- Peluncuran Pythagora v1 menandai babak baru dalam pengembangan aplikasi berbasis bahasa alami.
- Tim Pythagora mengalami perubahan fokus dari otomatisasi proses pengembangan menjadi pengalaman pengguna yang lebih optimal.
- Pythagora v1 dapat membangun aplikasi dengan 5.000 baris kode tanpa menulis sebaris kode pun.
pibitek.biz -Peluncuran Pythagora v1 menandai babak baru dalam perjalanan panjang pengembangan aplikasi berbasis bahasa alami. Sejak versi pertama GPT Pilot dirilis setahun yang lalu, tim pengembang Pythagora telah melalui berbagai tahapan, mulai dari euforia awal hingga kenyataan yang lebih kompleks. Perjalanan Pythagora diawali dengan mimpi besar untuk memberdayakan pengembang dalam menciptakan aplikasi siap produksi dengan bahasa alami. Mimpi ini terinspirasi dari pengalaman tim pengembang yang sudah malang melintang di dunia pengembangan selama lebih dari satu dekade.
2 – Apple Tertinggal dalam Pengembangan AI 2 – Apple Tertinggal dalam Pengembangan AI
3 – AI Apple: Kekecewaan dan Keterlambatan 3 – AI Apple: Kekecewaan dan Keterlambatan
Mereka bertekad untuk menciptakan dunia pengembangan yang bebas dari debugging dan proses yang rumit. Pengenalan kemampuan pemrograman canggih LLM (Large Language Model) seperti ChatGPT menjadi pemicu utama dalam mewujudkan mimpi ini. Tim Pythagora, yang terdiri dari Zvonimir dan Leon, segera mengarahkan fokus pada otomatisasi proses pengembangan dengan memanfaatkan kekuatan LLM. GPT Pilot, hasil kerja keras mereka, dirilis pada September 2023, disambut hangat oleh komunitas pengembang. Keberhasilan awal GPT Pilot mendorong tim Pythagora untuk mengembangkan roadmap ambisius.
Mereka menargetkan kemampuan GPT Pilot untuk membangun aplikasi dengan 30.000 baris kode dalam waktu dua hari, yang diproyeksikan tercapai sekitar Mei 2024. Namun, kenyataan berkata lain. GPT Pilot tidak mampu mencapai target yang dicanangkan. Tidak hanya itu, GPT Pilot juga dirasa sulit digunakan. Tim Pythagora pun harus melakukan evaluasi ulang dan penyesuaian strategi. Mereka menyadari bahwa hype dan demo menarik yang ditampilkan oleh proyek serupa lainnya, terutama Devin, tidak sesuai dengan realita.
Banyak janji besar yang dilontarkan hanya sebatas gimmick dan tidak mampu memberikan solusi nyata bagi pengembang. Perjalanan Pythagora memasuki fase baru. Tim pengembang memutuskan untuk mengevaluasi kembali prioritas dan fokus. Fitur-fitur seperti pengujian otomatis dan tinjauan kode otomatis dihilangkan, sementara perhatian diarahkan pada pengalaman pengguna yang lebih optimal. Tim Pythagora mulai mengkaji cara terbaik bagi pengguna untuk mengoperasikan Pythagora dalam membangun aplikasi yang benar-benar dapat digunakan.
Peningkatan interaksi manusia dalam loop menjadi strategi utama. Mereka memahami bahwa teknologi LLM masih dalam tahap awal pengembangan. Mereka menyadari bahwa mempercayakan pengembangan aplikasi sepenuhnya pada AI masih terlalu dini, karena banyak keputusan kritis dalam pengembangan aplikasi yang membutuhkan intervensi manusia. Tim Pythagora mendefinisikan ulang peran Pythagora, dari alat otomatis yang mampu membangun aplikasi dari nol menjadi alat yang membantu pengembang dalam mengatur kode dan mengambil keputusan penting dalam proses pengembangan.
Perubahan fokus ini membuahkan hasil. Pythagora v1 hadir dengan kemampuan yang jauh lebih mantap. Dengan menggunakan bahasa alami, pengguna mampu membangun aplikasi dengan 5.000 baris kode tanpa menulis sebaris kode pun. Pythagora v1 telah menunjukkan kemampuannya dalam membangun aplikasi dengan tingkat kompleksitas yang cukup tinggi. Ini merupakan tonggak pencapaian baru bagi tim Pythagora. Namun, mereka terus berusaha untuk meningkatkan batas kemampuan Pythagora agar dapat membangun aplikasi dengan baris kode yang lebih banyak.
Pythagora v1 dibekali dengan fitur autonomous deployment, yang memungkinkan pengguna untuk menjalankan aplikasi yang telah dibuat hanya dengan satu klik. Ini mengurangi langkah kompleks dalam proses deployment yang sering menjadi tantangan bagi pengembang. Meskipun mampu membangun aplikasi dengan kompleksitas yang luar biasa, tim Pythagora tetap memperhatikan faktor manusia dalam proses pengembangan. Mereka menegaskan bahwa AI tidak akan menggantikan manusia dalam pengembangan software. Peran AI lebih pada meningkatkan efisiensi dan membebaskan pengembang dari tugas yang berulang dan membosankan.
Mereka mengingatkan bahwa perjalanan pengembangan aplikasi adalah proses iteratif yang memerlukan keputusan dan penilaian yang berkelanjutan. AI akan berperan sebagai alat bantu dalam proses pengembangan, sedangkan pengembang akan tetap memiliki kendali atas proses pengembangan. Tim Pythagora terus meningkatkan kemampuan agen Pythagora yang berbasis GPT Pilot, yang dibuat terbuka untuk umum. Mereka bertujuan agar Pythagora mampu memecahkan permasalahan yang lebih kompleks dan membangun aplikasi yang lebih besar dengan kecepatan yang lebih tinggi.
Namun, fokus utama tim Pythagora saat ini adalah pada meningkatkan pengalaman pengguna. Mereka ingin menjadikan Pythagora sebagai alat yang mudah digunakan dan memberdayakan pengembang dalam mencapai tujuan mereka. Tim Pythagora juga menetapkan prioritas baru dalam pengembangan Pythagora, yaitu membangun basis pengetahuan dan bahan pelatihan yang akan membantu pengembang dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam membangun aplikasi software. Mereka bertekad untuk menciptakan alat software yang bermanfaat dan menyenangkan untuk digunakan oleh semua orang.
Mereka berharap bahwa Pythagora akan memudahkan pengembangan aplikasi dan mempermudah akses pada teknologi yang sebelumnya hanya diakses oleh segelintir orang. Tim Pythagora berharap bahwa proses pengembangan aplikasi di masa depan akan lebih mudah dan terbuka bagi semua orang. Mereka memperkirakan bahwa penulisan kode akan menjadi sesuatu yang jarang dilakukan di masa depan. Peluncuran Pythagora v1 merupakan langkah penting dalam perjalanan panjang pengembangan aplikasi berbasis bahasa alami. Tim Pythagora akan terus berinovasi dan berkembang untuk menciptakan alat yang lebih bermanfaat dan lebih mudah digunakan.