- Penyebaran gambar AI palsu merusak integritas informasi di media.
- Masyarakat harus kritis terhadap informasi yang beredar di internet.
- Penyebaran informasi palsu dapat menimbulkan kecemasan dan kesedihan.
pibitek.biz -Di era digital yang serba cepat, informasi menyebar dengan kecepatan kilat. Namun, di balik kemudahan akses informasi, terdapat bahaya laten yang mengintai: penyebaran informasi palsu. Fenomena ini semakin nyata ketika bencana alam melanda, seperti badai dahsyat yang baru-baru ini melanda Florida. Di tengah keprihatinan dan upaya penyelamatan, muncul gelombang gambar buatan AI yang menyamar sebagai foto nyata. Gambar-gambar tersebut seakan-akan menunjukkan upaya penyelamatan heroik, namun pada kenyataannya hanyalah hasil rekayasa digital yang menipu.
2 – Bahaya AI: ChatGPT Digunakan untuk Kembangkan Malware 2 – Bahaya AI: ChatGPT Digunakan untuk Kembangkan Malware
3 – OSCAL TIGER 13: Ponsel Pintar dengan Kamera AI nan Hebat 3 – OSCAL TIGER 13: Ponsel Pintar dengan Kamera AI nan Hebat
Salah satu contohnya adalah gambar yang beredar di media sosial, menampilkan seekor anjing yang seolah-olah menerbangkan helikopter untuk menyelamatkan korban banjir. Gambar tersebut, yang dibuat dengan bantuan ChatGPT, secara terang-terangan diberi label sebagai hasil buatan AI. Namun, di sisi lain, banyak gambar AI lainnya yang beredar dengan embel-embel "foto nyata" yang sulit dibedakan dengan foto asli. Di Twitter, misalnya, muncul gambar seorang gadis muda yang memegang seekor anak anjing di tengah badai Helene.
Gambar tersebut dibagikan oleh seorang komentator politik dan Senator Mike Lee, dengan tujuan untuk menggoyahkan opini publik dan menimbulkan kontroversi. Mereka memanfaatkan gambar palsu ini untuk menyebarkan narasi yang tidak berdasar. Contoh lain yang lebih ekstrem adalah gambar Donald Trump yang menyelamatkan seorang bayi dari banjir. Gambar ini jelas merupakan rekayasa digital yang bertujuan untuk menyindir dan melecehkan tokoh politik tersebut. Kejadian ini menimbulkan pertanyaan serius tentang integritas informasi di era digital.
Di saat para jurnalis profesional mempertaruhkan nyawa untuk menghadirkan liputan akurat dari daerah bencana, muncul individu yang memanfaatkan bencana untuk keuntungan pribadi dengan menyebarkan gambar palsu. Dampak dari penyebaran gambar palsu ini sangat merugikan. Orang-orang yang mencari informasi tentang kerabat atau teman yang terdampak bencana dapat tertipu oleh gambar-gambar palsu tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kecemasan, kesedihan, dan bahkan tindakan yang tidak tepat. Masyarakat harus waspada dan kritis terhadap informasi yang beredar di internet, khususnya saat terjadi bencana alam.
Kemampuan AI untuk menghasilkan gambar yang sangat realistis membuat sulit untuk membedakan mana yang asli dan mana yang palsu. Berikut adalah beberapa ciri khas gambar AI yang dapat membantu membedakannya dari foto asli:
– Jari dan Wajah: Gambar AI seringkali memiliki kesalahan pada detail jari dan wajah. Jumlah jari dapat tidak sesuai, bentuk jari dan tangan terlihat aneh, atau wajah terlihat kabur dan tidak memiliki detail yang cukup.
– Kaki: Kesalahan pada detail kaki juga sering terjadi, seperti bentuk kaki yang tidak realistis atau detail yang kurang jelas.
– Posisi Tubuh: Gambar AI terkadang menampilkan posisi tubuh yang tidak wajar, seperti anggota tubuh yang keluar dari tempat yang seharusnya atau tubuh yang tidak proporsional.
– Tekstur Kulit: Kulit yang dihasilkan oleh AI seringkali terlihat terlalu halus dan sempurna, tanpa adanya detail seperti pori-pori atau kerutan. Pengguna internet disarankan untuk memeriksa sumber informasi, mengecek kredibilitas situs web atau akun media sosial yang membagikan gambar, dan membandingkan informasi dengan sumber lain yang terpercaya.
Di era digital, literasi informasi dan kecakapan media sangat penting. Masyarakat harus mampu berpikir kritis dan tidak terburu-buru dalam mempercayai informasi yang diterima, khususnya di tengah arus informasi yang deras dan cepat. "ChatGPT" adalah sebuah model bahasa yang dikembangkan oleh OpenAI, sebuah organisasi penelitian AI. Model ini dilatih dengan data teks yang sangat besar dan mampu menghasilkan teks yang menyerupai teks manusia, seperti artikel, puisi, kode komputer, dan lainnya. ChatGPT dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pembuatan konten, penerjemahan bahasa, dan menjawab pertanyaan.
Namun, perlu diingat bahwa ChatGPT adalah alat yang powerful dan dapat digunakan untuk tujuan yang tidak etis, seperti penyebaran informasi palsu. "MAGA" adalah singkatan dari "Make America Great Again", sebuah slogan kampanye politik yang digunakan oleh Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 2016. Slogan ini mendorong nasionalisme, proteksionisme, dan kebijakan-kebijakan yang diklaim akan mengembalikan kejayaan Amerika. Slogan ini sering digunakan untuk mengidentifikasi pendukung Donald Trump.
Penyelenggaraan dan pelaporan bencana alam merupakan pekerjaan yang kompleks dan menantang. Di tengah kesusahan dan kesulitan yang dihadapi masyarakat, muncul tindakan yang sangat tidak bertanggung jawab, yaitu penyebaran informasi palsu dengan memanfaatkan gambar AI. Tindakan ini tidak hanya melukai hati mereka yang terdampak bencana, tetapi juga menimbulkan ketidakpercayaan dan kekecewaan terhadap sumber informasi. Di era digital, informasi haruslah menjadi jembatan penghubung, bukan alat pemisah atau sumber konflik.
Penyebaran gambar AI palsu merupakan pengingkaran terhadap integritas informasi dan etika jurnalistik. Hal ini menjadi ancaman serius terhadap kepercayaan publik terhadap media massa. Para pembuat dan penyebar gambar palsu ini tidak hanya mencoreng nama baik jurnalis profesional yang bekerja keras di lapangan, tetapi juga merusak tatanan informasi dan melemahkan solidaritas sosial. Masyarakat harus bersatu untuk melawan penyebaran informasi palsu. Setiap orang memiliki peran penting untuk memastikan kebenaran dan keakuratan informasi yang dibagikan.