- Polisi Dubai peringatkan tentang bahaya AI.
- AI bisa jadi ancaman privasi dan keamanan.
- Polisi Dubai sarankan menggunakan AI dengan bijak.
pibitek.biz -Polisi Dubai ngasih peringatan keras soal bahaya berbagi data pribadi ke aplikasi AI, khususnya chatbot kayak ChatGPT. Polisi Dubai ngasih tau kalo AI udah jadi sahabat buat banyak orang, karena bisa bantu buat riset, nulis artikel, bales email, dan banyak lagi. Tapi, jangan terlena, karena ada bahaya tersembunyi di balik semua kemudahan itu. Bayangin, AI ini kayak teman yang bisa ngobrol dan nyimak semua cerita kamu. Kamu ngasih tau semua hal pribadi, mulai dari perasaan, masalah, sampai rahasia yang kamu simpen rapat-rapat.
2 – Serangan Siber Hantam Globe Life, Data Ribuan Pelanggan Dicuri 2 – Serangan Siber Hantam Globe Life, Data Ribuan Pelanggan Dicuri
3 – Startup AI Perplexity Bidik Pendanaan 7 Triliun 3 – Startup AI Perplexity Bidik Pendanaan 7 Triliun
Tapi, kamu tau ga sih kalo AI itu sebenarnya mesin canggih yang punya kemampuan analisis tinggi dan memori yang ga terbatas? Semua cerita dan data yang kamu bagi ke AI itu kayak buku terbuka buat teknologi canggih. Dengan adanya fitur suara di AI, semua informasi yang kamu bagi langsung tercatat dan dianalisa. AI jadi tau banget siapa kamu dan apa yang kamu suka. Tapi, kamu ga sadar kalo informasi pribadi kamu bisa jadi ancaman buat privasi orang lain. Contohnya, kamu mungkin ngasih tau AI soal bos kamu atau teman kamu yang lagi ngalamin masalah pribadi.
Padahal, informasi ini seharusnya ga dibagi ke AI, karena bisa jadi pelanggaran privasi. AI juga bisa mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, termasuk data yang ga akurat. Ini bisa ngebuat kamu keliru dalam mengambil keputusan, karena informasi yang didapat dari AI ga selalu benar. Polisi Dubai ngasih saran buat hati-hati banget dalam berbagi data pribadi ke chatbot kayak ChatGPT. Meskipun belum ada laporan kasus penyalahgunaan AI, tapi potensi bahayanya itu nyata. Perlu dipahami bahwa AI ini kayak pedang bermata dua.
Di satu sisi, AI bisa jadi penyelamat dan membantu manusia dalam banyak hal. Misalnya, AI bisa bantu buat ngejaga keamanan, ngasih informasi, dan mempermudah kehidupan. Tapi, di sisi lain, AI juga bisa dimanfaatkan oleh hacker, penipu, atau orang-orang jahat buat ngerusak sistem, menipu orang, dan melakukan kejahatan lain. Polisi Dubai dan lembaga penegak hukum lain di dunia juga ngasih perhatian khusus buat memaksimalkan penggunaan AI buat ngejaga keamanan dan menegakkan hukum. Tapi, mereka juga ga tinggal diam dan ngawasin penggunaan AI yang salah.
Polisi Dubai juga ngasih peringatan soal bahaya kecanduan AI. Orang-orang, terutama anak muda, jadi terlalu bergantung ke AI buat ngerjain tugas, seperti ngerjain riset, nulis artikel, atau bales email. Ini bisa ngebuat kemampuan otak jadi tumpul dan ga berkembang. Anak muda jadi rentan kena kejahatan siber saat ngegunain teknologi AI, karena mereka ga punya kemampuan dan pengetahuan yang cukup buat ngehindari bahaya di dunia maya. Studi terbaru juga ngasih tau soal bahaya ngegunain chatbot atau AI buat ngerjain tugas sekolah.
Ini bisa ngebuat anak-anak jadi terbiasa mencontek dan plagiat, ngasih informasi yang salah, dan terpapar konten bias yang bisa merugikan mereka. Anak muda juga bisa jadi terlalu bergantung ke AI buat berkomunikasi dan mengabaikan interaksi sosial mereka di dunia nyata. Studi juga ngasih tau bahwa aplikasi AI bisa mengancam privasi dan keamanan karena pengguna sering ngasih informasi pribadi tanpa sadar akan risikonya. Polisi Dubai ngasih saran buat ngegunain AI dengan bijak dan hati-hati. AI bisa bantu buat ngerjain riset dan belajar, tapi jangan lupa untuk selalu mengecek fakta dari berbagai sumber.
AI bisa jadi inspirasi buat kamu berkreasi dan berinovasi. Tapi, jangan terlalu bergantung ke AI, karena kamu bisa kehilangan kemampuan berpikir kritis. AI bisa bantu kamu buat ngembangin program, tapi kamu harus tetap punya ide dan kreatifitas sendiri. AI juga bisa bantu dalam manajemen risiko, tapi kamu harus tetap punya metode tradisional untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk. Misalnya, kalo internet mati, kamu harus punya cara lain buat ngasih layanan. Terus, hati-hati dengan deepfake, teknologi yang bisa buat video palsu dan nyamarkan suara.
Deepfake bisa dimanfaatkan buat menipu orang dengan cara mengatasnamakan artis atau influencer dan ngiklanin produk palsu. Setiap hari, Polisi Dubai nerima banyak laporan kejahatan siber di platform e-Crime. Laporan ini biasanya soal akun WhatsApp dan Instagram yang dibobol, permintaan bantuan untuk ngebales akun, dan laporan soal akun yang ngebagi konten ilegal di media sosial. Polisi Dubai ngejar pelaku kejahatan siber dan menyerahkan mereka ke pihak berwenang. Kasus Monopoly adalah contoh nyata bagaimana AI bisa disalahgunakan.
Dalam kasus ini, sekelompok penipu menggunakan teknologi AI buat ngerjain kejahatan elektronik terhadap perusahaan asing. Kejahatan ini dilakukan dari luar negara, tapi hasilnya, termasuk transfer dana dan penangkapan tersangka, terjadi di UAE. Dalam kasus Monopoly, sekelompok penipu menggunakan metode canggih buat mindahin uang dari satu akun ke akun lain untuk ngebuat jejak mereka sulit dilacak. Mereka lalu ngambil uangnya melalui perantara dan mendepositkannya ke perusahaan khusus yang ngejaga dan mentransfer uang.
Kasus ini berawal saat pengacara sebuah perusahaan di Asia ngelaporin kejahatan elektronik melalui platform e-crime. ae milik Polisi Dubai. Pengacara ini ngeluh karena gang internasional ngebobol email CEO perusahaan dan ngegunain akunnya buat ngasih instruksi ke manajer keuangan agar mentransfer $19 juta ke rekening bank di Dubai. Polisi Dubai langsung ngecek aliran uang dan ngawasin pergerakan anggota gang. Mereka berhasil ngebujuk anggota gang buat datang ke UAE tanpa curiga. Rekening bank yang dituju buat nerima uang itu milik orang yang udah tinggalin negara sejak 2018.
Gang tersebut nge-routing dana melalui beberapa rekening sebelum ngambil uangnya dan mendepositkannya ke perusahaan khusus yang ngejaga dan mentransfer uang. Polisi Dubai ngawasin kasus tersebut dan ngetemuin fakta bahwa gang tersebut ngebobol komunikasi elektronik perusahaan lain di luar negara dan mengambil $17 juta. Mereka lalu transfer uang itu berkali-kali sebelum mendepositkannya ke perusahaan khusus yang ngejaga dan mentransfer uang. Polisi Dubai berhasil lacak dan nangkep para tersangka. Mereka ngasih tau bahwa hacker nge-target korban mereka dengan sangat teliti.