- OpenAI ngebikin teknologi AI canggih dengan Murati ngembangin GPT-3 dan ChatGPT.
- Murati meninggalkan OpenAI di saat perusahaan ngebikin perubahan besar pada teknologi AI.
- OpenAI ngebikin transformasi besar dengan meninggalkan status non-profit dan ngembangin teknologi AI untuk keuntungan.
pibitek.biz -Kabar mengejutkan mengguncang dunia teknologi, khususnya di ranah AI yang lagi panas-panasan. Mira Murati, Chief Technology Officer (CTO) dari OpenAI, perusahaan yang namanya udah melekat dengan AI canggih kayak GPT-3 dan ChatGPT, secara tiba-tiba ngundurin diri. Kepergian Murati ini bikin geger, karena dia bukan sembarang orang di OpenAI. Dia punya peran penting dalam ngembangin teknologi AI OpenAI yang lagi digandrungi banyak orang. Keluarnya Murati di tengah kesuksesan OpenAI ini jadi tanda tanya besar.
2 – Serangan Siber Hantam Globe Life, Data Ribuan Pelanggan Dicuri 2 – Serangan Siber Hantam Globe Life, Data Ribuan Pelanggan Dicuri
3 – Ransomware BianLian Serang Rumah Sakit Anak Boston 3 – Ransomware BianLian Serang Rumah Sakit Anak Boston
Perusahaan yang digadang-gadang sebagai pelopor di bidang AI ini, ternyata menyimpan banyak drama di balik layar. OpenAI udah beberapa kali kena getahnya, gara-gara petinggi-petinggi mereka cabut duluan. Kekacauan ini bikin banyak orang khawatir, apakah OpenAI bisa terus bertahan dan ngejalanin misinya? Murati udah bergabung sama OpenAI sejak tahun 2018 dan mendapat jabatan CTO di tahun 2022. Dia punya kontribusi signifikan dalam ngembangin GPT-3 dan ChatGPT, dua teknologi AI yang mengubah cara orang berinteraksi dengan teknologi.
GPT-3 udah dipakai buat ngebikin konten kreatif, nulis artikel, dan bahkan menjawab pertanyaan kompleks dengan bahasa yang mirip manusia. Sementara itu, ChatGPT makin populer gara-gara kemampuannya ngobrol dengan manusia dengan cara yang natural dan menarik. ChatGPT bisa dipakai buat nyari informasi, menulis cerita, dan bahkan ngebantu mengerjakan tugas sekolah. Meskipun Murati ngasih sinyal perpisahan yang baik-baik aja, tapi banyak orang nggak bisa ngilangin rasa penasaran, kenapa dia meninggalkan OpenAI di saat perusahaan ini lagi berjaya? Murati dalam surat resminya ke karyawan, ngasih umuman terima kasih atas pengalaman berharganya di OpenAI.
Dia juga ngasih penekanan atas prestasi OpenAI dalam ngembangin teknologi AI, terutama di bidang speech-to-speech dan OpenAI o1. Murati bilang, teknologi ini bakalan ngebawa revolusi di dunia interaksi dan kecerdasan. Kata-kata Murati terdengar optimis dan menggembirakan. Tapi di balik kata-kata itu, tersembunyi banyak pertanyaan yang belum terjawab. Keluarnya Murati dari OpenAI ini bukan cuma kehilangan seorang pekerja yang berbakat, tapi juga ngasih tanda pertanyaan besar tentang masa depan OpenAI.
Banyak orang khawatir OpenAI bakalan ngalamin krisis kepemimpinan dan kehilangan arah. Kabar kepergian Murati muncul di saat OpenAI lagi ngalamin gonjang-ganjing intern. OpenAI lagi ngejar transformasi jadi perusahaan yang berorientasi keuntungan. Ini berarti, mereka mau lepas dari status non-profit yang udah melekat selama ini. Keputusan ini ngebikin banyak orang ngeri, terutama yang khawatir OpenAI bakalan lebih fokus ngejar keuntungan daripada ngejalanin misinya yang nobel. OpenAI didirikan dengan tujuan buat ngembangin AI yang bermanfaat buat seluruh manusia.
OpenAI dianggap sebagai pionir yang memprioritaskan etika dan keselamatan dalam ngembangin AI. Perubahan menjadi perusahaan yang fokus ke keuntungan bisa ngubah prioritas OpenAI. Mereka mungkin bakalan lebih fokus ngejar bisnis yang menguntungkan dan ngurangin fokus pada aspek etika dan keselamatan AI. Banyak orang khawatir kalau OpenAI nggak lagi bisa ngontrol teknologi AI yang udah dikembangkan. AI bisa jadi alat yang sangat berbahaya kalau nggak dipakai dengan benar. OpenAI sebelumnya udah menunjukkan kemampuannya dalam ngembangin AI yang canggih, tapi mereka juga dikenal dengan keputusan-keputusan yang kontroversial.
OpenAI pernah dikritik gara-gara ngelepasin teknologi AI yang potensial buat disalahgunakan. OpenAI pernah ngelepasin GPT-2, model bahasa yang mampu ngebikin konten yang sangat realistis, bahkan sampai susah dibedain dengan konten buatan manusia. Banyak orang khawatir GPT-2 bisa dipakai buat ngebikin berita palsu dan propaganda yang bisa ngaruhin opini publik. OpenAI juga pernah ngelepasin DALL-E, sebuah AI yang bisa ngebikin gambar dari deskripsi teks. Banyak orang khawatir DALL-E bisa dipakai buat ngebikin gambar yang menyesatkan atau memanipulasi realitas.
OpenAI terus ngembangin teknologi AI yang semakin canggih. Mereka udah ngeluarin model-model bahasa yang makin powerful dan bisa ngebikin konten yang lebih realistis lagi. Teknologi AI yang semakin canggih ini ngebikin banyak orang khawatir soal dampak negatifnya. AI bisa dipakai buat ngebikin senjata otonom yang bisa membunuh tanpa campur tangan manusia. AI juga bisa dipakai buat ngebikin propaganda dan berita palsu yang bisa ngaruhin opini publik. AI juga bisa dipakai buat ngebikin sistem pengawasan yang invasif dan mengancam privasi.
Di tengah kekhawatiran soal dampak negatif AI, OpenAI lagi ngalamin krisis kepemimpinan dan transformasi ke perusahaan yang berorientasi keuntungan. Ini ngebikin banyak orang ngeri dan menanyakan soal masa depan AI yang udah mereka bangun selama ini. OpenAI didukung oleh banyak investor ternama, termasuk Elon Musk. Musk sendiri merasa kecewa sama arah OpenAI yang makin berorientasi ke keuntungan. Musk ngebela misi awal OpenAI yang mau ngembangin AI yang aman dan bermanfaat buat seluruh manusia. Musk nganggap OpenAI udah menyerah dari misi awal mereka dan ngeburu keuntungan secepat mungkin.
Musk udah ngajukan gugatan ke OpenAI dengan tuduhan OpenAI ngelanggar misi awal mereka. Gugatan Musk ngebikin OpenAI makin terpuruk. OpenAI lagi ngalamin masa sulit gara-gara keputusan transformasi menjadi perusahaan yang berorientasi keuntungan, kepergian Murati, dan gugatan dari Musk. OpenAI lagi berada di titik paling rendah. Mereka harus bisa ngatasin masalah internal dan ngembalikan kepercayaan publik terhadap misi awal mereka. Mereka juga harus bisa ngalahin pesaing yang makin kuat, seperti Google dan Meta.
Google udah ngeluarin Gemini, model bahasa yang dianggap sebagai saingan kuat ChatGPT. Meta juga nggak mau kalah dan ngeluarin Llama 3.2, model bahasa yang sifatnya open-source dan bisa dipakai secara bebas oleh siapa aja. OpenAI lagi dihadapkan sama tantangan yang berat. Mereka harus bisa ngebangun kembali kepercayaan dan menunjukkan bahwa mereka masih komitmen sama misi awal mereka. OpenAI harus bisa menunjukkan bahwa mereka nggak cuma ngeburu keuntungan, tapi juga ngembangin AI yang bermanfaat buat seluruh manusia.
Mereka harus bisa ngebangun sistem etika yang kuat buat ngontrol teknologi AI yang semakin canggih. OpenAI harus bisa ngatur hubungan dengan para investor dan pengkritik mereka. Mereka harus bisa ngejalanin misi mereka dengan transparan dan bertanggung jawab. OpenAI lagi berada di titik paling kritis. Masa depan mereka tergantung pada keputusan yang mereka ambil sekarang. Apakah OpenAI bakalan bisa ngejalanin misinya yang mulia atau hanya jadi perusahaan yang ngeburu keuntungan? Kita tunggu aja cerita selanjutnya.