- CISO pusing karena kurang tenaga ahli keamanan siber.
- Biaya operasional platform keamanan digital mahal.
- Tenaga ahli keamanan siber harus terus belajar dan beradaptasi.
pibitek.biz -Di dunia digital yang makin canggih, kayak naik wahana rollercoaster yang gak berhenti-berhenti, para penjaga keamanan digital alias CISO, lagi pusing tujuh keliling. Kenapa? Karena mereka dihadapin sama masalah klasik: kurangnya tenaga ahli di bidang keamanan siber. Bayangin deh, kayak lagi masak rendang, tapi di dapur cuma ada satu orang, padahal yang mau makan rame-rame. Nah, para CISO ini kayak juru masak rendang itu. Mereka punya tanggung jawab besar untuk menjaga keamanan sistem digital, tapi tenaga yang dimiliki terbatas banget.
2 – Ransomware BianLian Serang Rumah Sakit Anak Boston 2 – Ransomware BianLian Serang Rumah Sakit Anak Boston
3 – Google Kerjasama dengan Reaktor Nuklir untuk AI 3 – Google Kerjasama dengan Reaktor Nuklir untuk AI
Saking terbatasnya tenaga ahli, tim keamanan siber pun keteteran. Mereka jadi kayak atlet lari maraton yang dipaksa ikut lari estafet. Kerja keras mereka, tapi di sisi lain, rasa lelah dan jenuh pun mudah menyergap. Kalo udah kayak gini, siapa yang mau jaga keamanan siber? Faktor lain yang bikin para CISO kepikiran, adalah biaya operasional platform keamanan. Bayangin deh, pake platform keamanan digital kayak pake aplikasi streaming. Ada biaya berlangganan bulanan, terus butuh update software yang juga berbayar.
Belum lagi, mereka harus mengeluarkan biaya untuk training dan pelatihan para tenaga ahli keamanan siber. Bayangin deh, kalo platform keamanan digital ini kayak mobil canggih. Kalo gak ada yang bisa nyetir, mobil ini cuma jadi pajangan di showroom. Nah, para CISO ini butuh tenaga ahli yang bisa mengoperasikan platform keamanan digital, supaya bisa melindungi sistem digital dari serangan siber. Masalahnya, gak semua orang bisa nyetir mobil canggih ini. Butuh keahlian khusus, pengetahuan yang luas, dan kemampuan berpikir kritis.
Kayak anak muda jaman sekarang yang pengen jadi gamers pro. Butuh latihan keras, game strategi, dan kerja keras. Para pencari kerja di bidang keamanan siber pun merasakan tekanan yang sama. Mereka harus punya segudang kemampuan, kayak superhero yang bisa terbang, menembak laser, dan punya kekuatan super. Gak cukup cuma jago di satu bidang, mereka harus punya keahlian di berbagai bidang, mulai dari networking, aplikasi, sistem, dan lain-lain. Kalo diibaratkan, ini kayak mau masuk ke sekolah bergengsi.
Para calon siswa harus punya nilai bagus di semua mata pelajaran, bukan cuma satu mata pelajaran. Kalo cuma jago satu mata pelajaran, peluang untuk diterima di sekolah itu kecil banget. Salah satu penyebabnya adalah banyak perusahaan teknologi yang berebut mendapatkan tenaga ahli keamanan siber. Kayak rebutan tiket konser band favorit. Kalo telat sedikit, tiketnya pasti habis. Nah, perusahaan-perusahaan teknologi ini gak mau kalah, makanya mereka berebut para tenaga ahli keamanan siber. Bayangin deh, kalo di dunia ini cuma ada satu tukang sate, tapi ada banyak orang yang ingin makan sate.
Harganya pun jadi mahal, dan banyak orang yang gak bisa makan sate. Begitu juga di dunia keamanan siber. Kalo tenaga ahlinya sedikit, otomatis gaji mereka jadi tinggi dan banyak perusahaan yang kesulitan mendapatkan tenaga ahli. Para ahli keamanan siber, kayak superhero yang lagi buru-buru mau menyelamatkan dunia. Mereka harus bisa cepat tanggap terhadap serangan siber, kayak superhero yang bisa terbang dan menyelamatkan orang dari gedung yang terbakar. Tapi, untuk bisa menyelamatkan dunia, mereka butuh peralatan canggih, kayak kostum superhero yang punya kekuatan super.
Nah, peralatan canggih ini, yaitu platform keamanan siber, butuh biaya yang gak sedikit untuk dibeli dan di-upgrade. Kalo mau diibaratkan, para CISO ini kayak kepala sekolah. Mereka punya tugas berat untuk menjaga keamanan sekolah, tapi tenaga guru terbatas, dan dana yang tersedia pun gak banyak. Di era digital yang makin canggih, para CISO harus terus belajar dan beradaptasi dengan teknologi baru. Mereka harus update terus tentang serangan siber terbaru, kayak atlet yang harus selalu berlatih untuk meningkatkan kemampuannya.
Gak cuma para CISO, para calon tenaga ahli keamanan siber pun harus terus belajar. Mereka harus punya pengetahuan yang luas di berbagai bidang, kayak membaca buku tentang berbagai macam ilmu, mulai dari sejarah, sains, teknologi, dan seni. Buat kamu yang pengen jadi tenaga ahli keamanan siber, ada beberapa tips yang bisa kamu lakukan. Pertama, ikut magang atau cari kerja paruh waktu di bidang keamanan siber, kayak kerja part time di cafe sambil belajar barista. Kedua, kamu bisa mempelajari bidang lain yang berhubungan dengan keamanan siber, kayak belajar networking atau sistem, kayak belajar masak, tapi gak cuma jago masak satu jenis makanan, tapi harus jago masak berbagai macam makanan.
Ketiga, kamu harus rajin belajar dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi terbaru, kayak anak muda jaman sekarang yang hobi banget ngikutin tren terbaru. Perjalanan untuk menjadi tenaga ahli keamanan siber memang gak mudah. Tapi, dengan kerja keras, semangat belajar, dan tekad yang kuat, kamu bisa meraih mimpi untuk menjadi pahlawan di dunia digital.