- AI merambah restoran, membantu pelanggan dengan cepat.
- Karyawan restoran terbantu, karena AI dapat menangani panggilan.
- AI mengubah dunia kuliner, meningkatkan efisiensi dan pendapatan.
pibitek.biz -Saat ini, AI (Artificial Intelligence) bukan lagi hal yang asing dalam kehidupan manusia. Mulai dari rekomendasi film di Netflix, chat assistant di WhatsApp, hingga teknologi self-driving car, AI sudah merambah berbagai bidang. Nah, sekarang AI mulai merambah dunia kuliner, khususnya di restoran. Bayangkan, kamu nelpon restoran favorit, dan yang ngejawab bukan lagi manusia, tapi AI! Yup, AI ini berperan sebagai host di restoran, siap menjawab segala pertanyaan kamu, seperti menu, dress code, pengaturan tempat duduk, hingga membuat, mengubah, atau membatalkan reservasi.
2 – Fitur Canvas ChatGPT Tampilkan Perubahan Teks 2 – Fitur Canvas ChatGPT Tampilkan Perubahan Teks
3 – AI Apple: Kekecewaan dan Keterlambatan 3 – AI Apple: Kekecewaan dan Keterlambatan
Beberapa perusahaan AI berlomba-lomba menawarkan layanan ini, siap siaga 24 jam nonstop. Bahkan, menurut Tomas Lopez-Saavedra, co-founder RestoHost, hanya 10% pelanggan yang diarahkan ke manusia. Tapi, timbul pertanyaan, emang perlu banget ya AI buat ngejawab pertanyaan pelanggan, sementara di zaman digital ini, orang bisa langsung cek informasi di Google? Menurut para pemilik perusahaan AI, banyak alasan kenapa AI cocok jadi host di restoran. Salah satunya, restoran seringkali kedatangan panggilan telepon yang lumayan banyak, terutama kalau restoran populer dan terima reservasi.
Bayangkan, bisa sampai 800-1000 panggilan per bulan! Dari mulai reservasi mendadak, wisatawan, pelanggan senior, hingga orang yang sedang melakukan errands sambil nyetir. "Telepon bunyi terus-terusan, terutama pas lagi jam sibuk", kata Matt Ho, pemilik Bodega SF. Banyak panggilan isinya cuma nanya-nanya yang sebenarnya bisa dijawab langsung di website, contohnya tentang menu atau dress code. Nah, buat ngatasin hal ini, Bodega SF memakai layanan AI bernama Maitre-D. Layanan ini bikin kerjaan host jadi lebih ringan, dan yang lebih penting, ga ngeganggu pengunjung lain yang lagi menikmati makanannya.
Sebenarnya, keberadaan AI di restoran ini hanyalah salah satu contoh bagaimana digitalisasi merambah dunia kuliner di Amerika Serikat. Data menunjukkan bahwa 67% restoran merasakan manfaat positif dari penggunaan AI. Contohnya, 1/3 dari restoran tersebut menyebutkan bahwa AI memberikan dampak positif pada proses pembayaran. Penggunaan AI untuk memproses pembayaran dan platform digital untuk memesan makanan, tidak hanya meningkatkan efisiensi operasional, tetapi juga mengurangi penggunaan uang tunai, dan karyawan dapat lebih cepat mengakses gaji dan tip.
Alhasil, AI bisa jadi solusi untuk mengatasi masalah retensi dan kepuasan karyawan, yang memang sedang jadi tantangan besar di dunia kuliner. Tidak hanya itu, AI juga bisa membantu restoran dalam mengupdate konten online, menganalisis ulasan, dan meningkatkan fungsi analitik. Contohnya, AI bisa membantu mengidentifikasi tren makanan dan minuman di suatu daerah, sehingga restoran bisa menyesuaikan menu dengan selera pelanggan. AI juga bisa menganalisis data pembelian pelanggan, dan mengidentifikasi produk apa saja yang paling sering dipesan.
Informasi ini sangat berharga bagi restoran, karena bisa digunakan untuk mengembangkan strategi marketing, meningkatkan pelayanan, dan meningkatkan pendapatan. Tapi, perlu diingat, teknologi AI tidak selalu berjalan mulus. Ada juga beberapa tantangan yang perlu diatasi dalam penerapan AI di restoran. Misalnya, AI masih kesulitan dalam memahami bahasa sehari-hari, terutama bahasa gaul yang sering dipakai oleh pelanggan. AI juga masih sulit dalam memahami nuansa emosi dalam percakapan, seperti kekecewaan, kekesalan, atau ketidakpuasan.
Alhasil, AI mungkin tidak bisa memberikan solusi yang tepat untuk masalah pelanggan, dan malah membuat pelanggan semakin kesal. Penggunaan AI juga berpotensi membuat karyawan restoran kehilangan pekerjaan. Banyak karyawan yang bertugas melayani pelanggan mungkin akan digantikan oleh AI. Hal ini bisa menimbulkan konflik, karena karyawan merasa terancam kehilangan pekerjaannya. Terlepas dari berbagai kekurangannya, AI tetap memiliki potensi besar untuk mengubah dunia kuliner. AI bisa membantu restoran untuk meningkatkan efisiensi, meningkatkan pelayanan, dan meningkatkan pendapatan.
Namun, penggunaan AI harus diiringi dengan etika dan tanggung jawab yang tinggi, agar tidak merugikan karyawan, dan tidak merugikan pelanggan. Seiring dengan perkembangan teknologi, kita bisa berharap AI akan semakin canggih dan lebih bermanfaat dalam berbagai bidang, termasuk dunia kuliner. AI mungkin tidak bisa sepenuhnya menggantikan peran manusia, tapi AI bisa menjadi partner yang baik untuk membantu kita dalam menjalani kehidupan yang lebih mudah, lebih cepat, dan lebih efisien.