AI dalam Keamanan Siber: Kebaikan dan Bahaya



AI dalam Keamanan Siber: Kebaikan dan Bahaya - credit to: itnews - pibitek.biz - Integrasi

credit to: itnews


336-280
TL;DR
  • AI meningkatkan keamanan siber dengan kemampuan memproses data besar dan mengenali pola.
  • AI juga digunakan oleh pelaku kejahatan siber untuk meningkatkan kemampuan jahat mereka.
  • Integrasi AI dengan kecerdasan manusia diperlukan untuk membangun pertahanan keamanan siber yang kuat dan efektif.

pibitek.biz -AI telah berkembang pesat dan menyelinap ke dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun mungkin tidak disadari, AI telah hadir selama bertahun-tahun. Peluncuran Siri oleh Apple sebagai asisten pribadi pada tahun 2011 telah membuka mata dunia tentang potensi AI. Seiring dengan perkembangan teknologi, keberadaan AI semakin terasa nyata. Amazon Alexa yang dirilis Google pada tahun 2014 semakin mengukuhkan peran AI dalam kehidupan manusia. Perkembangan teknologi AI tidak berhenti di situ. Google baru-baru ini memperkenalkan Gemini, dan Claude AI juga hadir sebagai pesaing baru di dunia AI.

Microsoft juga mengintegrasikan Copilot ke dalam aplikasi sehari-hari seperti Microsoft Word. Perkembangan ini menunjukkan bahwa AI telah berkembang dari sekadar teknologi baru menjadi sistem pendukung yang penting dalam kehidupan manusia. AI tidak hanya membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas yang membosankan, tetapi juga menjadi fokus nasional bagi beberapa negara. Pengaruh AI terasa di berbagai industri, termasuk keamanan siber. AI unggul dalam memproses sejumlah besar data, mengenali pola, dan meningkatkan kecepatan deteksi dan respons terhadap ancaman.

Keunggulan ini sangat berharga dalam dunia keamanan siber, di mana kecepatan dan akurasi sangat dibutuhkan. Namun, di sisi lain, keunggulan AI juga dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan siber. Mereka menggunakan teknologi AI untuk meningkatkan kemampuan jahat mereka. Para pelaku kejahatan siber memanfaatkan AI Generatif untuk melakukan penipuan deepfake. Kejahatan deepfake yang dilakukan oleh pelaku kejahatan siber ini telah merugikan sebuah perusahaan multinasional di Hong Kong sebesar 34 juta dolar AS.

LLM juga berperan dalam kejahatan siber. LLM digunakan untuk melancarkan serangan siber yang lebih canggih, seperti malware, ransomware, dan kampanye disinformasi. AI juga membantu para pelaku kejahatan siber dalam mengidentifikasi target yang rentan, menghindari sistem deteksi, dan meracuni sumber data untuk merusak integritas LLM. AI memiliki potensi yang besar dalam lanskap keamanan siber. Namun, harus diingat bahwa AI tidak tanpa bahaya. Kecepatan perkembangan AI menghadirkan tantangan baru dalam dunia keamanan siber.

Keunggulan AI dalam memproses data yang besar dan mengenali pola menjadikan AI sebagai alat yang efektif untuk meningkatkan keamanan siber. AI, khususnya model machine learning dan pembelajaran mendalam, dapat mendeteksi tanda-tanda awal serangan yang mungkin terlewatkan oleh analis keamanan. Keunggulan ini mengurangi risiko kesalahan manusia seperti miskonfigurasi atau kebocoran data. AI membantu dalam mendeteksi ancaman dini dan mengidentifikasi anomali. Hal ini memungkinkan peneliti untuk melakukan perburuan ancaman secara proaktif dan mencegah pelanggaran.

Dengan bantuan AI, para analis keamanan dapat merespons ancaman dalam waktu kurang dari 60 detik. AI membebaskan waktu para analis keamanan untuk fokus pada tugas-tugas strategis seperti menyelidiki ancaman prioritas tinggi, mengembangkan rencana respons insiden, dan kebijakan keamanan. Ini hanyalah beberapa contoh, potensi aplikasi AI dalam keamanan siber sangat luas. Peningkatan kemampuan AI dalam keamanan siber diiringi oleh pertumbuhan pasar keamanan siber AI secara global. Pada tahun 2023, nilai pasar keamanan siber AI diperkirakan mencapai 20,19 miliar dolar AS.

Nilai pasar ini diperkirakan akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 24,2%. Tren ini menunjukkan integrasi AI yang semakin besar dengan alat keamanan tradisional dan meningkatnya ketergantungan pada AI untuk memerangi kejahatan siber. Namun, perkembangan teknologi AI juga membawa risiko yang perlu diwaspadai. Meskipun AI menawarkan keuntungan yang signifikan, AI juga rentan terhadap peracunan data. Peracunan data dapat menyebabkan kesalahan positif, negatif, dan bias algoritmik.

Hal ini dapat menyebabkan ancaman terlewatkan dan keamanan terganggu, sehingga membuka pintu bagi serangan canggih seperti deepfake, cloud jacking, dan eksploitasi jaringan. Laporan industri menunjukkan bahwa para analis keamanan telah menghadapi masalah ini dan mungkin tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk mengatasinya secara efektif. Yang lebih buruk, AI dapat digunakan untuk menyerang infrastruktur digital dan infrastruktur fisik, menyebabkan sistem mati atau meledak. Keselamatan AI pada akhirnya berada di tangan manusia.

Alat dan solusi berbasis AI hanya sebaik data yang digunakan untuk melatihnya. Tanpa tata kelola yang tepat, alat ini dapat secara tidak sengaja mengekspos informasi rahasia. Untuk memastikan bahwa kerangka kerja dan strategi AI andal, akurat, dan efisien dalam mengatasi kerentanan keamanan, para analis keamanan dan organisasi harus meningkatkan peran mereka. Sebagai contoh, kerangka kerja Pengelolaan Risiko AI dari National Institute of Standards and Technology dapat menjadi referensi yang baik.

Perlu diingat bahwa AI bukanlah solusi ajaib untuk keamanan siber, tidak peduli seberapa rumitnya kejadian keamanan. Untuk membangun pertahanan yang kuat dan efektif, penting untuk menggabungkan AI dan kecerdasan manusia. AI unggul dalam kecepatan dan skalabilitas, tetapi AI tidak memiliki kemampuan manusia dalam memahami konteks. Manusia dapat mempertimbangkan faktor-faktor seperti motivasi penyerang, tren industri, dan data historis untuk membuat keputusan yang tepat. Selain itu, keputusan keamanan siber seringkali memiliki implikasi etika.

Manusia terbiasa mempertimbangkan nuansa etika ini dan membuat pilihan yang selaras dengan nilai-nilai organisasi, sesuatu yang mungkin tidak diprogram untuk dilakukan oleh AI. AI adalah alat yang ampuh untuk lanskap keamanan siber. Namun, AI bukanlah segalanya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengurangi risiko dari teknologi AI. Hal ini memerlukan keterlibatan manusia dalam pengambilan keputusan akhir dan pembentukan prinsip teknologi yang bertanggung jawab, pengaman, dan tata kelola. Hanya dengan menggabungkan kekuatan AI dengan keahlian manusia, kita dapat benar-benar mengamankan masa depan digital kita.