- Penjualan mobil listrik di Amerika turun drastis, masyarakat ragu beli.
- Masyarakat Amerika mulai mikir-mikir buat beli mobil listrik karena biaya penggantian baterai mahal.
- Minat masyarakat Amerika beli mobil listrik masih tinggi, tapi belum siap ke mobil listrik full.
pibitek.biz -Berita-berita di media sosial dan berbagai portal berita online emang sering bikin panik. Banyak judul berita yang ngebuat orang mikir kalau industri mobil listrik udah kayak kapal karam, nyaris tenggelam. Tapi tenang, jangan panik dulu! Data-data baru nunjukkin cerita yang berbeda. Jangan langsung percaya dengan judul berita yang bombastis. Mobil listrik memang lagi agak lambat, tapi bukan berarti mati total. Penjualan mobil listrik, khususnya di Amerika dan Eropa, agak tersendat. Ada banyak faktor yang ngaruh, dan ini masih jadi misteri yang belum terpecahkan.
2 – Bahaya AI: ChatGPT Digunakan untuk Kembangkan Malware 2 – Bahaya AI: ChatGPT Digunakan untuk Kembangkan Malware
3 – SimpliSafe Rilis Layanan Pemantauan Aktif Waktu Nyata 3 – SimpliSafe Rilis Layanan Pemantauan Aktif Waktu Nyata
Data-data yang dikumpulin dari berbagai sumber menunjukkan bahwa penjualan mobil listrik memang mengalami sedikit penurunan, tapi tidak sampai membuat industri ini kolaps. EY, perusahaan konsultan ternama yang fokus di berbagai bidang, termasuk industri otomotif, baru aja ngeluarin hasil survei Mobility Consumer Index mereka. Survei ini ngecek sekitar 20.000 orang dari 28 negara tentang niat mereka beli mobil. Data yang dikumpulin dari survei ini sangat bermanfaat untuk memahami tren di pasar otomotif, terutama di segmen mobil listrik.
Nah, dari data yang dikumpulin, ternyata ada hal yang menarik tentang Amerika. Dari semua orang yang mau beli mobil baru dalam waktu dua tahun ke depan di Amerika, cuma 11% yang berniat beli mobil listrik. Angka ini turun jauh dari tahun lalu, yang mencapai 22%. Penurunan ini menjadi sorotan bagi para ahli industri, karena menunjukkan adanya pergeseran tren di pasar mobil listrik Amerika. Kalau diitung bareng mobil listrik, mobil hybrid, dan plug-in hybrid (PHEV), angka penurunannya juga lumayan, dari 48% jadi 34%.
Lumayan bikin shock nih. Kayaknya penjualan mobil listrik memang agak stagnan. Para pabrikan mobil pun ngakuin kalau minat masyarakat terhadap mobil listrik emang mulai berkurang. Perusahaan-perusahaan seperti Volvo, Ford, General Motors, dan Toyota, udah mulai ngurangin investasi di mobil listrik, ngundur-ngundur peluncuran model baru, atau bahkan ngubah target elektrifikasi mereka. Hal ini menunjukkan adanya ketidakpastian di pasar mobil listrik, karena para pelaku industri mulai mengalihkan fokus mereka ke segmen lain.
Tapi, perlu diingat, meskipun penjualan agak tersendat, jumlah orang yang beli mobil listrik tetep meningkat. Beberapa merk bahkan ngalamin peningkatan penjualan yang lumayan signifikan. Peningkatan penjualan ini menjadi bukti bahwa mobil listrik masih menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat. Cuma, mobil listrik gak lagi laris manis kayak dulu. Ini menunjukkan bahwa popularitas mobil listrik masih belum konsisten dan masih perlu strategi yang tepat agar bisa diterima secara luas. Data-data yang terlihat agak suram itu gak berarti mobil listrik udah "mati".
Ada banyak faktor yang ngaruh, dan data itu cuma ngasih gambaran singkat. Data yang diperoleh tidak bisa dipahami secara utuh tanpa analisis yang mendalam. Untuk memahami situasi sebenarnya, perlu dilakukan studi lebih lanjut agar bisa memperoleh gambaran yang lebih menyeluruh. Steve Patton, yang ngatur divisi otomotif Amerika di EY, ngasih pandangannya tentang penurunan minat beli mobil listrik. "Gue udah lama ngingetin, ini jalannya gak selalu mulus", kata Steve. "Emang pasti ada naik turunnya, tergantung banyak faktor".
Tahun lalu, minat terhadap mobil listrik di Amerika melonjak drastis. Meningkatnya minat masyarakat terhadap mobil listrik ini merupakan hal yang positif dan menunjukkan bahwa mobil listrik mulai mendapatkan tempat di hati masyarakat. Steve yakin ini karena banyak faktor, salah satunya investasi di infrastruktur pengisian daya mobil listrik, peluncuran model-model baru, dan kesadaran masyarakat tentang teknologi ini. Tahun lalu, 7% orang Amerika berniat beli mobil listrik. Tahun ini, angkanya naik jadi 22%.
Meningkatnya persentase masyarakat Amerika yang berniat membeli mobil listrik menunjukkan adanya tren yang positif dan mendukung pertumbuhan industri mobil listrik. Jadi, meskipun tahun ini agak menurun, trennya tetep ke atas. Bayangin, tahun 2020, cuma 5% orang Amerika yang pengen punya mobil listrik. Angka ini menunjukkan bahwa minat masyarakat terhadap mobil listrik meningkat secara signifikan, terutama setelah pemerintah dan produsen mobil menjalankan program-program yang mendukung perkembangan industri mobil listrik.
Faktor ekonomi juga berperan penting. EY nemuin kalau minat beli mobil baru secara umum di Amerika turun drastis, dari 60% di tahun 2023 jadi 50% di tahun 2024. Penurunan minat beli mobil baru di Amerika menunjukkan bahwa masyarakat sedang mengalami tekanan ekonomi. Ini jelas ngaruh banget ke pasar mobil listrik. Peningkatan harga BBM, inflasi, dan suku bunga kredit yang tinggi membuat masyarakat harus menghemat pengeluaran dan memilih prioritas dalam kebutuhan mereka. "Mobil baru makin mahal, suku bunga kredit juga tinggi, dan orang-orang lagi ngerasain tekanan inflasi.
Dalam kondisi kayak gini, banyak orang yang mikir-mikir dulu buat beli mobil baru, apalagi teknologi baru kayak mobil listrik", kata Steve. Apalagi, harga mobil listrik masih lebih mahal dibanding mobil bermesin bensin, walaupun perbedaannya udah mulai menipis. "Kalau keuangan lagi sempit, inflasi tinggi, suku bunga kredit mahal, orang mungkin gak mau ambil risiko beli mobil baru, apalagi mobil listrik", kata Steve. Orang-orang mungkin udah ngelirik mobil listrik, tapi mereka juga sadar kalau ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yang sebelumnya gak kepikiran. "Pas orang udah mulai ngelirik-ngelirik mobil listrik, mereka mulai sadar bedanya mobil bermesin bensin sama mobil listrik", kata Steve. "Mungkin mereka belum siap buat ngambil risiko itu". Singkatnya, mereka mungkin ngaku pengen beli mobil listrik, tapi setelah dipikir-pikir, ternyata mereka gak siap sama komitmennya. Masyarakat harus menyesuaikan keputusan mereka dengan kondisi keuangan yang sedang tidak stabil. Yang menarik, alasan orang-orang gak mau beli mobil listrik ternyata berubah. Perubahan ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap mobil listrik makin meningkat.
Dulu, mereka khawatir sama jarak tempuh mobil listrik dan ketersediaan tempat pengisian daya. Sekarang, kekhawatiran itu mulai berkurang. Untuk pertama kalinya, kekhawatiran utama pemilik dan calon pembeli mobil listrik di Amerika adalah biaya penggantian baterai yang mahal. Ini nunjukkin kalau edukasi tentang mobil listrik masih kurang. Kurangnya informasi yang diberikan tentang teknologi mobil listrik mengakibatkan ketakutan dan keraguan pada masyarakat. Penggantian baterai memang mahal, bisa mencapai 20.000 dolar Amerika, tapi itu jarang terjadi dan gak perlu dikhawatirkan. "Mungkin ini jadi peluang buat konsep battery-as-a-service", kata Steve. Ada beberapa perusahaan di luar Amerika yang ngeluarin program ini. Ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan di luar negeri sudah memahami kebutuhan pasar dan berusaha mencari solusi yang sesuai. Orang bisa beli mobilnya, tapi baterai mereka disewakan. Butuh waktu lama buat orang-orang bisa ngerti kalau penggantian baterai gak perlu dikhawatirkan. Butuh strategi dan program yang tepat agar masyarakat bisa mengerti dan merasa aman dalam menggunakan mobil listrik.
Berikut lima alasan orang-orang di Amerika masih ragu beli mobil listrik: 1. Biaya penggantian baterai: Ini alasan utama orang-orang mikir-mikir dulu buat beli mobil listrik. Ini menunjukkan bahwa biaya tetap menjadi kendala utama bagi masyarakat dalam memutuskan untuk membeli mobil listrik. Padahal, penggantian baterai itu jarang terjadi dan gak perlu dikhawatirkan. Jarak tempuh: Kekhawatiran ini udah mulai berkurang, karena teknologi baterai makin canggih. Perkembangan teknologi membuat masyarakat semakin yakin dengan performa mobil listrik.
Ketersediaan tempat pengisian daya: Infrastruktur pengisian daya mobil listrik makin lengkap, meskipun masih belum merata di semua daerah. Peningkatan infrastruktur pengisian daya mobil listrik menjadi salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan industri mobil listrik. Waktu pengisian daya: Ini juga jadi kekhawatiran utama, karena orang-orang masih terbiasa sama kecepatan pengisian bahan bakar mobil bermesin bensin. Harga mobil: Harga mobil listrik masih lebih mahal dibanding mobil bermesin bensin, meskipun udah mulai menipis.
Harga mobil listrik yang masih relatif mahal menjadi tantangan bagi produsen untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas. Meskipun ada banyak tantangan, minat terhadap mobil listrik masih tetep tinggi. Minat masyarakat terhadap mobil listrik menunjukkan bahwa teknologi ini memiliki potensi besar untuk mengubah dunia otomotif. Orang-orang mulai menyadari manfaat mobil listrik, seperti ramah lingkungan dan efisiensi. Banyak orang yang sekarang malah lebih tertarik sama mobil hybrid. Penjualan mobil hybrid tahun ini memang meningkat, dan survei EY ngasih sinyal kalau tren ini bakal berlanjut.
Mobil hybrid jadi solusi yang lebih terjangkau dan ramah lingkungan. "Gue mulai mikir, dengan melihat tren permintaan mobil listrik, khususnya di Amerika, mungkin mobil hybrid bakal bertahan lebih lama dari yang gue kira", kata Steve. Plug-in hybrid malah ngalamin penurunan minat. Orang-orang malah lebih tertarik ke mobil listrik full. Ini mungkin karena orang-orang masih gak familiar sama teknologi plug-in hybrid dan masih khawatir sama infrastruktur pengisian daya. "Mobil hybrid masih jadi teknologi transisi, tapi mungkin akan bertahan lebih lama", kata Steve.