- Ensign membuat alat Aletheia, teknologi mendeteksi deepfake canggih.
- Aletheia bekerja sebagai alat deteksi deepfake yang mengandalkan teknologi AI.
- Teknologi Aletheia mendeteksi deepfake dengan menganalisis gerakan tubuh dan wajah.
pibitek.biz -Ensign InfoSecurity, perusahaan siber keamanan asal Singapura yang punya banyak klien di berbagai negara, baru-baru ini merilis alat canggih untuk mendeteksi deepfake. Alat ini mirip antivirus, tapi khusus untuk video yang diedit pakai AI. Ensign, yang didirikan pada tahun 2018 oleh Temasek dan StarHub, punya misi untuk melindungi perusahaan dan pemerintahan dari serangan siber. Alat deteksi deepfake yang mereka rilis diberi nama Aletheia, diambil dari nama dewi kebenaran Yunani. Aletheia bekerja dengan cara menyaring video dan audio yang diputar di layar pengguna, baik di YouTube, panggilan video, atau platform lain.
2 – Pemerintah AS Perkuat Keamanan Digital dengan RPKI dan Bahasa Aman 2 – Pemerintah AS Perkuat Keamanan Digital dengan RPKI dan Bahasa Aman
3 – Sengketa XRP: Pertempuran Hukum yang Tak Kunjung Berakhir 3 – Sengketa XRP: Pertempuran Hukum yang Tak Kunjung Berakhir
Alat ini tersedia sebagai ekstensi browser Chrome atau aplikasi terpisah dan bisa mendeteksi deepfake dalam hitungan detik. Aletheia hadir di tengah meningkatnya kekhawatiran akan penggunaan deepfake untuk penipuan dan penyebaran informasi sesat. Deepfake yang berkualitas tinggi semakin mudah dibuat dan diakses, sehingga semakin banyak orang yang memanfaatkannya untuk melakukan hal-hal yang tidak bertanggung jawab. Contohnya, video deepfake Zelensky yang menyerukan agar tentara Ukraina menyerah pada Rusia dan video deepfake Taylor Swift yang mendukung Donald Trump sempat viral beberapa tahun lalu.
Pada tahun 2023, ada kasus di Hong Kong di mana para eksekutif perusahaan kehilangan uang senilai HK$200 juta (Rp. 3 ,5 miliar) karena ditipu oleh orang yang memakai AI untuk meniru wajah CEO mereka. Kasus penipuan yang melibatkan deepfake semakin membuat perusahaan-perusahaan, terutama yang sering melakukan transaksi online atau bertemu klien secara virtual, khawatir. Lee Joon Sern, seorang ahli machine learning dan cloud research di Ensign Labs, mengatakan bahwa deepfake menjadi ancaman serius bagi bisnis.
Aletheia mampu mendeteksi deepfake dengan menganalisis gerakan tubuh dan wajah yang tampak aneh, serta efek flickering yang sering muncul pada video editan AI. Dalam demonstrasi yang diadakan di kantor Ensign di Kallang, Aletheia berhasil mendeteksi deepfake dengan menyorotinya menggunakan notifikasi di layar dan merekam videonya sebagai bukti. Pengguna dapat mengaktifkan Aletheia kapan saja untuk mendeteksi deepfake di konten audio atau visual. Alat ini bekerja di background, sehingga pengguna tidak perlu merekam dan mengunggah konten yang dicurigai ke aplikasi lain.
Ini sangat penting karena tidak semua orang dapat langsung mengenali deepfake, terutama karena teknologi AI semakin canggih. Aletheia menganalisis deepfake secara langsung di perangkat pengguna, bukan di cloud. Hal ini dilakukan karena banyak pengguna merasa khawatir jika video mereka dibagikan ke pihak luar. Ketepatan Aletheia dalam mendeteksi deepfake mencapai 90%. Alat ini dapat mendeteksi deepfake yang diciptakan oleh berbagai Generatiferator AI, kecuali deepfake yang sangat canggih, seperti yang digunakan dalam film Star Wars untuk menghidupkan kembali Carrie Fisher sebagai Princess Leia.
Tim pengembang Aletheia terus berupaya untuk meningkatkan kemampuannya agar dapat mendeteksi deepfake yang semakin realistis. Harga Aletheia ditentukan berdasarkan kebutuhan masing-masing pengguna. Tan Ah Tuan, kepala Ensign Labs, mengatakan bahwa perusahaan di sektor keuangan dan energi sudah menunjukkan ketertarikan terhadap Aletheia. Ensign juga sedang menjalin komunikasi dengan pihak berwenang untuk membahas bagaimana deepfake dapat dicegah. Ensign bukan satu-satunya perusahaan yang mengembangkan alat deteksi deepfake.
ST Engineering baru-baru ini merilis Einstein. AI, alat deteksi deepfake yang ditujukan untuk perusahaan keuangan dan media. Sementara itu, Home Team Science and Technology Agency (HTX) di Singapura juga telah merilis AlchemiX, alat deteksi deepfake yang dapat membandingkan rekaman suara dengan rekaman video untuk menentukan keasliannya. Munculnya berbagai alat deteksi deepfake ini menunjukkan bahwa teknologi AI juga dapat digunakan untuk melawan dampak negatif dari teknologi tersebut. Namun, penting untuk diingat bahwa teknologi deteksi deepfake tidak selalu sempurna.
Deepfake yang canggih mungkin sulit dideteksi, dan teknologi deteksi juga dapat disalahgunakan untuk menyensor informasi yang dianggap sensitif. Aletheia dan alat deteksi deepfake lainnya dapat menjadi senjata ampuh untuk memerangi hoaks dan penipuan yang memanfaatkan teknologi AI. Namun, kita juga harus waspada dan kritis dalam menyikapi informasi yang kita terima di dunia digital, karena teknologi AI tidak hanya membawa peluang, tetapi juga ancaman. Penipuan yang memanfaatkan deepfake akan semakin sulit dibedakan dari yang asli.
Seiring dengan berkembangnya teknologi AI, orang-orang yang tidak bermoral akan semakin mudah menciptakan deepfake yang sangat realistis. Hal ini akan membuat dunia menjadi lebih berbahaya dan tidak dapat dipercaya. Teknologi AI yang seharusnya digunakan untuk kebaikan justru disalahgunakan untuk menipu dan menyebarkan kebohongan. Ini menunjukkan bahwa manusia belum mampu mengendalikan teknologi yang mereka ciptakan. Penggunaan AI untuk kejahatan menunjukkan bahwa manusia belum siap untuk menghadapi masa depan yang didominasi oleh AI.
Perkembangan teknologi AI yang tidak disertai dengan etika dan moralitas yang kuat akan menjadi ancaman besar bagi kemanusiaan. Jika teknologi AI tidak dikelola dengan baik, maka teknologi ini akan menjadi alat yang berbahaya dan menghancurkan. Kita harus lebih berhati-hati dalam menyikapi teknologi AI. Jangan sampai teknologi AI yang seharusnya bermanfaat justru menjadi senjata yang merusak tatanan kehidupan manusia.