Realita AI Art: Meniru Tanpa Kreativitas dan Jiwa



Realita AI Art: Meniru Tanpa Kreativitas dan Jiwa - photo source: makeuseof - pibitek.biz - Gambar

photo source: makeuseof


336-280
TL;DR
  • Manusia menciptakan karya seni yang lebih berjiwa dan memiliki gaya unik.
  • AI art hanya meniru gaya seni manusia dan tidak bisa menciptakan gaya baru.
  • Manusia memiliki kemampuan untuk menciptakan karya seni yang lebih kompleks dan dalam.

pibitek.biz -AI art, singkatan dari Artificial Intelligence Art, adalah sebuah fenomena yang sedang ramai dibicarakan di dunia seni. AI, yang dulunya hanya dikenal sebagai teknologi canggih di bidang komputer, kini mampu menciptakan karya seni yang menyamai hasil karya manusia. Di awal kemunculannya, AI art disambut dengan gegap gempita, para pecinta seni terpukau dengan hasil karyanya yang menakjubkan, seperti lukisan, foto, dan desain grafis yang tampak nyata dan memukau. Namun, seiring berjalannya waktu, orang mulai menyadari bahwa AI art memiliki kekurangan yang tak bisa diabaikan.

AI art, dengan segala kehebatannya, ternyata memiliki kelemahan yang cukup signifikan. Mesin AI, meski canggih, masih memiliki keterbatasan. Mereka hanya bisa belajar dari data yang diberikan, dan hanya mampu meniru gaya yang sudah ada. AI art bagaikan seorang murid yang belajar menggambar dengan meniru gaya guru, namun tidak mampu menciptakan gaya baru yang original. AI art dapat meniru gaya realis, abstrak, pop art, dan lainnya, namun belum mampu melampaui batas untuk menciptakan genre seni yang benar-benar baru.

Bayangkan AI art sebagai mesin yang menghasilkan gambar berdasarkan algoritma yang rumit. Meskipun menghasilkan gambar yang menarik, detailnya terkadang aneh dan tidak masuk akal. AI art seperti robot yang belum sempurna, masih memiliki kekurangan dalam memahami konsep dasar. Sebagai contoh, sebuah gambar sayur-sayuran di meja, wortelnya justru tumbuh di tongkol jagung. Ini menunjukkan bahwa AI art masih belum mampu memahami detail dan logika yang sederhana. AI art memiliki kecenderungan untuk menghasilkan kesalahan yang tak terduga, khususnya pada detail-detail kecil.

Misalnya, dalam sebuah gambar pemandangan, jalanan dan trotoar bisa saja menyatu, bangunan tampak aneh dan tidak proporsional, seolah-olah dicomot dari gambar yang berbeda. Kesalahan ini mirip dengan gambar hasil buatan anak kecil yang baru belajar menggambar, detailnya kurang terkontrol dan tampak sembarangan. Tak hanya di detail, AI art juga seringkali menghasilkan kesalahan fatal pada bagian-bagian yang seharusnya mudah dipelajari. Seperti tangan yang bentuknya tidak jelas, tulisan yang salah eja, atau gambar yang terlalu blur dan buram.

Kekurangan ini menunjukkan bahwa AI art belum mampu menyamai kemampuan manusia dalam hal presisi dan detail. AI art seperti hasil permainan "connect the dots" yang di-upgrade dengan teknologi canggih. Hasilnya memang bisa mirip dengan lukisan asli, tapi tidak memiliki jiwa dan makna yang mendalam. Gambar yang dihasilkan AI art cenderung indah di permukaan, namun tidak mengandung cerita, emosi, atau pesan yang ingin disampaikan. AI art, seperti sebuah game online yang sedang naik daun. Semua orang ingin mencobanya, ingin memamerkan hasilnya kepada teman-teman.

Namun, seiring waktu, game itu akan menjadi biasa saja. Begitulah AI art, di awal kemunculannya penuh dengan kehebohan, namun lambat laun akan kehilangan daya tariknya. AI art memiliki sebuah kelemahan yang mendasar, yaitu kekurangan daya kreasi. AI art hanya mampu meniru apa yang telah dipelajari dari data yang diberikan. AI art tidak bisa berimajinasi, tidak bisa berpikir kreatif, tidak bisa menciptakan sesuatu yang benar-benar baru. AI art hanya bisa meniru gaya yang sudah ada, tidak bisa menciptakan gaya baru.

AI art seperti robot yang diprogram untuk meniru gaya seni manusia, tapi tidak memiliki jiwa seninya sendiri. Membedakan AI art yang bagus dan buruk sebenarnya cukup mudah. Cukup perhatikan detailnya. Jika detailnya aneh, tidak masuk akal, atau terlalu blur, bisa jadi itu adalah AI art yang jelek. Penggunaan AI art memiliki tingkatan keahlian. Ada orang-orang yang benar-benar menguasai AI art, mereka habiskan banyak waktu untuk belajar mengatur AI-nya. Mereka bisa menghasilkan karya AI art yang menakjubkan, seperti ahli bedah yang menguasai tools kedokterannya dengan tepat.

Namun, sebagian besar orang hanya main-main dengan AI art, menulis beberapa kata dan mengharapkan hasil yang menakjubkan. Contohnya, ada seorang seniman yang memenangkan lomba seni dengan karya AI art. Ia menyatakan bahwa seni sudah mati. Namun, kenyataannya, museum dan galeri seni tetap memamerkan karya seni manusia, bukan karya AI art. Hal ini menunjukkan bahwa karya seni manusia masih dihargai dan diminati oleh banyak orang. Orang-orang yang memahami seni, lebih menghargain karya seni yang diciptakan dengan tangan.

Karya seni manusia merupakan ekspresi dari perjalanan, pengalaman, dan imajinasi manusia. Karya seni manusia memiliki jiwa yang tidak bisa dihasilkan oleh mesin. Banyak orang menciptakan AI art hanya untuk hiburan saja, mereka berbagi karya AI art di forum online. Mereka seperti anak kecil yang baru belajar bermain game, tanpa tujuan yang serius, hanya untuk menghibur diri sendiri. Saat ini, ada banyak aplikasi yang menawarkan fitur pembuatan AI art. Namun, kenyataannya, kebanyakan aplikasi itu hanya menghasilkan gambar yang jelek, terlalu cheesy, dan tidak berkualitas.

AI art tampak menakjubkan di permukaan, namun setelah kita memahami bagaimana AI art bekerja, kita bisa membedakan mana yang bagus, mana yang jelek. Tidak semua AI art jelek, ada beberapa AI art yang bagus, memiliki detail yang menakjubkan, dan terlihat sangat realistis. Namun, perlu diingat bahwa AI art hanya alat, bukan penentu segalanya. Karya seni harus memiliki jiwa, memiliki cerita, dan memiliki makna. Karya seni tidak bisa hanya diukur dari seberapa keren gambarnya.