- Industri AI terlalu optimis, investasi besar.
- Banyak perusahaan AI belum menghasilkan nilai ekonomi.
- AI belum bisa ngegantin tenaga kerja manusia.
pibitek.biz -Silicon Valley lagi heboh dengan AI, bro. Mereka udah ngeluarin uang triliunan dolar buat bangun industri AI. Luar biasa ya, tapi apa yang mereka bangun ini bener-bener worth it? Ada rasa cemas nih, karena banyak orang yang mulai meragukan nilai AI, khususnya di bidang ekonomi. Seolah-olah Silicon Valley udah terlalu optimis tentang AI, mereka ngeluarin uang segitu banyak, padahal belum ada kepastian hasil yang didapat. Contohnya, saham Nvidia, yang ngerancang chip khusus buat AI, anjlok. Amazon pun ikut terdampak.
2 – Serangan Siber Hantam Globe Life, Data Ribuan Pelanggan Dicuri 2 – Serangan Siber Hantam Globe Life, Data Ribuan Pelanggan Dicuri
3 – Cyera Akuisisi Trail Security untuk Keamanan Data 3 – Cyera Akuisisi Trail Security untuk Keamanan Data
Apa sih yang bikin market jadi panik? Ternyata, di balik gembar-gembor AI yang hebat, banyak perusahaan AI yang belum menghasilkan nilai ekonomi yang signifikan. Mereka banyak ngeluarin uang buat bikin model AI, tapi belum bisa ngedapatin pemasukan yang sepadan. Ini kayak lagi main judi, bro. Mereka ngeluarin uang banyak, berharap mendapatkan keuntungan besar di masa depan. Tapi, risikonya juga besar, kalau sampai meleset, bisa-bisa investasi mereka langsung amblas. Paling ngeri, muncul rasa takut kalo AI ini hanya gelembung yang siap meletus.
Selama ini, para pemimpin teknologi di Silicon Valley sangat yakin dengan potensi AI. Mereka nganggap AI sebagai teknologi paling penting dalam sejarah manusia, bahkan lebih penting daripada listrik dan api. Sampai akhirnya, OpenAI ngeluarin ChatGPT di November 2022. ChatGPT ini kayak keajaiban dunia AI, yang bisa bikin orang-orang tercengang. Semua orang langsung kepincut sama ChatGPT, dan langsung berebut buat ngembangin model AI yang mirip. Seolah-olah mereka mau ngejar kereta yang lagi melaju kencang.
Banyak banget perusahaan AI yang dapat investasi besar-besaran, seperti OpenAI dan Anthropic, yang nilainya udah mencapai miliaran dolar. Tahun 2023, perusahaan AI di Amerika Serikat aja ngumpulin dana investasi mencapai 23 miliar dolar. Para investor ini ngelihat potensi besar di pasar AI. Mereka ngejar mimpi buat ngegarap pasar AI yang diperkirakan bakal mencapai nilai triliunan dolar di tahun 2030. Mereka yakin banget kalo AI bakal ngebantu ningkatin produktivitas tenaga kerja dan ngebantu ekonomi dunia.
Perusahaan-perusahaan teknologi besar punya banyak uang, mereka bersaing ketat buat ngembangin AI paling canggih. Mereka berlomba-lomba buat jadi yang pertama ngeluarin produk AI yang bisa menguasai pasar. Singkat cerita, semua perusahaan teknologi ini ngerasa kalo gak investasi banyak di AI, mereka bakal ketinggalan. Mereka lebih baik ngerugiin banyak uang dibanding gak dapet apa-apa. Tapi, masalahnya, ngembangin AI itu gak murah, bro. Ngerancang dan menjalankan model AI membutuhkan biaya yang gak sedikit.
Sam Altman, bos OpenAI, ngaku kalo OpenAI adalah startup paling boros dalam sejarah. Makin gede model AI yang dibuat, makin mahal biayanya. Ngga cuma ngerancang model AI yang mahal, ngejalanin AI juga ngabisin banyak uang. Setahun lalu, diperkirakan OpenAI ngeluarin biaya operasional ChatGPT mencapai 700.000 dolar per hari, gara-gara biaya server dan komputasi yang tinggi. Makin banyak orang yang ngegunain ChatGPT, makin besar biayanya. Silicon Valley terkenal dengan filosofi "duit harus keluar buat ngedapatin duit".
Tapi, pemasukan dari para pengguna AI yang bayar buat ngegunain AI premium, baru sedikit banget dibanding pengeluarannya. Seolah-olah mereka masih ngejar mimpi buat ngedapatin keuntungan yang besar, tapi baru di tahap mimpi. OpenAI diperkirakan ngalamin kerugian hingga 5 miliar dolar di tahun 2023, padahal tahun 2022 aja udah rugi banyak. ChatGPT sendiri jumlah penggunanya juga gak stabil. Banyak orang dan perusahaan yang nyoba ngegunain ChatGPT, tapi cuma beberapa yang bener-bener setia. Teknologi AI yang ada sekarang, meskipun dahsyat banget, masih belum bisa ngegantin tenaga kerja manusia.
Kemampuan AI untuk menggantikan manusia masih jauh dari harapan. Para ahli, mulai dari bank investasi Goldman Sachs sampai investor venture capital Sequoia Capital, udah ngeluarin peringatan soal industri AI. Mereka khawatir kalo industri AI ini bakal jadi gelembung yang siap meletus. Para investor kayaknya udah mulai ngeh dan mulai ngurangin investasinya di AI. AI masih punya potensi besar, bro. Mungkin aja di masa depan AI bakal revolusioner. Tapi, kayaknya AI belum bisa ngerealisasikan mimpi-mimpi itu.
Di awal 2000-an, banyak perusahaan dot com yang bangkrut gara-gara investasi berlebihan dan harga saham yang terlalu tinggi. Tapi, yang bertahan jadi perusahaan raksasa, kayak Google dan Meta. Mungkin aja di masa depan AI bakal ngalamin hal yang sama. AI mungkin akan tetap ada, tapi mungkin bukan perusahaan-perusahaan AI yang kita lihat sekarang ini. Mungkin aja ada perusahaan-perusahaan AI baru yang muncul dan menguasai pasar. Tapi, sampai sekarang, industri AI belum bisa ngasih kepastian kapan mereka bakal dapetin keuntungan.
AI ini kayak gelembung sabun yang penuh dengan mimpi dan harapan, tapi mudah banget pecah kalau kita ngga hati-hati. Banyak orang yang terlalu berharap sama AI, tapi nyatanya AI belum bisa memenuhi harapan mereka. AI belum bisa ngasih jawaban atas semua permasalahan manusia, belum bisa ngebantu manusia buat hidup lebih baik. Mungkin aja AI bisa ngebantu di beberapa bidang, tapi belum bisa ngegantin semua peran manusia. AI ini kayak pisau bermata dua, bisa nguntungin, tapi juga bisa merugikan. Kita harus hati-hati ngelihat AI, jangan sampe terlalu optimis dan berharap lebih.