang cepat. Namun, penting untuk diingat bahwa AI bukan solusi instan. Membutuhkan waktu dan effort untuk mengintegrasikan AI ke dalam sistem kerja perusahaan dan melatih karyawan untuk menggunakannya secara efektif.
Peningkatan produktivitas jadi fokus utama kalau perusahaan jalan steady. Tapi, Gartner ngingetin, hasil peningkatan produktivitasnya nggak merata. Karyawan yang punya pekerjaan kompleks dan berpengalaman bakal dapet manfaat lebih besar. Nah, buat perusahaan yang jalan accelerated, AI bukan cuma buat produktivitas, tapi juga buat hal-hal lain, kayak ningkatin pendapatan, mempercepat proses, ngasih pengalaman customer yang lebih oke, dan ngurangin kerugian. Perusahaan yang jalan accelerated biasanya punya visi yang lebih besar, mereka ngeliat AI sebagai solusi untuk transformasi bisnis secara menyeluruh.
Mereka ngeliat AI sebagai alat untuk menciptakan keunggulan kompetitif dan inovasi di pasar. Namun, jalan accelerated ini juga punya risiko yang lebih tinggi. Perusahaan harus siap menghadapi tantangan teknis, budaya, dan legal yang mungkin muncul selama proses implementasi. Perusahaan yang jalan steady, cukup ngecek pengeluaran AI mereka secara berkala. Tapi, perusahaan yang jalan accelerated harus lebih detail lagi. Mereka harus pantau pengeluaran AI mereka secara real-time, kayak ngecek pengeluaran cloud.
Nah, ini penting banget. Dari awal, perusahaan harus udah ngitung biaya dan nilai dari proyek AI-nya. Waktu ngelakuin proof of concept, jangan cuma ngetes apakah teknologi AI-nya jalan dan karyawan suka. Penting juga buat ngitung biaya yang bakal keluar kalau AI-nya diimplementasikan secara full. Perusahaan harus realistis dalam menilai potensi manfaat AI dan juga risiko yang mungkin muncul. Tidak semua proyek AI akan berhasil, dan perusahaan harus siap menghadapi kegagalan dan belajar dari pengalaman.
Sekarang, banyak sistem ERP dan CRM yang udah punya fitur AI. Terus, banyak juga perusahaan yang ngembangin sendiri solusi AI-nya. Ini ngebuat perusahaan butuh sistem buat ngatur AI dan data dengan baik. Sampai tahun 2026, Gartner memperkirakan 80% lebih vendor software bakal ngemas fitur AI Generatif ke software mereka. Jadi, perusahaan harus siap ngatur AI dan data dengan baik, baik yang dipusatkan di server perusahaan maupun yang tersebar di berbagai aplikasi. Manajemen data dan AI menjadi kunci keberhasilan implementasi AI.
Perusahaan harus punya strategi yang jelas untuk mengelola data, memastikan data yang digunakan akurat dan aman, dan mengembangkan sistem untuk mengelola AI yang terintegrasi dengan sistem IT yang ada. Buat perusahaan yang jalan steady, ngatur AI dan datanya bisa pake cara yang lebih manual. Mereka bisa ngelakuinnya dengan membangun tim khusus yang fokus ngejaga keamanan dan keandalan AI. Tapi, buat perusahaan yang jalan accelerated, cara manual udah nggak cukup. Mereka harus pake teknologi yang bisa ngatur AI dan data secara otomatis.
Teknologi ini bisa ngejamin keamanan dan keandalan AI secara real-time. Perusahaan juga harus memperhatikan aspek etika dan legal dalam penggunaan AI. Mereka harus memastikan bahwa AI digunakan secara bertanggung jawab dan tidak melanggar privasi data pengguna. Perusahaan harus memiliki kebijakan dan prosedur yang jelas untuk memandu penggunaan AI yang etis dan bertanggung jawab. Gartner ngingetin bahwa perusahaan nggak boleh lupa sama dampak AI ke karyawan. Mereka bisa ngerasa terancam, terbebani, atau iri sama teman-temannya yang udah pake AI.
Program manajemen perubahan di perusahaan biasanya nggak dirancang buat ngatasi perasaan-perasaan ini. Makanya, perusahaan harus serius ngurusin hal ini, nggak cuma ngetes user experience-nya. Perusahaan harus membangun komunikasi yang terbuka dan transparan dengan karyawan terkait implementasi AI. Mereka harus menjelaskan manfaat AI dan bagaimana AI dapat membantu karyawan dalam pekerjaannya. Perusahaan juga harus memberikan pelatihan dan dukungan kepada karyawan untuk membantu mereka beradaptasi dengan AI.
Perusahaan yang jalan steady bisa ngimplementasikan AI secara bertahap. Mereka bisa mulai dari proyek yang kecil dan ngembanginnya secara perlahan. Gartner juga nyaranin buat perusahaan nggak terjebak dalam "kesuraman AI". Banyak orang ngomongin hype AI, tapi nggak banyak yang ngeh kalau ada fase negatifnya juga. Perusahaan yang fokus ke nilai bisnis dan jalanin AI sesuai kebutuhan, bakal bisa ngelewatin fase negatif ini. Perusahaan harus sabar dan realistis dalam mengadopsi AI. Mereka tidak harus terburu-buru untuk mengimplementasikan AI secara penuh.
Perusahaan bisa memulai dengan proyek yang kecil dan terus belajar dari pengalaman mereka. Perusahaan juga harus siap untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi AI yang terus berkembang.