- AI masih butuh arahan manusia dalam mengembangkan kemampuan matematika dan geometri.
- AlphaGeometry merupakan AI yang bisa menyelesaikan soal-soal geometri IMO tanpa bantuan manusia dengan kemampuan unik.
- AI masih memiliki keterbatasan dalam menghadapi soal-soal matematika yang kompleks dan memerlukan kemampuan manusia.
pibitek.biz -Sejak tahun 1959, International Math Olympiad (IMO) telah menjadi arena pertarungan sengit bagi para siswa SMA yang memiliki bakat luar biasa dalam bidang matematika. Peserta dari lebih dari 100 negara berkumpul untuk menguji kemampuan mereka dalam memecahkan soal-soal aljabar, geometri, dan teori bilangan yang rumit. Setiap tahun, para peserta beradu kecepatan dan ketajaman otak dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan strategi jitu dan pemahaman konsep yang mendalam. IMO menjadi ajang bergengsi bagi siswa yang memiliki ambisi untuk berkarier di bidang matematika, karena para pemenang sering kali meraih penghargaan bergengsi di masa depan, termasuk medali Fields yang prestisius.
2 – SimpliSafe Rilis Layanan Pemantauan Aktif Waktu Nyata 2 – SimpliSafe Rilis Layanan Pemantauan Aktif Waktu Nyata
3 – Ransomware dan Tantangan Pembayaran Tebusan 3 – Ransomware dan Tantangan Pembayaran Tebusan
IMO adalah ujian akhir yang menentukan apakah siswa memiliki potensi untuk menjadi ahli matematika di masa depan. Nah, sekarang, AI juga ikut unjuk gigi di arena ini! Tahun ini, tim ilmuwan dari Google DeepMind membuat dunia tercengang dengan pengumuman tentang AI baru bernama AlphaGeometry, yang mampu menyelesaikan soal geometri di IMO tanpa bantuan manusia. Kemampuan AI ini menghebohkan dunia matematika dan menimbulkan pertanyaan baru tentang peran AI di masa depan. "AI seperti ChatGPT sudah lumayan canggih, tapi kalau soal ngerjain soal matematika, masih cupu banget", kata Thang Luong, salah satu ilmuwan Google DeepMind yang mengembangkan AlphaGeometry. "Mereka cuma bisa ngasih jawaban yang keliatannya bener, tapi kalau dilihat lagi, nggak masuk akal". AI canggih seperti ChatGPT memang bisa diajak ngobrol dan memberikan jawaban untuk berbagai macam pertanyaan, tetapi ketika dihadapkan pada soal matematika yang rumit, mereka kelihatan canggung dan gagap. AlphaGeometry punya strategi unik buat ngejawab soal-soal matematika, yaitu dengan menggabungkan AI simbolik dan jaringan saraf. AI simbolik itu kayak robot teliti yang jalannya pelan, tapi teliti dan akurat, sedangkan jaringan saraf lebih kayak AI yang bisa ngelakuin sesuatu secara cepat dan kreatif, mirip ChatGPT.
AI simbolik bekerja dengan menganalisis dan memanipulasi simbol-simbol matematika secara sistematis, sehingga mampu memecahkan soal-soal dengan ketelitian tinggi. Jaringan saraf, di sisi lain, meniru cara kerja otak manusia, dengan mencari pola dan hubungan dalam data yang besar, sehingga bisa memberikan jawaban yang inovatif dan cepat. Meskipun AlphaGeometry udah pamer kemampuan ngerjain soal-soal geometri IMO, para ahli matematika belum yakin kalau AI ini udah siap ngerjain soal-soal yang lebih kompleks.
Misalnya, soal-soal teori bilangan tingkat tinggi atau kombinasi, atau bahkan soal-soal penelitian matematika yang menantang. AI yang bisa ngerjain soal geometri di IMO mungkin terlihat keren, tapi para ahli masih mempertanyakan kemampuan AI ini dalam menghadapi tantangan yang lebih besar, seperti memecahkan masalah teori bilangan yang rumit atau melakukan penelitian matematika di bidang yang belum terjamah. "Masalahnya, AI belum bisa ngembangin konsep baru", jelas Marijin Heule, profesor ilmu komputer di Carnegie Mellon University. "Mereka cuma bisa ngerjain soal-soal berdasarkan data yang udah dikasih manusia". AI masih bergantung pada pengetahuan manusia, mereka belum mampu menciptakan pengetahuan baru atau menemukan konsep yang revolusioner. Heule menambahkan, AI simbolik dan jaringan saraf punya keterbatasan dalam ngerjain soal matematika, karena mereka cuma bisa belajar dari pengetahuan manusia. Nah, AlphaGeometry sih beda, karena dia belajar dari data sintetis yang dibuat untuk menyerupai data nyata. AlphaGeometry menggunakan data sintetis yang diciptakan secara artifisial untuk meniru pola dan struktur data nyata.
Hal ini membuat AlphaGeometry berbeda dari AI lain yang hanya berlatih pada data nyata yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber. Meskipun begitu, AI mungkin belum bisa jadi ahli matematika yang mandiri, tapi mereka bisa jadi murid yang oke buat ahli matematika manusia. "Buat sementara ini, AI lebih cocok jadi asisten", kata Heule. "Mereka bisa bantu kita ngecek jawaban, misalnya, atau ngasih tau kalau ada kesalahan dalam argumentasi". AI dapat berperan sebagai asisten yang berguna dalam mempercepat proses penemuan solusi dan menghindari kesalahan logika.
Mereka dapat menawarkan perspektif baru dan mempermudah proses pencarian solusi. Intinya, AI kayak teman yang bisa kasih tau kita kalau lagi salah jalan, sehingga kita bisa lebih fokus ke jalan yang benar. AI bisa menjadi pendamping yang setia, memberikan panduan dan saran yang berharga sepanjang perjalanan pencarian solusi. Dengan bantuan AI, para ahli matematika bisa lebih efisien dalam mencari jawaban dan menghindari jebakan logika yang sering kali menghalangi proses penemuan. Tim AlphaGeometry punya alasan khusus kenapa mereka ngerjain AI yang fokus ke soal geometri. "Soal geometri itu menarik banget secara visual, dan kita udah belajar soal ini sejak kecil", kata Luong. "Selain itu, geometri banyak dijumpai dalam desain dan arsitektur, jadi penting banget". Geometri memiliki keunikan dalam memamerkan konsep matematika secara visual dan mudah dipahami. Hal ini membuat geometri lebih menarik dan mudah dipelajari oleh banyak orang, termasuk anak-anak. Geometri juga berperan penting dalam berbagai bidang kehidupan, seperti desain, arsitektur, dan teknik. Ternyata, geometri juga jadi salah satu bidang yang paling sulit di IMO untuk diajarkan ke komputer, karena sedikit banget contoh soal yang ditulis dalam format yang bisa dipahami komputer.
Soal-soal geometri sering kali menggunakan gambar dan diagram yang sulit untuk diinterpretasikan oleh komputer. Ini membuat geometri menjadi tantangan tersendiri bagi para ilmuwan komputer yang berusaha mengembangkan AI yang bisa mengerjakan soal geometri. Meskipun Heule mengakui kalau AlphaGeometry "keren banget", dia juga ngasih tau kalau ngembangin AI geometri itu salah satu tugas yang paling mudah buat AI matematika. Heule menjelaskan, para ilmuwan komputer manusia udah ngerjain pekerjaan rumah buat merumuskan soal geometri dengan cara yang bisa dipahami komputer.
Para ilmuwan komputer telah mengeluarkan banyak usaha untuk membuat bahasa pemrograman yang dapat menerjemahkan konsep geometri ke dalam format yang dapat dipahami oleh komputer. Ini membuat AI lebih mudah untuk mengerjakan soal geometri yang telah dirumuskan dalam format yang benar. Jadi, begitu soal-soal geometri udah dirumuskan dengan benar, AI bisa dengan mudah ngerjainnya. AI dapat dengan mudah menyelesaikan soal-soal geometri yang telah dikonversi ke dalam format yang sesuai dengan kemampuan nya.
Hal ini menunjukkan bahwa kemajuan AI dalam bidang geometri masih terbatas pada soal-soal yang telah dirumuskan dengan benar. Kenapa geometri lebih mudah dibanding bidang lain, misalnya teori bilangan? Karena soal geometri itu lebih simpel dan lebih terstruktur. Geometri memiliki struktur yang lebih terdefinisi dan konsep yang lebih sederhana dibandingkan dengan bidang matematika lain seperti teori bilangan. Hal ini membuat soal geometri lebih mudah untuk dipecahkan oleh AI yang masih dalam tahap perkembangan.
Misalnya, teorema terakhir Fermat, yaitu soal teori bilangan, butuh waktu lebih dari tiga abad untuk diselesaikan. Heule mengatakan kalau hampir mustahil buat menjelaskan solusi teorema terakhir Fermat ke AI, apalagi minta AI buat ngerjainnya. Teorema terakhir Fermat adalah salah satu soal matematika yang paling sulit dan memerlukan pengetahuan dan keahlian yang sangat tinggi untuk dipecahkan. AI saat ini belum mampu mengerti konsep yang terlibat dalam teorema ini dan belum mampu menemukan solusinya. "Bidang matematika modern itu luas banget, kayak lautan tanpa batas", kata Heather Macbeth, profesor matematika di Fordham University yang ahli di bidang geometri. "Mungkin, pertanyaan yang lebih tepat bukannya tentang AI yang bisa ngerjain bidang matematika tertentu, tapi tentang jenis-jenis soal yang bisa dikerjain AI". Macbeth menyatakan bahwa AI mungkin belum mampu menguasai semua bidang matematika secara keseluruhan. Namun, AI dapat menunjukkan keunggulan dalam memecahkan soal-soal tertentu yang sesuai dengan kemampuan nya.
Macbeth menambahkan, AI bisa berguna buat ngenali pola atau buat nyari sesuatu yang unik dalam sekumpulan data yang banyak banget. AI dapat digunakan untuk menganalisis data yang besar dan kompleks serta menemukan pola dan hubungan yang tersembunyi di dalamnya. Kemampuan AI dalam menganalisis data ini dapat berguna dalam berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, dan bisnis. Meskipun AI belum bisa ngerjain soal-soal matematika yang rumit, Luong yakin kalau AlphaGeometry dan AI serupa bakal berkembang pesat.
Mungkin aja nanti mereka bisa ikutan ujian matematika buat mahasiswa, yaitu Putnam Mathematical Competition. AlphaGeometry dan AI serupa terus mengembangkan kemampuan nya dalam bidang matematika. Kemungkinan di masa depan, AI ini akan mampu mengerjakan soal-soal yang lebih kompleks dan mengikuti ujian matematika tingkat universitas. Tapi, di luar urusan ujian, Luong optimistis kalau AlphaGeometry bisa jadi langkah penting buat ngembangin AI secara umum, khususnya AI yang bisa berfikir kayak manusia.
AlphaGeometry dapat menjadi langkah awal dalam perjalanan menuju penciptaan AI yang memiliki kecerdasan setara dengan manusia. AI ini memiliki potensi untuk mengolah informasi dan memecahkan masalah dengan cara yang lebih kompleks dan menyerupai kemampuan manusia. "Kalau kita mau bikin AI yang cerdas kayak manusia, AI harus bisa berfikir mendalam", kata Luong. "AI harus bisa ngerencanain langkah-langkah selanjutnya, dan ngeliat hubungan antar hal secara menyeluruh. IMO jadi ujian yang pas buat ngetes kemampuan AI".
AI yang cerdas harus mampu berfikir secara sistematis dan menganalisis masalah secara mendalam. Mereka harus mampu mencari hubungan antar konsep dan merencanakan langkah berikutnya dalam memecahkan masalah. IMO merupakan ujian yang sangat baik untuk mengukur kemampuan AI dalam memecahkan masalah yang kompleks dan memerlukan pengetahuan yang luas. Ngobrolin AI yang jago matematika kayak AlphaGeometry bikin kita ngebayangin masa depan yang penuh kemungkinan. Tapi, ada juga yang ngerasa takut kalau AI bakal menggantikan peran manusia di masa depan.
Kemunculan AI yang cerdas seperti AlphaGeometry membuka peluang baru dalam berbagai bidang kehidupan. Namun, di sisi lain, AI juga menimbulkan kecemasan tentang potensi penggantian peran manusia di masa depan. AI memang berkembang dengan pesat, tapi masih banyak keterbatasan yang harus diatasi. Selain itu, AI masih butuh arahan dari manusia buat ngembangin konsep baru dan ngerjain soal-soal yang kompleks. Meskipun AI terus mengembangkan kemampuan nya, AI masih memiliki keterbatasan dalam berfikir kreatif dan menemukan solusi untuk masalah yang belum pernah ditemui sebelumnya.