Chatbot AI, Jurus Ampuh Ngebantah Teori Konspirasi?



Chatbot AI, Jurus Ampuh Ngebantah Teori Konspirasi? - credit for: techradar - pibitek.biz - Amerika Serikat

credit for: techradar


336-280
TL;DR
  • Chatbot AI bisa bikin orang kurang yakin sama teori konspirasi setelah ngobrol.
  • Peserta eksperimen ngasih teori konspirasi, lalu chatbot ngebantah dengan argumen yang kuat.
  • Chatbot dilatih pakai data banyak, termasuk berbagai teori konspirasi yang beredar luas.

pibitek.biz -Wah, siapa sangka kalau chatbot AI bisa jadi jurus ampuh nge-bantah teori konspirasi yang bertebaran di dunia maya? Kayak yang lagi hits banget sekarang, ilmuwan dari MIT Sloan dan Cornell University punya temuan keren nih. Mereka menemukan bahwa ngobrol sama chatbot yang didukung oleh LLM bisa bikin orang lebih skeptis sama teori konspirasi. Gimana caranya? Para peneliti ini ngadain eksperimen. Mereka ngajak 2.190 orang buat ngobrol sama chatbot yang pake GPT-4 Turbo dari OpenAI. Peserta diminta ngejelasin teori konspirasi yang mereka percaya, lengkap sama alasan dan bukti-buktinya.

Nah, chatbot yang diprogram buat persuasif ini ngasih tanggapan berdasarkan informasi yang dikasih peserta. Sambil ngobrol, chatbot ngeluarin argumen-argumen yang ngebantah teori konspirasi yang diyakinin peserta. Hebatnya, argumen-argumen ini disesuaikan sama informasi yang dikasih peserta sebelumnya. Kayak lagi main catur nih, saling serang dan bela dengan argumen yang tajam. Yang menarik, para peneliti ini ngecek kebenaran informasi yang dikasih chatbot. Mereka pakai jasa profesional untuk ngecek 128 klaim yang dikeluarkan chatbot selama eksperimen.

Hasilnya? 99,2% informasi yang dikasih chatbot bener. Ini karena chatbot dilatih dengan data-data yang super banyak, termasuk berbagai macam teori konspirasi yang beredar luas. Ide di balik penggunaan AI buat nge-bantah teori konspirasi adalah karena AI punya gudang informasi yang luas dan kemampuan ngobrol yang fleksibel. AI bisa ngajak orang ngobrol dengan cara yang personal dan menarik. Hasilnya? Setelah ngobrol sama chatbot selama 10 hari dan 2 bulan, sebagian besar peserta jadi kurang yakin sama teori konspirasi yang mereka yakinin sebelumnya.

Teori konspirasi yang diuji coba dalam eksperimen ini beragam, mulai dari teori klasik kayak pembunuhan John F. Kennedy, alien, dan Illuminati, sampai teori yang lagi hangat dibahas, kayak COVID-19 dan pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2020. Hasil ini ngebuat para peneliti kaget. Sebelumnya, mereka berpikir bahwa orang-orang susah diajak ngeluarin pandangan mereka soal teori konspirasi. Ternyata, chatbot AI yang dirancang dengan baik bisa ngasih argumen yang kuat dan bikin orang berubah pikiran.

Temuan ini ngasih angin segar buat project-project yang punya tujuan serupa. Salah satunya adalah Snopes, situs web yang fokus ngecek kebenaran informasi, yang ngeluarin AI bernama FactBot. FactBot bisa bantu orang buat ngecek kebenaran informasi dengan cara yang mudah. The Washington Post juga ikut nimbrung dengan ngeluarin Climate Answers. Platform ini dirancang buat ngejawab pertanyaan seputar perubahan iklim dengan menggunakan data yang dikumpulin dari jurnalis lingkungan mereka. "Banyak orang yang ngeyakinin teori konspirasi yang kayaknya susah dibantah bisa berubah pikiran kalau dikasih bukti yang kuat", tulis para peneliti. "Dari sudut pandang teori, ini menggambarkan gambaran yang optimis tentang pemikiran manusia. Lubang kelinci teori konspirasi ternyata punya jalan keluar. Dari sisi praktis, temuan ini ngebuktiin kekuatan persuasi dari LLM, dan ngehighlight potensi positif dari AI kalau dipake dengan bijak. Tapi, kita juga harus hati-hati agar AI gak dipake buat ngebarain misinformasi". Temuan ini jadi bukti nyata kalau teknologi AI bisa jadi senjata ampuh buat melawan misinformasi. Tapi, kita juga harus waspada.