- Survei menunjukkan bahwa akuntan semakin menyadari dampak teknologi blockchain dan AI terhadap bisnis akuntansi.
- Teknologi blockchain berpotensi untuk mengubah cara kerja akuntan dengan meningkatkan transparansi, efisiensi, dan audit.
- Meskipun teknologi blockchain membawa peluang baru, tantangan seperti keamanan data dan kekurangan keahlian perlu dipertimbangkan.
pibitek.biz -Sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh Intuit, sebuah perusahaan software keuangan, menunjukkan bahwa akuntan di Amerika Serikat semakin menyadari dampak teknologi terhadap bisnis mereka. Hampir setengah dari akuntan yang disurvei siap berinvestasi dalam solusi blockchain dan AI untuk meningkatkan pertumbuhan dan memberikan layanan yang lebih baik kepada klien mereka. Survei Intuit QuickBooks Accountant Technology, yang mengumpulkan tanggapan dari 2.000 akuntan di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa akuntan memahami bagaimana teknologi dapat mendorong pertumbuhan bisnis mereka.
2 – Samsung: Pembaruan Galaxy S22 Oktober 2024, Perbaiki 42 Kerentanan 2 – Samsung: Pembaruan Galaxy S22 Oktober 2024, Perbaiki 42 Kerentanan
3 – AI Apple: Kekecewaan dan Keterlambatan 3 – AI Apple: Kekecewaan dan Keterlambatan
Mereka terdorong untuk memprioritaskan investasi teknologi guna memajukan bisnis mereka. Dari 1.073 akuntan yang disurvei, 48% menyatakan niat mereka untuk berinvestasi dan mengadopsi alat dan software otomatisasi yang memanfaatkan AI. Sejumlah 47% lainnya juga menyatakan ketertarikan mereka terhadap teknologi blockchain. Kepopuleran ChatGPT, sebuah chatbot AI yang memiliki kemampuan untuk melakukan percakapan dan perhitungan, telah memicu kekhawatiran tentang potensi dampak teknologi terhadap berbagai profesi, yang berujung pada potensi hilangnya lapangan kerja secara besar-besaran.
Goldman Sachs, sebuah bank investasi global, dalam sebuah laporan memprediksi bahwa AI Generatif berpotensi menggantikan hingga 7% dari semua pekerjaan di Amerika Serikat, yang mengakibatkan gangguan signifikan di pasar tenaga kerja. Meskipun potensi kerugian, sebagian besar pengguna cenderung memandang teknologi ini sebagai pelengkap pekerjaan mereka. Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar akuntan memahami bahwa teknologi akan memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan ekspansi bisnis mereka di tahun mendatang.
Selain AI, teknologi blockchain, yang bergantung pada jaringan terdistribusi pengguna untuk meningkatkan keandalan dan audit mandiri, memiliki potensi untuk mengubah cara kerja. Jaringan yang ada, seperti Bitcoin, memungkinkan pengguna untuk mengirim transaksi tanpa perantara akuntansi. Kemampuan blockchain untuk mendukung kontrak pintar memungkinkan otomatisasi dan optimasi alur kerja yang dapat digunakan untuk menstandarkan audit, mengkonsolidasikan pembukuan, dan mengurangi pekerjaan administrasi. Dengan menggabungkan teknologi dalam pekerjaan mereka, perusahaan akuntansi dapat meningkatkan pendapatan dan memberikan layanan yang lebih baik kepada klien, terutama seiring dengan meningkatnya kebutuhan keuangan klien.
Deloitte, dalam sebuah laporan, menyatakan bahwa aplikasi blockchain, dan khususnya munculnya teknologi akuntansi baru, yang sebagian memanfaatkan teknologi buku besar terdistribusi (DLT), berpotensi untuk membentuk cara auditor menjalankan tugas mereka. Penerapan teknologi blockchain dalam akuntansi dapat membawa perubahan besar, seperti:
– Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam transaksi keuangan, dengan catatan yang tidak dapat diubah dan terdistribusi secara luas.
– Mempermudah proses audit dengan menyediakan catatan yang dapat dilacak dan diverifikasi secara independen.
– Mengurangi waktu dan biaya yang terkait dengan proses audit dengan otomatisasi tugas-tugas berulang.
– Memberdayakan penyelesaian transaksi yang lebih cepat dan efisien, khususnya dalam perdagangan antar perusahaan dan pembayaran lintas batas.
Perkembangan teknologi blockchain dalam akuntansi masih dalam tahap awal, namun potensi manfaatnya signifikan. Meskipun teknologi memberikan peluang besar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam akuntansi, ada beberapa kekhawatiran yang perlu dipertimbangkan:
– Kemungkinan munculnya tantangan keamanan dan privasi data, karena informasi sensitif disimpan di blockchain yang terdesentralisasi.
– Keberhasilan adopsi blockchain bergantung pada standar dan regulasi yang jelas untuk memastikan interoperabilitas dan kepercayaan di seluruh ekosistem.
– Potensi hilangnya pekerjaan bagi akuntan tradisional seiring dengan otomatisasi tugas-tugas rutin.
– Kurangnya keahlian dan pengetahuan dalam teknologi blockchain di kalangan akuntan, yang membutuhkan investasi besar dalam pelatihan dan pengembangan.
– Tantangan dalam mengintegrasikan sistem blockchain dengan sistem akuntansi yang sudah ada.
– Pertimbangan hukum dan peraturan yang rumit yang terkait dengan penggunaan blockchain di berbagai wilayah.
– Risiko yang terkait dengan fluktuasi harga cryptocurrency, yang dapat berdampak pada nilai aset blockchain.
Teknologi blockchain, dengan semua potensi keuntungannya, berpotensi menciptakan gangguan besar di dunia akuntansi. Perusahaan akuntansi yang berinvestasi dalam pengembangan dan penerapan teknologi blockchain dapat memperoleh keunggulan kompetitif dengan menawarkan layanan inovatif dan bernilai tambah kepada klien mereka. Namun, sangat penting untuk memahami tantangan dan risiko yang terkait dengan teknologi blockchain.
Akuntan perlu beradaptasi dengan perubahan yang cepat ini dan mengkaji kembali strategi dan model bisnis mereka untuk tetap relevan dan kompetitif di masa depan. Penggunaan teknologi blockchain dan AI di industri akuntansi membuka peluang baru bagi akuntan untuk meningkatkan layanan mereka dan menciptakan nilai tambah bagi klien mereka.