- Proton dan Perodua siap ngegebrak pasar mobil listrik.
- Mereka bakal ngejual mobil listrik di harga murah.
- Dukungan pemerintah dan masyarakat lokal jadi keunggulan.
pibitek.biz -Adit Rahim, seorang pria berusia 47 tahun, adalah salah satu dari banyak orang di Malaysia yang udah familiar banget sama mobil Proton dan Perodua. Dia bahkan udah punya beberapa mobil dari kedua merk lokal itu. Adit emang lagi ngincer mobil listrik, tapi dia gak tertarik sama Tesla atau BYD. Alasannya? Adit lebih suka nungguin mobil listrik pertama Proton yang bakal keluar akhir tahun ini. "Mobil pertama dan kedua gue Proton, keduanya warisan dari keluarga", ungkap Adit, seorang profesional di bidang komunikasi. "Gue serius mikirin Tesla, tapi harganya gak masuk akal, dan BYD juga gak sesuai kebutuhan". Buat Adit, Proton dan Perodua jadi pilihan utama karena harganya terjangkau dan modelnya beragam. Udah puluhan tahun kedua merk ini jadi mobil pertama yang dibeli warga Malaysia. Bahkan, hampir dua pertiga penjualan mobil di Malaysia didominasi sama Proton dan Perodua. Bedanya sama negara lain di Asia Tenggara, di mana mobil Jepang dan Korea jadi primadona. Di tengah tren mobil listrik yang semakin menggebu di Asia Tenggara, BYD jadi penguasa pasar.
2 – Pemerintah AS Perkuat Keamanan Digital dengan RPKI dan Bahasa Aman 2 – Pemerintah AS Perkuat Keamanan Digital dengan RPKI dan Bahasa Aman
3 – AI Ini Bantu Manusia Temukan Jati Diri 3 – AI Ini Bantu Manusia Temukan Jati Diri
Sementara di Vietnam, ada VinFast yang sukses nguasai pasar domestik. Malaysia, sebagai pasar otomotif terbesar kedua di kawasan ini, berharap banget Proton dan Perodua bisa jadi lokomotif buat ngebantu masyarakat beralih ke mobil listrik. Bulan Juni kemarin, Proton, yang didukung sama partnernya dari China, Geely Holdings, merilis merk mobil listriknya yang diberi nama e. Mas. Mereka berencana ngeluarin mobil listrik pertama di akhir tahun. Rencananya, mobil listrik ini bakal diproduksi di pabrik Proton di Perak, yang lagi diubah jadi pusat produksi mobil listrik.
Geely juga lagi ngelirik buat bangun pabrik Proton di Thailand, negara tetangga Malaysia, dengan target pasar Asia Tenggara yang lebih luas. "Tujuan kita dengan Proton e. Mas adalah buat ngewujudin janji kita buat ngeluarin mobil listrik nasional pertama di Malaysia", ujar Li Chunrong, CEO Proton, saat peluncuran merk tersebut di Kuala Lumpur. Proton bisa ngintegrasiin fitur-fitur baru berkat akses ke teknologi Geely. "Kita yakin Proton e. Mas bakal mengesankan dengan terobosan inovatifnya, dan juga bikin hati pelanggan berdebar", lanjut Chunrong.
Proton dan Perodua punya satu hal yang gak dimiliki merk mobil lainnya: kemampuan bikin pelanggan terkoneksi secara emosional. Proton, Perusahaan Otomobil Nasional, didirikan tahun 1983 sebagai produsen mobil nasional pertama di Malaysia. Awalnya, Proton ngerakit mobil Mitsubishi dengan versi murah, berkat kesepakatan dengan perusahaan Jepang itu. Mereka ngeluarin mobil desain sendiri pertama kali di tahun 2000, dan ngebangun pabrik di negara lain seperti Pakistan, Nepal, dan Sri Lanka. Proton juga ngekspor ke beberapa negara di Asia dan Afrika.
Geely, yang punya merk mobil seperti Volvo dan Zeekr, bergabung di tahun 2017 dengan mengakuisisi 49,9% saham Proton. Mobil listrik pertama Proton kemungkinan besar bakal didasarin sama Geely Galaxy E5, SUV fully electric pertama dari Geely, menurut blog otomotif Paul Tan's Automotive News. Perodua, atau Perusahaan Otomobil Kedua Sendirian, didirikan di tahun 1993, dengan Daihatsu Jepang yang memegang saham minoritas. Perodua jadi produsen mobil terbesar di Malaysia, disusul Proton. Perodua ngeluarin prototipe mobil listrik pertamanya di bulan Mei, hasil kolaborasi dengan tiga universitas lokal, dengan target produksi massal di tahun 2025. "Ini baru permulaan buat kita, dan kita pengen bikin awal ini se-Malaysia mungkin", ujar Zainal Abidin Ahmad, CEO Perodua, saat peluncuran prototipe. Harga jadi faktor kunci. Perodua dan Proton diperkirakan bakal ngejual mobil listrik pertama mereka di bawah $25.000, jauh lebih murah dari mobil BYD dan Tesla yang harganya di atas $30.000. BYD dan Tesla sekarang nguasai hampir 80% penjualan mobil listrik di Malaysia.
Abhik Mukherjee, analis otomotif di Counterpoin Research, ngasih pandangannya. "Buat ngedorong sektor mobil listrik, Malaysia butuh merek lokalnya – Proton dan Perodua bisa ngasih persaingan ketat dengan ngejual mobil listrik di harga yang lebih murah", kata Mukherjee. "Dengan pangsa pasar yang udah terbangun, Perodua dan Proton seharusnya gak kesulitan ngejual mobil listrik, karena kedua merk ini udah dikenal dan dipercaya masyarakat". Malaysia juga ngelakuin langkah lain buat ngebantu industri lokal. Pemerintah bakal ngehapus pajak buat mobil listrik impor di akhir tahun 2025. Di bulan Juli, pihak berwenang ngasih pernyataan kalau mobil listrik yang dirakit di Malaysia gak bakal dikenakan harga minimum 100.000 ringgit ($23.000). Ini jadi upaya buat ngegaet produsen mobil listrik asing seperti BYD dan Tesla buat ngebangun pabrik perakitan di Malaysia.
Penjualan mobil penumpang di Malaysia mencapai sekitar 720.000 unit tahun lalu. Rencana mobil listrik Malaysia nge-target-in 15% penjualan mobil di tahun 2030, naik dari sekitar 3% saat ini. Ngerealisasin target ini tergantung banget sama harga mobil listrik dan ketersediaan infrastruktur pengisian daya. Shahrol Halmi, ketua Malaysian Electric Vehicle Owners Club, ngasih pandangannya. "Kepemilikan mobil listrik bakal meningkat pesat saat Proton dan Perodua ngeluarin mobil listrik mereka", ujar Halmi. "Keuntungan besar yang mereka punya adalah statusnya sebagai perusahaan lokal yang punya hubungan dan jaringan yang lebih baik". Tantangan besarnya adalah nge-pastiin jaringan pengisian daya bisa ngikutin perkembangan, terutama di gedung bertingkat di kota seperti Kuala Lumpur. Malaysia sekarang punya lebih dari 2.000 stasiun pengisian daya, dengan target 10.000 stasiun di tahun 2025. Pemerintah ngasih insentif pajak buat individu yang nginstal, nge-rental, atau ngebelin alat pengisian daya mobil listrik.
Insentif dari pemerintah berbuah manis. Investasi di industri mobil listrik terus meningkat. Hampir 60 proyek senilai lebih dari 26 miliar ringgit ($6 miliar) terkait perakitan kendaraan, manufaktur suku cadang, dan infrastruktur pengisian daya udah disetujui sejak awal tahun 2018 sampai Maret 2023. Pemerintah ngasih berbagai macam insentif pajak buat industri ini, dan juga lagi ngelirik kemungkinan ngasih subsidi sekali bayar buat pemilik mobil yang mau beralih ke mobil listrik. Dengan produksi lokal dan dukungan pemerintah, Proton dan Perodua punya keunggulan dibanding produsen mobil listrik lainnya.
Mereka juga bakal mengandalkan pelanggan setia seperti Adit, yang baru aja beli Proton X90 SUV. "Gak ada mobil lain di pasaran yang sesuai sama kriteria gue di harga yang gue sanggup bayar", ujar Adit tentang pembeliannya. "Gue pasti bakal pertimbangkan buat beli Proton e. Mas. Ini bakal jadi investasi yang bagus buat keluarga gue". Proton dan Perodua jadi harapan baru buat industri mobil listrik di Malaysia. Keduanya punya modal kuat untuk bersaing di pasar yang diramaikan Tesla dan BYD. Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat lokal, Proton dan Perodua siap ngegebrak pasar mobil listrik, dan siap mengantar Malaysia menjadi pionir di bidang otomotif ramah lingkungan.