- Intelligent Alpha ngeluarin produk baru bernama LIVR, investor AI yang belajar dari investor handal.
- LIVR pakai AI canggih buat analisa data dan ngikutin gaya investasi, baik agresif atau kalem.
- Intelligent Alpha pengen jadi BlackRock versi AI, ngeluarin banyak produk investasi berbasis AI.
pibitek.biz -Bayangkan, sebuah teknologi canggih seperti AI, belajar dari para investor handal seperti Warren Buffett, Stanley Druckenmiller, dan David Tepper, untuk menghasilkan strategi investasi yang gila-gilaan. Ini bukan mimpi! Sebuah perusahaan fintech bernama Intelligent Alpha, ngeluarin sebuah produk keren, yaitu Intelligent Livermore ETF (LIVR) yang diklaim sebagai "investor AI" kelas kakap. LIVR, yang namanya diambil dari seorang trader legendaris abad ke-20 bernama Jesse Livermore, memanfaatkan kekuatan AI untuk menganalisis data finansial dan mereplikasi filosofi investasi dari para investor ternama.
2 – Serangan Ransomware Turun 300%, Microsoft Ungkap Strategi Baru 2 – Serangan Ransomware Turun 300%, Microsoft Ungkap Strategi Baru
3 – Google Kerjasama dengan Reaktor Nuklir untuk AI 3 – Google Kerjasama dengan Reaktor Nuklir untuk AI
AI-nya gak sembarangan, lho! Mereka pakai ChatGPT dari OpenAI, Claude dari Anthropic, dan Gemini dari Google. Bayangin, "komite" AI ini dikasih tumpukan informasi keuangan, ditambah "wejangan" dari para investor hebat. Strategi yang dihasilkannya bisa fokus pada investasi jangka panjang dengan nilai fundamental, atau malah jadi investor agresif yang mengincar pertumbuhan cepat. Keunikan LIVR gak cuma di AI-nya, tetapi juga di "manusia" yang berperan sebagai eksekutor strategi. Mereka yang akan eksekusi transaksi beli atau jual saham, memastikan nggak ada kesalahan atau halusinasi AI. "AI ini bisa ngertiin dan ngikutin gaya investasi siapa pun", kata Doug Clinton, CEO Intelligent Alpha. "Mau jadi investor agresif yang ngejar pertumbuhan cepat, atau mau jadi investor kalem yang mirip Warren Buffett, AI ini bisa ngelakuinnya". LIVR udah mulai diperdagangkan sejak Rabu, dan saham-saham seperti Meta, Nvidia, dan TSMC menjadi "jagoan" di portfolio-nya. Livr punya biaya administrasi 0.69%. Sejak dulu, Clinton udah ngetes ChatGPT dan AI chatbot lain untuk ciptain portofolio yang bisa ngalahin S&P 500.
LIVR ini baru permulaan. Clinton punya ambisi besar, yaitu ngembangin berbagai produk investasi berbasis AI buat investor kelas kakap maupun retail. Targetnya? Meraih aset kelolaan senilai $1 triliun! "Kita mau jadi BlackRock versi AI", katanya dengan semangat. Saat ini, Intelligent Alpha masih "satu orang" dan Clinton sendiri yang pegang kendali, sambil tetap kerja di Deepwater Asset Management, perusahaan investasi yang ia dirikan tahun 2017. Deepwater sendiri punya saham di Intelligent Alpha dan mendukung bisnis ini. "Kerennya AI itu, bisa nambah produktivitas manusia", kata Clinton. "Intelligent Alpha adalah bukti nyata dari hal ini". Mereka udah ngajuin empat aplikasi ETF ke Securities and Exchange Commission, dan direncanakan akan dirilis beberapa produk baru akhir tahun ini atau awal tahun 2025. Meskipun beberapa hedge fund udah mulai pakai AI, Clinton ngaku kalau Intelligent Alpha adalah yang pertama kali ngelakuin "stock picking" murni dengan AI. "Kita harus jalan terus, terus berinovasi agar bisa terus unggul", katanya.
Clinton optimis, AI akan jadi "mesin" utama di masa depan. LIVR jadi contoh nyata bahwa AI bisa "ngalahin" cara investasi konvensional, baik yang pasif maupun aktif. "AI lebih cerdas dibanding indeks, tapi lebih rasional dibanding investor manusia. Ini seperti menggabungkan hal terbaik dari dua dunia", pungkasnya. Mengandalkan AI untuk investasi mungkin terlihat canggih, tetapi ini bukan tanpa risiko. AI bisa salah menganalisis data, dan hal itu bisa merugikan investor. Membiarkan AI sebagai "pemilik" portfolio tanpa pengawasan yang ketat bisa jadi bumerang.
Mengandalkan AI secara total tanpa pertimbangan logika dan analisis manusia bisa berujung bencana. Perlu diingat, AI adalah alat, bukan dewa. AI bisa membantu investor dalam membuat keputusan, tetapi investor tetap harus punya kemampuan berpikir kritis dan analisis yang kuat. Menyerahkan seluruh keputusan investasi ke AI tanpa pengawasan sama saja dengan melempar koin. AI memang bisa "meniru" gaya investasi para investor legendaris, tetapi itu belum tentu menjamin hasil yang sama. Masing-masing investor punya gaya dan strategi sendiri, dan AI mungkin belum tentu bisa meniru dengan sempurna.
Keunikan dan keahlian masing-masing investor tidak bisa ditiru begitu saja. AI bisa dibilang seperti "anak kecil" yang sedang belajar. Dia masih butuh banyak bimbingan dan pembelajaran sebelum bisa "menyamai" para ahli. Membandingkan AI dengan investor legendaris yang berpengalaman puluhan tahun adalah hal yang tidak adil. Intelligent Alpha punya visi yang luar biasa, yaitu membangun "BlackRock versi AI". Namun, mimpi ini masih terlalu dini untuk direalisasikan. Menjadi "pemimpin" di dunia investasi bukan hal mudah.
Pesaing yang sudah mapan, seperti BlackRock sendiri, pasti akan bersaing ketat. LIVR memang punya keunggulan unik dengan "komite" AI yang canggih. Namun, pasar investasi masih didominasi oleh "manusia". Menyakinkan investor bahwa AI bisa "ngalahin" pengalaman dan intuisi para investor berpengalaman bukan hal mudah. Melihat perkembangan AI yang cepat, mungkin suatu saat nanti AI akan menjadi "pemimpin" di dunia investasi. Namun, untuk saat ini, AI masih perlu banyak belajar dan berkembang sebelum bisa menguasai dunia investasi.
AI adalah alat yang bisa membantu investor, tetapi tidak bisa menggantikan peran manusia dalam membuat keputusan investasi. Investor harus tetap kritis dan punya kemampuan analisis yang kuat. AI hanyalah alat, dan investor tetap harus memegang kendali. Meskipun AI punya potensi besar untuk merubah dunia investasi, masih banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Memikirkan masa depan investasi dengan AI adalah hal yang menarik, tetapi kita juga perlu waspada dan realistis.