Korporasi Raksasa: Ancaman Serius untuk Demokrasi Global



Korporasi Raksasa: Ancaman Serius untuk Demokrasi Global - image source: theregister - pibitek.biz - Instagram

image source: theregister


336-280
TL;DR
  • ITUC menuding perusahaan Amazon, Meta, dan Tesla menggerogoti demokrasi.
  • ITUC menyebut Meta mengancam demokrasi dengan algoritma yang mengubah persepsi manusia.
  • ITUC menilai Tesla sebagai perusahaan yang buruk untuk bekerja dan mengancam demokrasi.

pibitek.biz -Amazon, Tesla, dan Meta, tiga raksasa teknologi yang mendominasi berbagai aspek kehidupan modern, mendadak menjadi sasaran kritik pedas dari International Trade Union Confederation (ITUC). ITUC, organisasi serikat pekerja terbesar di dunia, menuding ketiga perusahaan tersebut sebagai pelaku utama yang secara aktif menggerogoti demokrasi global. Tuduhan ITUC ini dilontarkan melalui sebuah daftar berisi tujuh perusahaan yang dianggap "melambangkan" bagaimana korporasi internasional raksasa mulai mengangkangi aturan main di panggung global.

ITUC mengklaim bahwa perusahaan-perusahaan ini melakukan berbagai pelanggaran terhadap hak-hak pekerja dan hak asasi manusia, merajalela dalam monopoli media dan teknologi, memperparah krisis iklim, dan secara agresif mendorong privatisasi layanan publik. Semua tindakan ini, menurut ITUC, dilakukan semata-mata demi melindungi dan memperbesar keuntungan mereka, tanpa memperdulikan dampak negatifnya terhadap demokrasi. Strategi yang digunakan perusahaan-perusahaan ini pun dianggap sangat licik. Mereka secara sistematis melancarkan operasi lobi yang rumit untuk mengacaukan dan melemahkan keinginan rakyat dan menggagalkan upaya penguatan regulasi global yang bisa mengikat mereka.

ITUC juga menyatakan bahwa upaya agresif perusahaan untuk menguasai kekuasaan dan memperlebar pengaruhnya secara tidak langsung memberikan ruang bagi gerakan politik anti-demokrasi seperti kelompok sayap kanan modern untuk berkembang pesat. Kelompok politik sayap kanan, dengan kebijakannya yang cenderung memotong pajak, menekan upah buruh, dan menekan serikat pekerja, justru sangat disukai perusahaan-perusahaan seperti Amazon, Tesla, dan Meta. Hal ini tentu saja bukan sekadar kebetulan, mengingat banyaknya penelitian dan laporan yang menunjukkan adanya hubungan erat antara kebijakan sayap kanan dengan keuntungan perusahaan raksasa.

Amazon, raksasa e-commerce yang dipimpin oleh Andy Jassy, disebut ITUC sebagai "ancaman eksistensial" terhadap demokrasi yang responsif. Berdasarkan hasil penelitian ITUC bersama sejumlah mitra, Amazon diketahui memiliki rekam jejak buruk terkait penindasan serikat pekerja, upah rendah bagi pekerja, dominasi pasar e-commerce, emisi karbon yang tinggi akibat aktivitas pusat data AWS miliknya, penghindaran pajak perusahaan, dan praktik lobi yang agresif. Tak hanya itu, Amazon juga dicap sebagai perusahaan yang secara aktif menggerogoti sistem regulasi.

Mereka menantang konstitusionalitas Dewan Hubungan Industrial Nasional AS (National Labor Relations Board), mengabaikan panggilan sidang di Uni Eropa yang berakhir dengan larangan lobi, dan menolak menyerukan perjanjian keselamatan dan kesehatan kerja. ITUC bahkan menuding Amazon mendukung gerakan politik sayap kanan yang menentang hak-hak perempuan dan legislasi anti-monopoli. Selain itu, perusahaan ini juga diklaim membuka akses bagi kelompok sayap kanan untuk meraih keuntungan melalui platform digitalnya dan mengarahkan lalu lintas ke AWS.

ITUC menyimpulkan bahwa skala operasi lobi Amazon yang sangat luas secara signifikan menggerogoti kemampuan pemerintah dan institusi untuk merespon kebutuhan dan aspirasi rakyat. Meta, perusahaan induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp yang dipimpin Mark Zuckerberg, juga tak luput dari kecaman ITUC. ITUC menuding bahwa algoritma Meta memiliki kekuatan untuk secara literal mengubah persepsi manusia terhadap realitas. Model pendapatan Meta, yang memanfaatkan triliunan data pribadi untuk menampilkan iklan yang sangat efektif, menjadikannya sebuah platform yang memiliki pengaruh yang setara dengan beberapa negara.

ITUC bahkan menyebutkan bahwa ada yang menganggap Meta sebagai "negara asing" yang dihuni oleh orang-orang tanpa kedaulatan, diperintah oleh seorang pemimpin dengan kekuasaan absolut. Meta, menurut ITUC, telah terbukti berkali-kali memanfaatkan pengaruh globalnya untuk mengabaikan regulasi. Salah satu contohnya adalah pemutusan akses berita dalam feeds pengguna di Eropa setelah perusahaan tersebut dituntut untuk membayar para penerbit berita. ITUC juga mengkritik Meta yang secara publik menyerukan aturan privasi yang lebih ketat, sementara di belakang layar mereka justru melobi untuk melemahkan regulasi privasi.

Selain itu, Meta juga dinilai gagal dalam upaya untuk mencegah penyebaran ujaran kebencian dan kekerasan di platformnya. Semua tindakan Meta ini, menurut ITUC, membuat platform mereka menjadi berbahaya dan mengancam demokrasi. Jika Amazon dan Meta dituduh secara langsung menggerogoti norma demokrasi internasional, Tesla, perusahaan produsen mobil listrik yang dipimpin Elon Musk, dituduh menjadi perusahaan yang sangat buruk untuk bekerja. ITUC menilai bahwa Tesla, yang dikenal sebagai produsen mobil listrik termahal di dunia, juga terkenal sebagai salah satu perusahaan dengan perilaku paling agresif terhadap karyawannya.

Kesuksesan Tesla di pasar otomotif diiringi oleh perilaku pemimpin perusahaan yang semakin anti-demokrasi dan anti-serikat pekerja. Tesla secara terus menerus menolak untuk bernegosiasi dengan karyawannya di Swedia, memiliki catatan keamanan yang buruk di pabrik-pabriknya, terlibat dalam banyak perselisihan tenaga kerja, dan dicurigai melakukan pelanggaran hak asasi manusia. ITUC juga mengkritik catatan lingkungan Tesla yang buruk. Rantai pasokan Tesla bergantung pada perusahaan tambang nikel yang mengabaikan standar konsultasi dengan masyarakat lokal di Indonesia, sehingga mengakibatkan deforestasi yang cepat dan mengancam lingkungan hidup masyarakat sekitar.

Tesla juga dituduh menggunakan tenaga kerja anak dalam penambangan tembaga dan kobalt untuk mobil-mobil mereka. Perilaku Elon Musk sebagai pemilik Tesla, yang dikenal dengan aksi kontroversialnya, juga menjadi sorotan. Selain Amazon, Meta, dan Tesla, ITUC juga memasukkan perusahaan lain seperti Blackstone Group dan The Vanguard Group, ExxonMobil, dan Glencore dalam daftar perusahaan yang dianggap sebagai penggerogoti demokrasi. ITUC menekankan bahwa meskipun tujuh perusahaan tersebut dianggap sebagai pelaku paling jahat dalam menggerogoti demokrasi, mereka bukanlah satu-satunya.

ITUC menilai bahwa sistem ekonomi neoliberal yang didominasi oleh korporasi adalah akar masalah utama di balik munculnya politik sayap kanan dan ancaman terhadap demokrasi global. ITUC menegaskan bahwa masa depan seharusnya menjadi tempat di mana manusia dan bumi diutamakan, bukan keuntungan yang merugikan. Namun, hal ini hanya bisa terwujud jika masyarakat bisa memenangkan pertarungan untuk demokrasi di tempat kerja, di masyarakat, dan di institusi global.