- Industri farmasi, termasuk CVS, menghadapi krisis karena penurunan tingkat pembayaran kembali untuk obat resep dan persaingan ketat dari Amazon dan Walmart.
- CVS mengalami kesulitan karena kombinasi bisnis yang spesifik, termasuk apotek, asuransi, dan pengelola manfaat farmasi, serta penurunan kepuasan pelanggan terhadap apotek fisik.
- Transformasi industri farmasi diperlukan untuk mengatasi tantangan, termasuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi digital dan mengembangkan model bisnis yang lebih efisien.
pibitek.biz -Industri farmasi tengah menghadapi krisis, yang sangat terasa di CVS. Perusahaan ini terus-menerus mengalami pemutusan hubungan kerja dan masa depannya kini dipertanyakan. CVS Health mengumumkan pada bulan ini bahwa perusahaan tersebut akan memberhentikan 2.000 karyawan sebagai bagian dari upaya untuk memangkas biaya. Hal ini menambah panjang daftar pemutusan hubungan kerja setelah tahun lalu perusahaan mengumumkan pemutusan hubungan kerja terhadap 5.000 karyawan. Sebelumnya, perusahaan juga telah menutup sekitar 900 toko dalam beberapa tahun terakhir.
2 – AI: Ancaman Baru bagi Keamanan Siber 2 – AI: Ancaman Baru bagi Keamanan Siber
3 – Ransomware BianLian Serang Rumah Sakit Anak Boston 3 – Ransomware BianLian Serang Rumah Sakit Anak Boston
CVS dan rantai toko obat lainnya mengalami kesulitan akibat penurunan tingkat pembayaran kembali untuk obat resep. Masalah CVS juga merupakan masalah yang spesifik bagi perusahaan itu sendiri. Selain apotek, CVS juga merupakan perusahaan asuransi utama. Perusahaan ini mengakuisisi Aetna pada tahun 2017, dan juga merupakan pengelola manfaat farmasi. Meskipun industri farmasi ritel secara umum sedang mengalami kesulitan, namun tantangan CVS bisa jadi dikarenakan kombinasi bisnis yang spesifik yang dimiliki perusahaan.
Karena itu, para pemimpin perusahaan dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk memisahkan bisnis-bisnis tersebut, langkah yang tidak biasa di era di mana integrasi vertikal sedang menjadi tren. Kesenangan terhadap apotek fisik turun 10 poin pada tahun 2024. Pelanggan mengeluhkan kurangnya staf di apotek dengan antrian panjang dan pengalaman yang mengecewakan. Tidak hanya CVS, Rite Aid baru-baru ini keluar dari kebangkrutan dan Walgreens berencana menutup seperempat dari sekitar 8.600 tokonya. Pelanggan tidak kembali ke toko fisik setelah pandemi, lebih memilih alternatif online yang lebih murah.
Penutupan apotek ritel secara massal menjadi kekhawatiran yang meningkat bagi para ahli kesehatan. Masalah ini paling terasa di daerah dengan pendapatan rendah, seperti pusat kota dan daerah pedesaan. Apotek menjadi seperti toko serba ada untuk sistem perawatan kesehatan di wilayah-wilayah tersebut. Hal ini membuat mendapatkan obat yang diperlukan menjadi tantangan yang semakin besar bagi orang-orang yang tinggal di wilayah-wilayah tersebut. Kompetisi ketat dari Amazon dan Walmart juga menjadi faktor yang berkontribusi terhadap kesulitan CVS dan industri farmasi secara keseluruhan.
Pengelola manfaat farmasi juga berperan penting. Mereka memiliki kendali yang signifikan atas berapa banyak asuransi yang dibayarkan kepada apotek untuk obat-obatan dan telah berupaya untuk menekan biaya pembayaran kembali. Hal ini menekan profitabilitas apotek. Ironisnya, CVS memiliki Caremark, sebuah PBM. Ini membuat bisnis ritel obat lebih sehat, namun tidak membuat CVS kebal terhadap kekuatan pasar. Dewan direksi CVS sedang mempertimbangkan untuk membagi perusahaan. Ini bisa menjadi hal yang sulit.
Bisnis yang dipisahkan mungkin akan kesulitan untuk berkembang sendiri. Penggabungan dengan Aetna dan Caremark diharapkan dapat menekan biaya dan memberikan pasien akses perawatan yang lebih mudah dan nyaman. Namun, hal itu tidak berjalan sesuai harapan. Saat ini, masa depan perusahaan sedang tidak pasti. Dewan direksi CVS belum diharapkan untuk membuat keputusan dalam waktu dekat. Penurunan tingkat pembayaran kembali untuk obat resep adalah permasalahan utama yang dihadapi oleh apotek. Pemerintah dan perusahaan asuransi mengandalkan apotek untuk menjual obat-obatan dengan harga yang lebih rendah, sehingga menekan margin keuntungan.
Hal ini menyebabkan banyak apotek kesulitan bertahan hidup dan akhirnya terpaksa menutup toko. Penutupan apotek tradisional akan berdampak negatif pada akses layanan kesehatan, terutama di daerah terpencil dan masyarakat dengan pendapatan rendah. Masyarakat yang tidak punya akses internet atau tidak mampu menggunakan layanan online akan kesulitan mendapatkan obat yang dibutuhkan. Penutupan apotek juga dapat menyebabkan kurangnya tenaga kerja farmasi. Apoteker dan asisten apoteker yang kehilangan pekerjaan di apotek tradisional akan sulit mendapatkan pekerjaan di bidang lain.
Masalah di CVS dan industri farmasi secara keseluruhan merupakan cerminan dari perubahan yang terjadi di dunia saat ini. Perkembangan teknologi dan perilaku konsumen yang berubah membuat bisnis tradisional harus beradaptasi atau berisiko tertinggal. CVS tidak hanya harus mengatasi masalah internal, tetapi juga harus menghadapi tantangan eksternal seperti persaingan yang ketat dan peraturan pemerintah yang ketat. Masa depan CVS dan industri farmasi ritel masih belum pasti. Perubahan di sektor farmasi yang terjadi pada tahun 2024 menjadi bukti bahwa industri ini membutuhkan transformasi besar.
Model bisnis tradisional yang bergantung pada toko fisik dan penjualan obat resep telah menjadi tidak berkelanjutan. Perkembangan teknologi digital membuka peluang baru bagi industri farmasi. Layanan online, aplikasi kesehatan, dan platform telehealth dapat memberikan akses yang lebih mudah dan murah terhadap obat-obatan. Perusahaan farmasi yang dapat beradaptasi dengan perubahan ini akan memiliki keunggulan kompetitif. Namun, transformasi ini tidak akan mudah. Perusahaan farmasi harus berinvestasi dalam teknologi baru, mengembangkan model bisnis yang lebih efisien, dan membangun kemitraan yang kuat dengan perusahaan teknologi.
Pemerintah juga harus berperan penting dalam mendukung transformasi industri farmasi. Pemerintah harus memberikan insentif kepada perusahaan farmasi untuk berinvestasi dalam teknologi dan penelitian, serta menciptakan regulasi yang lebih fleksibel untuk layanan kesehatan berbasis teknologi. Transformasi industri farmasi membutuhkan kerja sama antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat. Hanya dengan bekerja sama, industri farmasi dapat menemukan cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi dan memberikan layanan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat.