- Meta mengumpulkan data pribadi pengguna tanpa sepengetahuan mereka untuk melatih AI.
- Pengguna tidak memiliki kontrol penuh atas data pribadi mereka, kata Meta.
- Pengguna khawatir data mereka digunakan tanpa persetujuan, kata Meta tentang privasi.
pibitek.biz -AI, atau yang lebih dikenal dengan AI, tengah mewarnai jagat teknologi saat ini. Kehadiran AI semakin merangsek masuk ke berbagai aspek kehidupan, mengubah cara orang bekerja, belajar, bahkan bersosialisasi. Perusahaan-perusahaan raksasa teknologi seperti Meta, yang dulu dikenal sebagai Facebook, dan OpenAI berlomba-lomba untuk mengembangkan teknologi canggih ini. AI memang punya potensi luar biasa, mampu mempermudah hidup manusia dan memberikan solusi untuk berbagai permasalahan rumit. Namun, di balik pesona AI yang menawan, terdapat pertanyaan besar yang menggerogoti benak banyak orang: bagaimana AI berdampingan dengan privasi data? Sederhananya, AI butuh data untuk belajar dan berkembang.
2 – Serangan SIM-Swap: Akun SEC Diretas Secara Besar-Besaran 2 – Serangan SIM-Swap: Akun SEC Diretas Secara Besar-Besaran
3 – Google Kerjasama dengan Reaktor Nuklir untuk AI 3 – Google Kerjasama dengan Reaktor Nuklir untuk AI
Makin banyak data yang dikumpulkan, makin canggih AI yang dihasilkan. Di sinilah letak permasalahannya. Banyak perusahaan teknologi yang memanfaatkan data pribadi pengguna tanpa sepengetahuan mereka, dengan dalih untuk melatih AI mereka agar semakin pintar. Meta, perusahaan yang menguasai platform media sosial terbesar di dunia, kini tengah menjadi sorotan setelah terungkap bahwa mereka memanfaatkan data pribadi pengguna untuk tujuan tersebut. Kejadian ini bermula dari sebuah sidang di Australia, di mana Melinda Claybaugh, Bos Privasi Global Meta, keceplosan.
Dalam persidangan tersebut, Claybaugh mengumumkan bahwa Meta telah mengumpulkan data pengguna sejak tahun 2007 untuk melatih model AI mereka. Saat Senator Tony Sheldon, seorang anggota parlemen Australia, menanyakan apakah Meta mengakses data lama pengguna Australia untuk tujuan tersebut, Claybaugh buru-buru menyangkalnya. Namun, pernyataan tersebut dengan cepat digugat oleh Senator David Shoebridge, yang memiliki bukti bahwa Meta memang secara aktif mengumpulkan data publik dari Facebook dan Instagram, termasuk foto dan tulisan, sejak tahun 2007.
Shoebridge menanyakan kepada Claybaugh, "Meta mengumpulkan semua foto dan tulisan dari postingan publik di Facebook dan Instagram sejak tahun 2007, kan? Kecuali jika postingan tersebut di-setting private". Claybaugh akhirnya mengakui bahwa hal tersebut benar. Pengakuan ini memicu kehebohan dan memunculkan pertanyaan besar mengenai privasi pengguna. Claybaugh mencoba untuk menenangkan situasi dengan mengatakan bahwa Meta tidak menginspeksi akun anak-anak di bawah umur 18 tahun. Namun, ketika Senator Sheldon menanyakan apakah foto anak-anak yang diposting secara publik di akunnya akan diintip, Claybaugh menjawab bahwa hal tersebut memang terjadi.
Pernyataan ini memicu gelombang ketakutan dan kekhawatiran di kalangan orangtua dan pengguna media sosial. Bagaimana bisa Meta menintip data pribadi pengguna tanpa izin mereka? Bagaimana bisa Meta mengumpulkan data pengguna, termasuk foto anak-anak, yang diposting secara publik tanpa sepengetahuan pemilik akun? Bagaimana bisa Meta memanfaatkan data pribadi pengguna untuk melatih AI mereka tanpa memberitahukan pengguna tersebut? Situasi semakin rumit ketika terungkap bahwa Meta tidak memberikan penjelasan tentang data pengguna yang masih berusia di bawah 18 tahun saat mereka membuat akun, tetapi kini telah dewasa. Meta enggan untuk mengklarifikasi apakah data pengguna tersebut telah digunakan untuk melatih model AI mereka.
Keengganan Meta untuk memberikan informasi ini semakin memperkuat kecurigaan pengguna bahwa mereka tidak memiliki kontrol penuh atas data pribadi mereka. Ketidakjelasan dalam kebijakan privasi data Meta semakin terasa ketika terungkap bahwa cara Meta mengatur privasi data di berbagai negara berbeda-beda. Di Eropa, pengguna memiliki hak untuk memilih apakah data mereka akan digunakan untuk melatih model AI atau tidak. Namun, Meta tidak memberikan pilihan yang sama kepada pengguna di Australia. Hal ini memicu kemarahan pengguna di Australia, yang merasa bahwa data mereka telah digunakan tanpa persetujuan mereka.
Ini bukan pertama kalinya Meta dikritik karena masalah privasi data. Beberapa tahun terakhir, Meta telah dihadapkan dengan sejumlah kasus pelanggaran privasi data yang melibatkan pengguna di berbagai negara. Kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa Meta masih belum memiliki sistem yang efektif untuk melindungi privasi data pengguna. Ironisnya, Meta sendiri mendeklarasikan bahwa privasi data adalah hal yang sangat penting bagi mereka. Namun, pernyataan tersebut terkesan kosong dan tidak bermakna setelah terungkap bahwa Meta dengan sengaja mengumpulkan data pribadi pengguna tanpa sepengetahuan mereka.
Hal ini semakin memperkuat anggapan bahwa perusahaan teknologi besar seperti Meta, dengan dalih untuk mengembangkan AI, justru mengabaikan hak privasi data pengguna. Meta, dengan kekuasaannya yang besar, harus bertanggung jawab atas tindakan mereka. Mereka harus lebih transparan kepada pengguna tentang bagaimana mereka menggunakan data pribadi pengguna. Mereka juga harus memberikan pengguna kontrol penuh atas data pribadi mereka, termasuk hak untuk menolak penggunaan data mereka untuk melatih model AI.
Jika Meta tidak segera mengambil tindakan untuk memperbaiki sistem privasi data mereka, mereka akan terus kehilangan kepercayaan pengguna. Di tengah hiruk pikuk teknologi yang kian cepat, privasi data menjadi isu krusial yang tidak boleh diabaikan. AI memang menawarkan berbagai peluang dan manfaat, tetapi pengembangan AI harus dilakukan dengan bertanggung jawab, menghormati privasi data pengguna, dan menjamin transparansi dalam penggunaan data. Pengguna internet harus semakin cerdas dan waspada dalam menjaga privasi data mereka.
Mereka harus memahami bagaimana data pribadi mereka digunakan, dan bagaimana mereka dapat mengontrol penggunaan data tersebut. Mereka juga harus berani untuk menuntut transparansi dari perusahaan teknologi, dan menentang praktik-praktik yang melanggar privasi data. Kejadian ini merupakan bukti nyata bahwa privasi data tidak bisa dianggap remeh. Di era digital yang serba cepat ini, data pribadi menjadi aset yang sangat berharga. Oleh karena itu, setiap orang, termasuk pemerintah dan perusahaan, harus bekerja sama untuk melindungi privasi data dan menjamin hak privasi data pengguna.