- Polisi New Mexico gunakan teknologi AI buat jebak predator anak via Snapchat.
- Akun palsu "Sexy14Heather" bikin Snapchat ngerekomendasiin konten berhubungan ke predator.
- Polisi menggunakan metode ini sebagai respon atas banyaknya kasus predator anak menggunakan teknologi Snapchat palsu.
pibitek.biz -Keajaiban teknologi AI makin canggih, ya. Nggak cuma bikin gambar keren dan video kocak, ternyata bisa juga dipake buat tangkap penjahat, lho. Polisi di New Mexico lagi getol-getolnya memanfaatkan AI ini buat jebak predator anak online. Gimana caranya? Mereka bikin akun Snapchat palsu, lengkap dengan foto profil cewek cantik berumur 14 tahun yang dibuat menggunakan AI. Akun palsu ini diberi nama 'Sexy14Heather'. Strategi ini berhasil, banyak predator yang tergiur dan nge-chat akun palsu ini, ngirim pesan mesum dan foto-foto vulgar.
2 – Serangan Siber Hantam Globe Life, Data Ribuan Pelanggan Dicuri 2 – Serangan Siber Hantam Globe Life, Data Ribuan Pelanggan Dicuri
3 – Kebocoran Data Asuransi Globe Life dan Upaya Pemerasan 3 – Kebocoran Data Asuransi Globe Life dan Upaya Pemerasan
Polisi langsung sikat dan tangkap para predator ini. Keren banget, kan? Tapi, di balik kesuksesan strategi ini, ada juga pertanyaan besar soal etika. Benarkah ini solusi yang tepat? Atau malah jadi blunder? Snapchat, platform media sosial yang terkenal dengan filter-filternya yang bikin ngakak, kini jadi sasaran empuk para predator anak. Di New Mexico, para penegak hukum ngerasa Snapchat jadi sarang predator online. Mereka menuding Snapchat sengaja ngelakuin hal ini buat ngumpulin data privasi pengguna.
Tudingan ini dilontarkan setelah polisi New Mexico berhasil ngebongkar modus operandi para predator online yang ngeburu korban lewat akun Snapchat. Dalam penyelidikan yang dilakukan, polisi menemukan fakta mengejutkan. Ternyata akun "Sexy14Heather" yang dibuat polisi dengan bantuan AI di-recommend-in oleh Snapchat ke akun-akun yang mencurigakan, termasuk akun dengan nama 'child. rape' dan 'pedo_lover10'. Nggak cuma itu, ketika akun "Sexy14Heather" menyetujui permintaan follow dari salah satu akun, tiba-tiba Snapchat ngerekomendasiin 91 akun lain yang berhubungan dengan konten dewasa dan seksualitas.
Polisi juga ngecek search tool Snapchat dan ngetemukan fakta ngejuatin lagi. Meskipun "Sexy14Heather" nggak pake bahasa vulgar, Snapchat tetep aja ngerekomendasiin akun-akun yang berhubungan dengan CSAM (Child Sexual Abuse Material), kayak akun dengan nama "naughtypics", "addfortrading", "teentr3de", "gayhorny13yox", dan "teentradevirgin". Polisi ngakunya dipaksa ngelakuin strategi baru ini setelah menangkap Alejandro Marquez, yang ngeperkos cewek umur 11 tahun yang dikenalinya lewat Snapchat di tahun 2022.
Dan yang lebih parah lagi, seorang pria asal Albuquerque bernama Jeremy Guthrie ditangkap dan dihukum di tahun ini karena ngeperkos cewek umur 12 tahun yang dikenalinya lewat Snapchat. Kebayang gimana parahnya situasi ini. Snapchat bener-bener udah jadi sarang predator online. Carrie Goldberg, pengacara yang spesialis dalam kasus seksual, ngasih pendapat soal strategi polisi ini. Dia bilang kalo pake AI buat jebak predator anak lebih etis dibanding pake foto cewek beneran. Soalnya foto cewek beneran bisa nyebabin masalah etika.
Tapi pake AI juga bisa nyebabin masalah baru. Misalnya, bisa nyulitkan proses penyelidikan dan bisa jadi senjata balik buat para predator online. Masalah etika lain yang muncul adalah bahaya penyebaran CSAM yang dibuat pake AI. Kalo AI dipake buat bikin CSAM palsu, bisa jadi masalah besar. Soalnya gambar palsu ini tetep aja ilegal dan bisa nyebabin kerugian besar. Para ahli teknologi ngingetin kalo AI nggak boleh dipake buat bikin gambar palsu yang ngebentuk gambar anak beneran dengan konten seksual.
Soalnya bisa nyebabin trauma mendalam buat para korban pelecehan seksual anak. Di kasus penyelidikan polisi di New Mexico, hanya satu gambar AI yang dipake. Nggak jelas gimana strategi polisi ke depannya. Mungkin aja polisi ngembangin teknologi AI buat bikin lebih banyak gambar palsu. Tapi pertanyaan besarnya adalah apakah polisi sudah mempertimbangkan aspek etika sebelum ngelakuin aksi ini? Carrie Goldberg mengatakan bahwa "harusnya ada standar dalam penegakan hukum tentang bagaimana menggunakan AI secara bertanggung jawab".
Dia juga menambahkan bahwa "kita mungkin akan melihat lebih banyak pembelaan tentang perangkap yang berpusat pada AI jika pemerintah menggunakan teknologi ini dengan cara manipulatif untuk mendorong seseorang melakukan kejahatan". Teknologi AI punya dua sisi. Di satu sisi, teknologi ini bisa dimanfaatkan buat hal positif, misalnya untuk menangkap pelaku kejahatan. Tapi di sisi lain, teknologi ini juga bisa dipake buat hal negatif, misalnya buat nyebar konten palsu atau manipulasi orang lain. Penting buat kita untuk selalu waspada dan mempertimbangkan aspek etika dalam penggunaan AI.
Penyalahgunaan teknologi AI bisa nyebabin konsekuensi yang parah. Kalo AI dipake buat bikin konten palsu yang nyebar ketakutan atau menimbulkan kerugian finansial, bisa jadi bencana. Kalo AI dipake buat manipulasi orang lain, bisa nyebabin trauma dan dampak psikologis yang serius. Misalnya, kalo AI dipake buat bikin gambar palsu yang merusak reputasi seseorang, bisa nyebabin depresi dan kecemasan. Penggunaan AI untuk tangkap predator anak bisa dibilang sukses, tapi di sisi lain juga bisa nyebabin masalah baru yang lebih rumit.
Penting buat kita untuk mencari solusi yang efektif tanpa menghilangkan aspek etika dalam penggunaan AI. Seiring dengan perkembangan teknologi AI, penting buat kita untuk selalu beradaptasi dan mencari jalan tengah. Kita nggak bisa menghindari teknologi ini, tapi kita harus bijak dalam memanfaatkannya. Dalam mengatasi ancaman predator anak online, teknologi AI bisa dibilang jadi senjata pamungkas yang bisa diandalkan. Tapi, penting buat kita untuk selalu mengingatkan diri sendiri tentang aspek etika dalam penggunaan AI.