- "Girl" di internet sekarang kayak udah jadi komoditas, dipasarin dengan cara yang luar biasa kreatif.
- "Girl" harus ngehadapi kenyataan hidup yang susah, ngeliat "girlhood" yang dipasarin dengan "girlhood" yang nyata.
- "Girl" harus berjuang untuk menjadi diri sendiri tanpa di kekang oleh standar kecantikan digital.
pibitek.biz -Enggak ada hari tanpa denger kata "girl" di TikTok. Setiap kali buka aplikasi, pasti ada aja konten tentang "girl" ini dan itu. Enggak heran kalau sekarang ini kayaknya enggak ada yang enggak ngomong tentang "girl". Kemarin-kemarin lagi heboh "hot girl walk" yang harus pakai HOKA sama outfit senada, "girl dinner" yang sekarang bahkan udah jadi menu di restoran, "clean girl" yang harus pakai skincare mahal, dan "rockstar girlfriend" yang harus pake jaket bomber merah sama Dr. Martens. Kayak ada pakem gitu, kalo bukan pakai barang-barang tertentu, kamu enggak bisa ngaku-ngaku "girl" deh! Tren-tren "girl" di internet ini bisa dibilang udah merambah ke semua aspek kehidupan.
2 – AI Apple: Kekecewaan dan Keterlambatan 2 – AI Apple: Kekecewaan dan Keterlambatan
3 – Kebocoran Data Asuransi Globe Life dan Upaya Pemerasan 3 – Kebocoran Data Asuransi Globe Life dan Upaya Pemerasan
Enggak cuman soal fashion dan gaya hidup, tapi juga makanan, make-up, dan bahkan cara ngomong. Seolah-olah "girl" harus ikut tren dan membeli barang-barang yang diiklankan di internet buat bisa ngaku-ngaku "girl" modern. "Girl" di internet sekarang kayak udah jadi komoditas, dimasarin dengan cara yang luar biasa kreatif. "Hot girl walk" enggak afdol kalau enggak pakai HOKA dan baju olahraga, "girl dinner" harus di restoran, "clean girl" mesti pake skincare rutin, dan "tube girl" malah jual lipstik.
Kayaknya semua hal di era digital bisa dimonetisasi, dan "girl" udah jadi objek monetisasi yang luar biasa. Komersialisasi "girl" sekarang kayaknya enggak ada batasnya. Enggak cuman di internet aja, tapi udah merambah ke dunia nyata. Contohnya, sekarang udah ada restoran yang nyediain "girl dinner". Terus, banyak brand yang ngeluarin produk-produk yang dirancang khusus buat "girl" modern, kayak skincare yang menjanjikan "clean girl aesthetic". Kayak udah jadi kewajiban buat "girl" modern untuk beli produk-produk yang diiklankan di internet.
Seakan-akan identitas mereka diukur dari seberapa banyak mereka belanja. Misalnya, ada artikel tentang "17 produk buat dapetin clean girl aesthetic" yang langsung bikin orang ngiler mau beli skincare, probiotics, kelas pilates, dan sea moss. Orang di internet kayaknya udah di program buat ngebayangin "clean girl" yang sempurna dengan segala barang dan jasa yang dibeli. Dyson Airwrap, alat buat ngeriting rambut, adalah contoh produk yang pas buat ngejelasin komersialisasi "girl". Harganya $600! Ini alat masuk dalam kategori "gadgets" khusus "girl" yang dirancang untuk ngeramelin kehidupan sehari-hari.
Airwrap kayaknya buat ngeramelin cara ngerawat rambut, scrub elektrik buat ngeramelin kebersihan, dan alat terapi cahaya merah buat ngeramelin awet muda (atau skincare, kalau mau disebut gitu). Tren "gadgets" khusus "girl" ini menunjukan bahwa "girl" sekarang dianggap harus mempunyai barang-barang tertentu buat bisa ngaku-ngaku "girl" modern. Enggak cuma itu, "girl" juga harus terus upgrade "gadgets" mereka buat bisa ikut tren. Makanya, sekarang banyak "gadgets" baru yang keluar dengan fitur-fitur yang makin canggih dan mahal.
Masih ingat Barbie yang lagi ngehits? Gak usah heran, tahun ini emang tahunnya "girl". Beyonc?, Barbie, Taylor Swift, "girl dinner", "rat girl" – semua itu mengandung arti "girl", tapi ada rasa dangkal di baliknya. Kayaknya "girlhood" sekarang dibungkus dengan "girl" versi digital, dengan "girl" versi nyata yang masih jauh dari sempurna. "Girl" versi digital ini dibentuk oleh media sosial dan internet. "Girl" versi digital diperlihatkan dengan gambar yang sempurna, tanpa cacat sedikitpun. "Girl" versi digital ini dibentuk dengan bantuan filter, editan, dan makeup. "Girl" versi digital ini diciptakan buat menarik perhatian dan memamerkan kehidupan yang sempurna. Nah, "Instagram Face" adalah "girl" versi digital yang dibentuk oleh media sosial. Ini "girl" yang rata dan sempurna dengan bantuan filter dan editan. Enggak cuman penampilan aja sih, tapi personalitas juga udah dibentuk buat jadi komoditas yang mudah dipasarkan. "Instagram Face" menunjukan bahwa "girl" sekarang dianggap harus sempurna dan memiliki penampilan yang menarik perhatian. "Girl" yang enggak bisa mencapai standar "Instagram Face" biasanya akan merasa kurang percaya diri dan minder dengan penampilannya.
Tahun ini, "girl" mungkin dirayakan. Tapi itu cuma di permukaan aja. "Girlhood" sebenarnya sedih. "Girl" sekarang lebih kesepian dan terisolasi ketimbang sebelumnya. Lebih mudah beli produk kecantikan daripada ngeliat kenyataan bahwa filter internet udah ngubah persepsi tentang kecantikan sampe jadi gangguan psikis. Kemeriahan "girlhood" yang diperlihatkan di internet enggak selalu mencerminkan kenyataan. Banyak "girl" yang merasa tertekan dan terbebani sama standar kecantikan digital. "Girl" enggak ngerasa bahagia dan terpenuhi, malah ngerasanya kecewa dan hampa.
Strawberry girl, cherry girl, vanilla girl, tomato girl, coconut girl, coastal cowgirl, rat girl, downtown girl. Apa bedanya? Buat Rebecca Jennings, semuanya cuma kampanye marketing yang ngemas "girlhood" buat dijual. "Girlhood" mudah dijual karena "girl" itu asyik. "Girl" enggak terbebani sama peran istri atau ibu. "Girl" punya ceritanya sendiri. Industri digital mencari cara buat memasarkan produk ke "girl". Dan cara yang paling mudah adalah dengan ngemas "girlhood" dan menjualnya ke "girl" itu sendiri.
Tapi selain "girlhood" yang dipajang, "girl" juga harus ngehadapi kenyataan hidup yang susah. "Girl" harus ngejar kesempurnaan digital yang enggak bisa tercapai. "Girl" harus ngelanjutin kisah yang udah ditentukan oleh industri digital dan ngasih uang ke brand yang menjanjikan "girlhood" yang sempurna. Enggak cuma "girlhood" yang di internet aja, tapi kenyataan hidup "girl" juga berat. "Girl" harus berjuang buat mengatasi tantangan yang ada di dunia nyata dan ngebangun kehidupan yang bermakna. "Girl" enggak cuma di internet sih. "Girl" ada di mana-mana. "Girl" ada di dunia nyata dengan segala masalahnya. "Girl" juga harus ngeliat "girlhood" yang dimasarin dengan "girlhood" yang nyata. "Girl" harus punya pikiran kritis tentang komersialisasi "girlhood".
"Girl" harus bisa bedain "girlhood" yang asli sama "girlhood" yang dipajang. "Girl" harus berjuang untuk menjadi diri sendiri tanpa di kekang oleh standar kecantikan digital. "Girl" harus bisa ngebedakan "girlhood" yang dimasarkan di internet dengan "girlhood" yang nyata. "Girl" harus bisa menemukan identitasnya sendiri tanpa harus ngikut tren atau membeli produk tertentu. "Girl" harus menentang komersialisasi "girlhood" yang berlebihan. "Girl" harus bisa menilai produk dan layanan dengan bijak dan nggak mudah terpengaruh iklan. "Girl" harus bisa melihat "girlhood" dengan segi positif dan nggak terpaku pada standar yang dibentuk oleh industri digital.