- Kandidat Kongres Virginia menciptakan chatbot untuk debat dengan incumbent.
- Chatbot tersebut dapat mengajukan pertanyaan dan menjelaskan posisi kandidat.
- Ide debat chatbot ini menarik, namun tetap harus waspada terhadap manipulasi politik.
pibitek.biz -Kandidat Kongres Virginia, Derrick Anderson, menciptakan chatbot sebagai pengganti debat incumbent. Meskipun demikian, terdapat potensi konflik kepentingan di sini. Selain itu, asumsi bahwa mereka dapat "menang" melawan AI juga cukup berisiko. Jika chatbot tersebut dapat memeriksa fakta dan memberikan beberapa zinger, maka itu akan sangat memalukan. Saat ini, trennya adalah mencoba mematahkan chatbot, sehingga akan sangat menghibur jika debat tersebut diubah menjadi membuat chatbot menyanyikan "Daisy" hingga dimatikan.
2 – Google Kerjasama dengan Reaktor Nuklir untuk AI 2 – Google Kerjasama dengan Reaktor Nuklir untuk AI
3 – AI Apple: Kekecewaan dan Keterlambatan 3 – AI Apple: Kekecewaan dan Keterlambatan
Perlu diingat bahwa kandidat GOP Virginia, Derrick Anderson, yang masih lajang, pernah berpose dengan istri teman dan tiga anak perempuan untuk membuat kesan sebagai orang yang memiliki keluarga. Hal ini sangat menyesatkan. Pengadilan telah memutuskan bahwa korporasi memiliki hak kebebasan berbicara untuk menghabiskan uang dalam pemilihan kandidat. Namun, ini tidak berarti bahwa korporasi adalah orang. Di UK, diyakini bahwa beberapa kandidat Reform dalam pemilihan terakhir adalah palsu, dan profil mereka diciptakan oleh AI.
Setidaknya, kandidat ini memiliki orang yang sesungguhnya dalam pemilihan. Ide ini cukup cerdas. Alih-alih mencoba melatih jaringan untuk berpura-pura sebagai lawan, lebih baik melatihnya untuk mengajukan pertanyaan yang tepat sehingga dapat menjelaskan posisi dan alasan di balik posisi tersebut. Namun, kandidat tersebut harus membuat chatbot yang mewakili posisinya sendiri, yang dilatih dengan menggunakan data dari situs web resmi, rilis pers, dan data dari Komisi Pemilihan Federal. Kemudian, dua chatbot dapat debat dengan kondisi yang sama dan tidak ada keuntungan bagi salah satu pihak.
Namun, ini semua hanya sebuah pertunjukan yang tidak berguna. Kita tidak perlu chatbot untuk mengetahui bahwa politikus hanya peduli dengan kepentingan mereka sendiri. Mereka tidak peduli dengan rakyat dan hanya ingin mempertahankan kekuasaan. Ini adalah contoh lain dari bagaimana teknologi dapat disalahgunakan untuk memanipulasi orang. Dalam keseluruhan, ide chatbot sebagai pengganti debat incumbent ini cukup menarik. Namun, kita harus tetap waspada dan tidak terjebak oleh manipulasi politikus.
Kita harus memastikan bahwa teknologi digunakan untuk kepentingan rakyat, bukan untuk mempertahankan kekuasaan. Dengan demikian, kita dapat menciptakan demokrasi yang lebih baik.