Revolusi CFO: AI Jadikan Finance Lebih Cepat Dan Efisien



Revolusi CFO: AI Jadikan Finance Lebih Cepat Dan Efisien - image source: aibusiness - pibitek.biz - SQL

image source: aibusiness


336-280
TL;DR
  • Perusahaan bisa manfaatin AI buat ngolah data, ngatur keuangan, dan ngebuat sistem lebih efisien.
  • Perusahaan butuh talent yang jago AI buat ngembangin sistem keuangan dan data yang berkualitas.
  • Perusahaan harus ngatur data dengan baik dan ngembangin sistem teknologi yang kuat.

pibitek.biz -CFOs, bos-bos besar di bagian keuangan, lagi nge-revamp dunia keuangan nih. Mereka lagi berusaha ngubah cara berpikir tentang finance. Mereka mau ngebikin dunia finance makin keren dan inovatif. Mereka kayak superhero yang mau ngebantu perusahaan ngebut lari dan ngalahin pesaing. Tapi gimana caranya? Nah, AI nih jawabannya. Bayangin, perusahaan yang kayak gajah raksasa mau berlari kenceng dan ngalahin pesaing. Gimana caranya supaya perusahaan yang besar dan beratnya kayak gajah bisa bergerak secepat cheetah? Perusahaan butuh cara baru buat nge-boost kinerjanya dan AI bisa jadi solusinya.

AI bisa ngebantu perusahaan beradaptasi dengan perubahan dunia bisnis yang semakin cepat dan kompleks. Nggak usah ngebayangin AI cuman buat ngebantu tugas-tugas kecil. AI bisa jadi lebih dari sekedar asisten, AI bisa jadi partner yang kuat buat CFO. Bayangin kalo AI jadi tulang punggung seluruh operasional keuangan! AI bisa mentransformasi perusahaan. Kalo perusahaan mau ngeset ulang sistem keuangannya dengan AI jadi pemimpinnya, bisa dapet hasil yang jauh lebih mantap. Ambil contoh, siklus tutup buku.

Biasanya CFO harus nunggu sampe akhir periode buat ngecek laporan keuangan. Nah, kalo pake AI, CFO bisa dapet informasi real-time dan ngambil keputusan lebih cepet. AI bisa mengurangi waktu yang diperlukan buat ngolah data dan menghasilkan laporan keuangan. AI bisa membantu CFO dalam mengambil keputusan yang lebih cepat dan akurat. Dunia digital lagi ngebut. Kalo perusahaan nggak cepet ngubah cara berpikir, bisa-bisa ketinggalan. AI bukan cuma jadi alat aja, tapi juga cara baru ngelihat dunia finance.

Perusahaan harus mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi yang terjadi dengan cepat. AI bisa membantu perusahaan dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks di dunia digital. Tapi, ngubah cara berpikir ke AI-first nggak segampang nge-klik tombol. Ada beberapa hal yang jadi batu sandungan. Perusahaan harus memperhatikan tantangan dan hambatan yang mungkin terjadi saat menjalankan strategi AI-first. Misalnya, sistem lama dan infrastruktur yang nggak mendukung AI. Atau data yang nggak berkualitas, nggak lengkap, dan nggak terbuka.

Perusahaan harus memiliki infrastruktur yang kuat dan mendukung penggunaan AI. Perusahaan harus memiliki data yang berkualitas dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Perusahaan harus mempertimbangkan aspek keamanan dan privasi data. Trus, ada masalah di sumber daya manusia. Perusahaan masih susah cari talent yang jago AI. Perusahaan harus mencari talent yang memiliki keahlian dalam bidang AI. Perusahaan harus mengeluarkan dana yang cukup buat mencari dan mengelatih talent. Yang nggak kalah penting, perusahaan susah buat ngubah budaya kerja agar semua jalan seirama.

Perusahaan harus menciptakan budaya kerja yang mendukung penggunaan AI. Perusahaan harus membuat semua karyawan memahami keuntungan dari penggunaan AI. Terakhir, masih banyak ketidakjelasan soal peraturan dan keamanan data. Masalah ini jadi tantangan besar bagi CFO yang mau beralih ke AI-first. Perusahaan harus mempertimbangkan risiko hukum dan regulasi yang mungkin terjadi saat menggunakan AI. Perusahaan harus mencari solusi untuk mengatasi masalah keamanan data dan privasi. Suatu riset yang dilakukan bareng sama HFS Research nyebutin ada 550 eksekutif senior yang diwawancarai.

Mereka ngebahas soal adopsi AI Generatif. Dari data tersebut, terungkap kalo CFO ngerasain sulit ngedapetin talent yang jago AI. Kalo dihitung persentasenya, sampai 34%. CFO harus bersiap mengatasi tantangan dalam mencari talent yang memiliki keahlian dalam bidang AI. CFO harus melakukan investasi dalam program pelatihan dan pengembangan talent. Masalah lainnya adalah kualitas data yang kurang. Hasil riset menunjukkan bahwa 34% CFO ngerasain sulit ngedapetin data yang berkualitas dan teratur. CFO harus memperhatikan kualitas data yang diperoleh.

CFO harus membuat strategi yang jelas untuk mengelola data dengan baik. CFO harus memastikan bahwa data yang digunakan akurat dan reliable. CFO nggak tinggal diam. Mereka nyoba ngatasi kendala ini dengan mencari talent yang jago AI. Mereka ngelatih talent internal dan nyari talent baru. CFO juga ngembangin departemen riset dan pengembangan. Nggak cuma itu, mereka juga ngajak kooperasi sama vendor AI yang punya keahlian spesial. CFO harus memfokuskan upaya pada pengembangan talent yang memiliki keahlian dalam bidang AI.

CFO harus mempertimbangkan untuk menjalin kooperasi dengan vendor AI yang memiliki keahlian spesial. Riset yang sama juga nyebutin bahwa 40% CFO ngebangun kerjasama dengan vendor AI buat ngembangin kemampuan teknologi mereka. CFO harus mempertimbangkan untuk menjalin kerjasama dengan vendor AI yang memiliki keahlian spesial. CFO harus memfokuskan upaya pada pengembangan kemampuan teknologi mereka. Kalo sudah ngatasi hambatan tersebut, CFO bisa mulai nge-implementasi AI-first. Ada empat hal yang harus diperhatiin: Data harus dikelola dengan baik.

Data harus gampang diakses dan jelas. Kalo nggak ada sumber data yang jelas, data bisa terpisah-pisah dan nggak bisa dipake bareng. Data harus dikelola dengan baik. Perusahaan harus memiliki sistem pengelolaan data yang terpusat dan terintegrasi. Data yang berantakan bisa nggak dipake sama departemen lain di perusahaan. Data harus dikelola dengan baik. Data harus terstruktur dan nggak terstruktur. Data harus diproses dan dikirim ke sistem yang tepat. AI bisa ngambil data yang akurat dari seluruh perusahaan.

Misalnya, biaya pengiriman bisa dihitung setiap barang dikirim. Nggak perlu nunggu sampe sebulan. AI bisa membantu perusahaan dalam mengambil keputusan yang lebih baik berdasarkan data yang akurat dan real-time. Dulu, tim keuangan harus ngebikin kueri SQL atau perintah database lain buat ngambil data. Sekarang, mereka bisa ngebikin permintaan dengan bahasa sehari-hari. AI bisa membantu perusahaan dalam mengakses data dengan lebih mudah dan cepat. Yang nggak kalah penting adalah pengaturan data. Perusahaan harus ngatur data dengan baik.

Kalo nggak, perusahaan bisa kena masalah hukum, kebocoran data, dan rusaknya reputasi. Perusahaan harus mempertimbangkan aspek etika dan keamanan data. Sistem teknologi harus kuat. Ada empat lapisan teknologi yang penting: Pertama, system of record (SOR) buat nyimpen data transaksi rutin. Kedua, system of engagement (SOE) buat otomatis proses. Ketiga, system of insight (SOI) buat nganalisa data dan ngasih insight yang berguna. Keempat, system of orchestration (SOO) buat ngatur semua sistem agar berjalan bareng.

SOR udah pasti ada di setiap perusahaan. Tapi SOO sering dilupain. AI ngebantu setiap lapisan teknologi bekerja lebih efisien dan harmonis. AI bisa membantu perusahaan dalam mengintegrasikan semua sistem teknologi yang dimiliki. Misalnya, Copilot di Microsoft Excel bisa otomatis ngebantu cocokin transaksi dan rekonsilasi keuangan. Copilot juga bisa ngirim email atau pesan langsung dari spreadsheet. Copilot juga bisa ngatur workflow pake Power Apps. Ini contoh kalo SOE, SOI, dan SOO bekerja bareng.

AI bisa membantu perusahaan dalam mengotomasikan proses bisnis dan meningkatkan efisiensi kerja. Operasional keuangan harus berbasis algoritma. Setiap operasional keuangan harus diubah jadi algoritma. Algoritma ini akan terintegrasi ke sistem teknologi. Setiap tantangan bisnis bisa diubah jadi tugas prediksi. Algoritma bisa nyebutin solusi yang mungkin terjadi. Misalnya, provisi garansi. Provisi garansi ngitung jumlah klaim yang diharapkan perusahaan terima. AI bisa ngeprediksi jumlah klaim garansi yang mungkin terjadi.

Perusahaan bisa ngesisihin dana yang cukup buat ngaluarin klaim tersebut. Provisi garansi dimasukkan ke laporan keuangan di akhir bulan. AI bisa membantu perusahaan dalam mengambil keputusan yang lebih akurat dan efisien. CFO harus menanamkan algoritma yang berbasis AI buat ngebantu operasional keuangan. CFO harus mengintegrasikan AI ke dalam sistem operasional keuangan perusahaan. Yang nggak kalah penting, AI harus dipantau sama manusia. Hasil dari AI nggak selalu benar. Kalo AI ngasih nilai kepercayaan 94%, berarti AI perlu dipantau sama manusia.

Manusia perlu ngasih penjelasan dan konteks yang tepat. Manusia tetep penting, meskipun AI udah maju. Terutama di dunia finance. Kalo AI ngambil keputusan yang salah, bisa ngaruh negatif buat perusahaan. Manusia harus memperhatikan aspek etika dan keamanan dalam penggunaan AI. Meskipun perusahaan nyoba buat ngebikin algoritma yang nggak berbias, manusia tetep perlu ngebantu ngemastiin kalo keputusan AI sesuai dengan nilai perusahaan. Keputusan AI harus adil, benar, dan nggak berbias. Perusahaan harus ngelihat pengaruh AI terhadap sistem kontrol yang ada.

Perusahaan juga harus mikirin bagaimana sistem kontrol tersebut bisa diintegrasikan ke berbagai proses. Perusahaan harus mengelola risiko yang mungkin terjadi akibat penggunaan AI. AI-first udah ngubah praktik lama di dunia finance. Sekarang, perusahaan bisa ngolah data tanpa sentuhan manusia. Perusahaan juga bisa ngedapetin insight dengan cepet. Perusahaan juga bisa ngurangi kesalahan yang terjadi. Perusahaan nggak perlu ngecek laporan keuangan setiap bulan. Buat ngemanfaatin AI sepenuhnya, perusahaan harus terus belajar, eksperimen, dan beradaptasi.

AI harus diintegrasikan ke operasional, proses, dan keputusan keuangan. Perusahaan harus membuat strategi yang jelas untuk mengintegrasikan AI ke dalam bisnis. Perusahaan yang ngelakuin ini bisa dapet hasil yang jauh lebih baik. AI bisa ngebantu perusahaan ngambil keputusan yang lebih baik, ngatur dana dengan lebih efisien, dan ngembangin bisnis dengan lebih cepat. AI bisa membantu perusahaan dalam mencapai tujuan bisnis. AI nggak hanya ngubah cara kita ngelihat dunia finance, tapi juga ngebantu perusahaan buat ngembangin bisnis dengan lebih baik.