Simulasi Permukaan Bulan di Cologne, Jerman



Simulasi Permukaan Bulan di Cologne, Jerman - credit for: rtl - pibitek.biz - Manusia

credit for: rtl


336-280
TL;DR
  • LUNA, simulasi permukaan bulan di Cologne, mempersiapkan astronot Eropa untuk tantangan eksplorasi angkasa.
  • LUNA mensimulasikan kondisi permukaan bulan dengan detail, memungkinkan astronot berlatih dalam lingkungan mirip bulan.
  • LUNA menjadi pusat pelatihan bagi astronot Eropa untuk misi bulan yang akan datang.

pibitek.biz -Di jantung Kota Cologne, Jerman, tersembunyi sebuah gudang besar yang tampak biasa saja. Namun di balik fasadnya yang sederhana, bangunan ini menyimpan rahasia luar biasa: sebuah simulasi permukaan bulan yang paling realistis di dunia. Fasilitas yang dikenal sebagai LUNA ini, yang diresmikan pada hari Rabu, menjadi pusat pelatihan bagi para astronot Eropa dan pusat pengujian peralatan yang kelak akan menjelajahi permukaan bulan. LUNA menjadi jembatan penghubung bagi mimpi manusia untuk menginjakkan kaki di bulan, menandai babak baru dalam eksplorasi luar angkasa.

LUNA menjadi proyek ambisius dari Badan Antariksa Eropa (ESA), yang bertujuan untuk mempersiapkan para astronot untuk misi bulan yang akan datang. Fasilitas ini dirancang sebagai replika permukaan bulan yang akurat, meniru kondisi bulan dengan detail yang mengagumkan. Para astronot akan merasakan pengalaman simulasi berada di bulan, menguji peralatan, dan mengembangkan strategi untuk menghadapi tantangan yang dihadapi di lingkungan luar angkasa. LUNA terbentang luas, seluas lebih dari tiga lapangan tenis, dengan ketinggian sembilan meter.

Di dalam fasilitas ini, para astronot akan disambut oleh replika permukaan bulan yang menakjubkan. Dinding dan langit-langit berwarna hitam pekat, menciptakan suasana gelap dan misterius yang khas bulan. Di tengah ruangan, satu lampu tunggal menerangi lanskap berdebu, menciptakan kontras yang tajam antara terang dan gelap. Di permukaan LUNA, para astronot akan menjejakkan kaki di atas simulasi tanah bulan, yang dikenal sebagai regolith. Tim peneliti ESA telah berhasil meniru tekstur dan komposisi regolith dengan sangat presisi, menghasilkan replika yang hampir identik dengan aslinya.

Regolith ini memiliki tekstur kasar seperti batu apung, namun juga mengandung partikel halus yang mudah tertiup angin. Tim LUNA telah menciptakan 900 ton regolith buatan, yang dikenal sebagai EAC-1A, untuk menciptakan lingkungan simulasi yang realistis. EAC-1A adalah material vulkanik basaltik yang telah digiling dan disaring dengan cermat, lalu dicampur untuk menciptakan tekstur yang mirip dengan regolith asli. LUNA juga dilengkapi dengan "laboratorium debu", sebuah ruang tertutup rapat yang dirancang untuk menguji peralatan dalam kondisi ekstrem.

Laboratorium ini akan dipenuhi dengan debu bulan simulasi, yang akan membantu para peneliti memahami bagaimana debu ini berinteraksi dengan peralatan dan astronot. Salah satu fitur yang paling menonjol di LUNA adalah keberadaan "matahari buatan" yang dapat diatur untuk menciptakan bayangan yang berubah-ubah di permukaan bulan simulasi. Sistem penggerak yang rumit, yang dikendalikan dari bagian atas fasilitas, memungkinkan para astronot untuk merasakan gaya gravitasi bulan yang unik, yang hanya sekitar 17% dari gravitasi bumi.

Permukaan LUNA dapat dibekukan hingga kedalaman tiga meter, memungkinkan para astronot untuk berlatih mengebor tanah bulan yang beku dalam pencarian es air. Air es ini merupakan sumber daya yang berharga bagi eksplorasi bulan masa depan, karena dapat digunakan untuk minum, irigasi, dan bahkan sebagai bahan bakar roket. LUNA juga dilengkapi dengan panel miring yang dapat diatur hingga sudut 50 derajat, untuk menguji bagaimana para astronot mengatasi medan yang sulit. Permukaan bulan yang berdebu dapat membuat langkah awal menjadi sulit, karena kaki dapat terperosok hingga setinggi mata kaki, sehingga berjalan di bulan mirip dengan mendaki bukit pasir. "Setelah seharian bekerja keras selama delapan jam di bulan, kamu akan kembali ke FLEXHab", kata Matthias Maurer, seorang astronot ESA dan ilmuwan material yang juga menjabat sebagai penasihat astronaut untuk proyek LUNA. FLEXHab, singkatan dari Future Lunar Exploration Habitat, merupakan tempat tinggal yang dirancang untuk menampung empat astronot. Tempat tinggal ini akan terhubung dengan LUNA dalam waktu dekat, memungkinkan para astronot untuk berpindah antara lingkungan simulasi bulan dan tempat tinggal mereka.

Untuk mencegah debu bulan masuk ke FLEXHab, para astronot akan menggunakan airlock kedap air. FLEXHab juga dilengkapi dengan sistem penyangga udara yang dirancang untuk menciptakan lingkungan yang stabil dan terkontrol, melindungi para astronot dari kondisi ekstrem di luar. LUNA juga akan terhubung dengan sebuah rumah kaca tertutup yang disebut LUNA, yang dirancang untuk menumbuhkan sayuran dalam kondisi luar angkasa. Rumah kaca ini telah diuji selama lima tahun di Antartika dan telah terbukti mampu menumbuhkan berbagai jenis sayuran.

Dengan kombinasi semua fitur ini, LUNA menjadi lingkungan simulasi yang sangat lengkap untuk mempelajari bagaimana hidup dan bekerja di bulan. LUNA tidak hanya menjadi pusat pelatihan bagi para astronot Eropa, tetapi juga menjadi jembatan penghubung untuk menjamin tempat bagi astronot Eropa dalam program Artemis NASA, yang berencana untuk mengirim kembali manusia ke permukaan bulan pada dekade ini. Matthias Maurer, yang berpotensi untuk menjadi salah satu astronot dalam program Artemis, mengatakan bahwa "menginjakkan kaki di bulan di Cologne berarti bahwa satu kaki kamu sudah berada di bulan". "Ini adalah momen penting bagi eksplorasi luar angkasa", tambah Maurer. "LUNA merupakan bukti komitmen ESA untuk membawa manusia kembali ke bulan dan membuka jalan baru dalam penjelajahan ruang angkasa". Berbagai Tantangan di Depan Mata LUNA memang menjadi langkah maju yang signifikan dalam upaya manusia untuk kembali ke bulan. Namun, program ini juga dihadapkan pada sejumlah tantangan yang tidak mudah untuk diatasi. Salah satu tantangan terbesar adalah menjaga keselamatan para astronot dalam lingkungan bulan yang keras.

Permukaan bulan dipenuhi dengan debu yang mengandung partikel-partikel halus yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Debu ini juga dapat merusak peralatan dan menyebabkan berbagai masalah teknis. Tantangan lainnya adalah mendapatkan sumber daya yang cukup untuk mendukung misi bulan yang panjang. Astronot akan membutuhkan air, makanan, dan udara untuk bertahan hidup di bulan. Mereka juga membutuhkan bahan bakar untuk menjalankan pesawat ruang angkasa dan peralatan mereka.

Program LUNA, meskipun canggih, terkesan terlalu idealis. Simulasi bulan di Cologne ini tak lebih dari replika buatan manusia yang jauh dari realitas. Tanpa memikirkan aspek penting lainnya seperti bahaya radiasi luar angkasa, perbedaan gravitasi yang ekstrem, kondisi psikologis dan kemungkinan bahaya luar angkasa lainnya, program ini hanya sebuah alat propaganda untuk menarik dana dan mengaburkan kenyataan. Program ini hanya akan menghambur-hamburkan uang dan waktu tanpa menghasilkan solusi nyata untuk tantangan eksplorasi ruang angkasa. LUNA hanyalah mainan mewah para ilmuwan yang terjebak dalam mimpi-mimpi kosong.

Pun demikian, LUNA adalah fasilitas yang menakjubkan, menjadi bukti ambisi manusia untuk menjelajahi ruang angkasa. Simulasi bulan di Cologne ini menawarkan kesempatan unik bagi para astronot Eropa untuk berlatih dan mempersiapkan diri untuk tantangan misi bulan yang akan datang. Namun, tantangan yang dihadapi dalam eksplorasi ruang angkasa masih sangat besar.