- Oktoberfest, festival bir terbesar di dunia, kembali digelar di Jerman dengan keamanan super ketat.
- Oktoberfest di Jerman tahun ini dipenuhi 600 petugas polisi dan 1.500 petugas keamanan untuk menjaga pengunjung.
- Pengunjung Oktoberfest di Jerman tahun ini menghadapi ancaman teror dan harga bir yang meroket.
pibitek.biz -Oktoberfest, pesta bir terbesar di dunia, kembali digelar di Munich. Tahun ini, festival yang berlangsung dari 21 September hingga 6 Oktober ini dihelat dengan keamanan super ketat. Alasannya, Jerman lagi-lagi diguncang serangan teror. Sederet serangan teror di Jerman yang diduga dilakukan oleh kelompok jihadis membuat Oktoberfest tahun ini jadi berbeda. Tahun lalu, Oktoberfest sukses menarik lebih dari tujuh juta pengunjung yang menghabiskan 6,5 juta liter bir. Wow! Walau begitu, ancaman teror menghantui.
2 – Kenaikan Manfaat Jaminan Sosial di Tahun 2025 2 – Kenaikan Manfaat Jaminan Sosial di Tahun 2025
3 – Ancaman Cerberus, Trojan Perbankan yang Sulit Dideteksi 3 – Ancaman Cerberus, Trojan Perbankan yang Sulit Dideteksi
Beberapa bulan sebelumnya, Jerman dikejutkan dengan aksi brutal seorang pria asal Suriah yang melakukan serangan sadis di kota Solingen. Dengan pisau tajam, ia menebas beberapa orang hingga menewaskan tiga orang dan melukai delapan lainnya. Tak lama setelah kejadian tersebut, polisi Munich juga menembak mati seorang pria yang nekat menembaki mereka dan konsulat Israel di kota tersebut. Kejadian ini langsung dikaitkan dengan terorisme. Pihak berwenang langsung meningkatkan kewaspadaan dan meningkatkan pengamanan di Oktoberfest.
Selain 600 petugas polisi, 1.500 petugas keamanan juga dikerahkan untuk mengawal pengunjung di Oktoberfest. Untuk pertama kalinya, Oktoberfest dilengkapi dengan detektor logam di berbagai titik masuk festival. Selain itu, kamera pengawas juga dipasang di seluruh area Oktoberfest. Polisi juga bakal gencar memeriksa konsumsi ganja di festival, meski penggunaan ganja sudah dilegalkan di Jerman pada April lalu. Pemerintah Bavaria, tempat Oktoberfest digelar, mengeluarkan larangan khusus soal konsumsi ganja di area festival dan taman bir.
Bagi siapa pun yang kedapatan asyik nge-high di Oktoberfest, siap-siap merogoh kocek hingga 1.500 euro atau sekitar 2,160 dollar Singapura. Cukup mahal, ya! Oktoberfest yang sudah berjalan lebih dari dua abad ini memang sempat ditiadakan beberapa kali karena krisis, seperti wabah kolera, invasi Napoleon ke Bavaria, Perang Dunia I dan II, dan pandemi Covid-19. Awalnya, Oktoberfest diadakan pada bulan Oktober untuk merayakan pernikahan kerajaan. Namun, untuk memanfaatkan cuaca yang masih cerah di akhir musim panas, festival ini diundur ke bulan September.
Pengunjung Oktoberfest biasanya mengenakan pakaian tradisional Bavaria, seperti celana kulit pendek dan gaun dirndl. Suasana festival diramaikan dengan musik oompah dan tarian Schuhplattler. Tahun ini, Oktoberfest dibayangi harga bir yang meroket. Inflasi global membuat harga bir di Oktoberfest melambung tinggi hingga lebih dari 15 euro per gelas. Pengunjung pun mengeluh karena harga bir yang selangit. Oktoberfest yang seharusnya menjadi ajang pesta rakyat kini terasa berbeda. Ancaman teror dan biaya hidup yang meningkat membuat pengunjung tak lagi merasakan keceriaan seperti biasanya.
Entah bagaimana nasib Oktoberfest di masa depan. Apakah festival bir ini masih bisa menjadi ajang kebahagiaan bagi warga Jerman dan wisatawan dari seluruh dunia? Atau, Oktoberfest akan tergerus oleh bayang-bayang ketakutan dan biaya hidup yang semakin mahal?