- Pelabuhan AS rentan terhadap serangan siber karena ketergantungan pada crane buatan China.
- Kegagalan keamanan crane dapat menyebabkan kekacauan ekonomi dan pelumpuhan operasional pelabuhan.
- Pemerintah AS harus meningkatkan keamanan crane dan infrastruktur pelabuhan untuk melindungi dari serangan siber.
pibitek.biz -Pelabuhan AS, yang menjadi pintu gerbang ekonomi Amerika Serikat, ternyata menyimpan bahaya tersembunyi di balik aktivitas bongkar muat kontainernya. Bukan ancaman tradisional seperti pembajakan atau penyelundupan, tapi bahaya cyber yang mengintai di balik software crane buatan China. Bayangkan, pelabuhan AS yang sibuk dan menjadi urat nadi perekonomiannya, ternyata memiliki titik kelemahan yang sangat rawan. Titik lemahnya terletak pada ketergantungannya terhadap crane buatan perusahaan negara China, Shanghai Zhenhua Heavy Industries (ZPMC).
2 – Pemerintah AS Perkuat Keamanan Digital dengan RPKI dan Bahasa Aman 2 – Pemerintah AS Perkuat Keamanan Digital dengan RPKI dan Bahasa Aman
3 – Google Kerjasama dengan Reaktor Nuklir untuk AI 3 – Google Kerjasama dengan Reaktor Nuklir untuk AI
Sebagian besar crane di pelabuhan AS ternyata berasal dari ZPMC, yang membuat kontrol pelabuhan AS menjadi rentan terhadap ancaman cyber. Ancaman ini bukanlah sekadar teori belaka, karena telah banyak diungkap bahwa software yang digunakan pada crane buatan ZPMC memiliki celah keamanan yang memungkinkan orang lain mengendalikan crane dan mengacaukan operasional pelabuhan secara jarak jauh. Para ahli keamanan siber khawatir bahwa celah keamanan ini bisa menjadi pintu masuk bagi pihak asing yang tidak bertanggung jawab untuk mengacaukan operasional pelabuhan dan melumpuhkan ekonomi Amerika Serikat. "Sebenarnya, ZPMC mungkin memiliki alasan logis untuk menanamkan celah keamanan tersebut di software crane, seperti untuk keperluan pemeliharaan dan perbaikan secara jarak jauh", ujar John Terrill, Chief Information Security Officer (CISO) dari Phosphorus Cybersecurity. "Namun, banyak orang yang merasa khawatir. Mereka curiga bahwa celah keamanan ini bisa dimanfaatkan oleh pemerintah China untuk mengendalikan crane dan mengacaukan operasional pelabuhan AS, mengingat hubungan erat ZPMC dengan pemerintah China".
Jika ini terjadi, akan menjadi sebuah bencana besar bagi Amerika Serikat. Pemerintah China dapat memanfaatkan celah keamanan ini untuk melakukan serangan siber yang berpotensi melumpuhkan operasional pelabuhan dan menyebabkan kekacauan ekonomi di Amerika Serikat. Tak hanya mengacaukan operasional pelabuhan, mereka juga bisa memanfaatkan celah keamanan untuk mencuri data penting seperti data perdagangan, alur barang impor-ekspor, serta informasi strategi ekonomi Amerika Serikat. "Pemerintah China bisa menggunakan informasi ini untuk kepentingan militer mereka, ataupun mereka bisa memanipulasi crane untuk mengacaukan operasional pelabuhan dan memperburuk kondisi ekonomi AS", kata Terrill.
Kejahatan siber ini bisa menjadi mimpi buruk bagi Amerika Serikat, mengingat pelabuhan merupakan urat nadi perekonomiannya. Bayangkan, jika semua crane di pelabuhan AS mati mendadak, maka aktivitas bongkar muat kontainer akan terhenti dan alur perdagangan internasional akan lumpuh. Akibatnya, pasokan barang-barang kebutuhan pokok akan terhambat, harga barang akan melonjak tinggi, dan perekonomian Amerika Serikat akan terpuruk dalam krisis. Serangan siber terhadap infrastruktur penting bukan hal baru.
Tahun lalu, saat Rusia melakukan invasi ke Ukraina, mereka juga merilis serangan siber terhadap infrastruktur penting Ukraina, termasuk satelit komunikasi dan pembangkit listrik. Serangan siber ini bertujuan untuk melumpuhkan sistem komunikasi dan mengacaukan pasokan energi di Ukraina. "Serangan siber terhadap pelabuhan juga pernah terjadi", kata Ron Fabela, Strategic Advisor dari Xona. "Contohnya, tahun lalu, AS nge-hack kapal perang Iran di Laut Merah. Serangan siber ini dilakukan untuk mengacaukan komunikasi dan menghambat aktivitas militer Iran di Laut Merah".
Solusi yang paling mudah untuk mengatasi masalah ini adalah mematikan koneksi internet ke crane. Namun, solusi ini memiliki kelemahan besar. Mematikan koneksi internet ke crane akan menghambat proses pemeliharaan dan perbaikan crane, sehingga jika terjadi kerusakan, crane harus di-shutdown dan di-repair secara manual. "Gimana mau servis crane kalau gak bisa dihubungi dari jarak jauh?" tanya Fabela. "Kalo crane rusak, kita harus nge-shutdown crane, ngundang teknisi, dan nge-repair crane di tempat.
Prosesnya ribet dan makan waktu. Selain itu, kita juga perlu mempertimbangkan biaya yang lebih mahal karena kita harus membayar teknisi dan biaya transportasi untuk mencapai lokasi crane". Terus, bagaimana dong? Solusi yang lebih efektif adalah dengan mengontrol akses ke crane dengan ketat. Menerapkan sistem keamanan yang ketat dan hanya orang-orang tertentu yang memiliki izin resmi yang bisa mengakses crane. Ini akan mencegah akses yang tidak sah dan meminimalisir risiko serangan siber. "Buat akses ke crane, kita harus kaya ngontrol akses ke gedung", kata Fabela. "Hanya orang yang punya izin resmi aja yang bisa masuk. Kita juga harus pantau siapa aja yang ngakses crane dan apa aja yang mereka lakukan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada akses yang tidak sah dan untuk meminimalisir risiko serangan cyber". Selain itu, pemerintah AS juga perlu mempertimbangkan untuk memproduksi crane sendiri.
Dengan memproduksi crane sendiri, AS bisa mengurangi ketergantungannya pada ZPMC dan memiliki kontrol penuh terhadap sistem keamanan crane. "Memang, biaya produksi crane tuh gak murah", kata Terrill. "Tapi, ini investasi yang penting untuk keamanan nasional. Kita perlu memastikan bahwa infrastruktur vital kita aman dan terkendali, dan kita harus mengurangi ketergantungan kita pada negara lain". Tentu saja, tidak semua orang setuju dengan solusi ini. Beberapa orang menilai bahwa memproduksi crane sendiri tuh gak efisien dan mahal. Mereka berpendapat bahwa solusi yang lebih pragmatis adalah dengan meningkatkan keamanan crane yang sudah ada. "Lebih baik kita tingkatkan keamanan crane yang udah ada", kata Fabela. "Kita bisa upgrade software, pasang firewall, dan perkuat keamanan sistem jaringan. Dengan cara ini, kita bisa mengatasi masalah keamanan cyber tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar untuk memproduksi crane sendiri". Terus, gimana nih masa depan pelabuhan AS? Solusi yang paling ideal adalah kombinasi dari berbagai macam solusi.
Pemerintah AS harus bekerja sama dengan para ahli dan pengusaha untuk mencari solusi yang paling tepat dan efektif untuk mengatasi masalah ini. "Kita gak boleh underestimate ancaman cyber", kata Terrill. "Kita harus siap sedia nge-atasi ancaman dan melindungi infrastruktur vital kita. Perlu ada kolaborasi antara pemerintah, industri, dan para ahli keamanan siber untuk memastikan bahwa infrastruktur vital kita terlindungi dari serangan cyber". Pelabuhan AS sedang dalam bahaya nih, soalnya tergantung sama crane China. Pemerintah AS harus segera bertindak untuk mengatasi masalah ini, supaya ekonomi dan keamanan nasional terjaga. "Ini adalah masalah yang serius yang membutuhkan perhatian serius dari pemerintah AS.
Mereka harus segera mengambil langkah untuk mengurangi ketergantungan terhadap crane buatan China dan meningkatkan keamanan pelabuhan AS. Jika tidak, ekonomi dan keamanan nasional AS akan terancam", tambah Terrill. "Kita harus belajar dari pengalaman negara lain yang mengalami serangan cyber terhadap infrastruktur pentingnya. Kita harus memperkuat sistem keamanan kita dan berinvestasi dalam teknologi keamanan yang canggih. Kita juga harus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya cyber dan cara untuk melindungi diri dari serangan cyber", tambah Fabela.