Jelajahi JainGPT: Chatbot Revolusioner Untuk Jainisme



Jelajahi JainGPT: Chatbot Revolusioner Untuk Jainisme - credit: restofworld - pibitek.biz - Modern

credit: restofworld


336-280
TL;DR
  • JainGPT adalah chatbot yang dirancang untuk memudahkan akses ke ajaran Jainisme.
  • Teknologi ini membantu generasi muda memahami ajaran Jainisme dengan lebih mudah.
  • JainGPT telah memiliki 22.000 pengguna sejak dirilis pada tahun 2023.

pibitek.biz -JainGPT, sebuah chatbot yang dirilis pada tahun 2023, merupakan alat yang dirancang khusus bagi para pengikut Jainisme dan juga mereka yang ingin mempelajari lebih dalam tentang ajaran kuno tersebut. Ajaran Jainisme, yang berakar pada abad ke-7 SM di India Timur, menawarkan perspektif unik tentang hidup dan kematian, serta hubungan manusia dengan alam semesta. Chatbot ini mampu menjawab berbagai pertanyaan, mulai dari pertanyaan dasar seperti "Apa itu Jainisme?" hingga pertanyaan yang lebih kompleks seperti "Apa yang menyebabkan karma melekat pada jiwa?" dan "Apa yang terjadi setelah kita meninggal?".

Di jantung Jainisme terletak keyakinan bahwa non-kekerasan (ahimsa) adalah jalan menuju pembebasan dari siklus reinkarnasi. Di India, terdapat 4,5 juta penganut Jainisme, dengan diaspora yang tersebar luas di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris. Namun, teks-teks keagamaan Jainisme tidak mudah diakses di luar perpustakaan, repositori kuil, dan organisasi seperti Jain eLibrary. Anish Visaria, pencipta JainGPT, menyatakan bahwa kaum muda, khususnya, memerlukan cara yang lebih mudah untuk mengajukan pertanyaan dan mendapatkan jawaban langsung dari kitab suci dan karya-karya lainnya.

Visaria, yang juga menjabat sebagai Direktur Inovasi di Jain eLibrary, berpendapat bahwa aksesibilitas teks-teks Jain merupakan hal yang penting untuk mendorong studi Jainisme di kalangan generasi muda dan akademisi universitas. Sejak tahun 2008, Jain eLibrary telah memulai sebuah proyek untuk membuat teks-teks Jain lebih mudah diakses dengan cara mendigitalkan manuskrip kuno, buku, artikel, file audio, dan kitab suci. Ketika Visaria bergabung dengan tim pada tahun 2020, ia memanfaatkan pengenalan karakter optik untuk mengekstrak teks mentah dari lebih dari 4 juta halaman yang telah dipindai.

Teks-teks tersebut kemudian digunakan untuk membangun Jain Quantum, sebuah mesin pencari yang mirip dengan Google, yang telah memiliki 790.000 pengguna dalam setahun terakhir. JainGPT sendiri kemudian dirilis pada tahun 2023. Tujuan utama dari proyek ini adalah untuk menjadikan literatur Jain mudah diakses di seluruh dunia. Selain itu, proyek ini juga bertujuan untuk mempromosikan studi literatur Jain di kalangan generasi muda dan akademisi universitas. Sejak dirilis pada tahun 2023, JainGPT telah memiliki 22.000 pengguna, yang sebagian besar berusia antara 14 dan 35 tahun.

Pertanyaan-pertanyaan populer yang diajukan kepada chatbot ini meliputi makna dari doa dan ritual tertentu, sejarah Jainisme, serta cerita tentang para bhiksu Jain. Meskipun saat ini JainGPT hanya menggunakan pencarian semantik, umpan balik yang diterima sangat positif. Visaria mengakui bahwa JainGPT belum menggunakan LLM, sehingga tidak dapat memberikan jawaban dalam bahasa alami. Namun, ini merupakan langkah selanjutnya yang direncanakan. Yang mengejutkan, chatbot ini tidak hanya digunakan oleh penganut Jainisme, tetapi juga oleh para peneliti dan profesor yang tertarik untuk mempelajari sumber-sumber primer.

Satej Shah, seorang pemuda berusia 25 tahun, mengaku telah menggunakan JainGPT secara rutin sejak peluncurannya. Shah, yang berdomisili di Chicago, menggunakan chatbot ini untuk presentasi tentang Jainisme di konvensi dan retret Young Jains of America (YJA), serta di Jain Society of Metropolitan Chicago. Ia telah mengajukan pertanyaan dasar seperti "Siapa Tirthankara ke-21?" serta pertanyaan yang lebih kompleks seperti "Bagaimana cara menerapkan empat komponen purushartha [tujuan manusia] dalam kehidupan sehari-hari?".

Ketan Kapasi, yang berdomisili di Austin, menggunakan JainGPT untuk menemukan versi terjemahan dari doa-doa Jain. Kapasi juga memiliki banyak pertanyaan tentang teori karma, yang dapat ia dapatkan jawabannya secara instan melalui JainGPT. Jain eLibrary telah mendapat penolakan dari beberapa penganut Jainisme yang meyakini bahwa kitab suci kanonis, yang disebut agama, hanya boleh dibaca oleh para bhiksu dan tidak boleh tersedia secara online. Shah berpendapat bahwa di Amerika Serikat, tidak semua orang memiliki akses ke para bhiksu.

Teknologi telah memungkinkan mereka untuk menemukan sumber daya, belajar, dan terhubung. Perkembangan teknologi, seperti JainGPT, telah membuka jalan bagi aksesibilitas informasi tentang Jainisme. Hal ini dapat mendorong minat yang lebih besar terhadap ajaran Jainisme di kalangan generasi muda. Namun, perlu dicatat bahwa JainGPT masih dalam tahap awal pengembangan dan mungkin belum sepenuhnya akurat dalam memberikan informasi.