Revolusi Fotografi AI: Masa Depan Fotografi dan AI



Revolusi Fotografi AI: Masa Depan Fotografi dan AI - image source: fstoppers - pibitek.biz - Takut

image source: fstoppers


336-280
TL;DR
  • AI tidak mengancam profesi fotografer, melainkan membawa perubahan yang dapat dimanfaatkan.
  • Fotografer profesional yang beradaptasi dengan AI dapat meningkatkan kreativitas dan kualitas karya.
  • AI memaksa fotografer untuk meninggalkan zona nyaman dan mengembangkan keterampilan baru.

pibitek.biz -AI telah menjadi topik pembahasan yang panas di berbagai bidang, termasuk dunia fotografi. Banyak yang mempertanyakan dampak AI terhadap profesi fotografer, apakah AI akan membawa revolusi atau justru menghancurkan dunia fotografi? Bayangkan sebuah kota kecil di Amerika, di mana tiba-tiba semua penduduknya digantikan oleh makhluk asing. Makhluk asing ini adalah hasil dari spora tanaman luar angkasa yang menciptakan polong benih, yang kemudian menghasilkan replika manusia yang identik. Replika ini menyerap sifat dan kenangan manusia asli, serta mengembangkan kepribadian unik mereka sendiri.

Secara perlahan, invasi dimulai. Adegan ini mungkin terasa mengerikan bagi anak-anak di tahun 1956, saat film "Invasion of the Body Snatchers" dirilis. Saat ini, ketakutan serupa melanda para fotografer. Mereka merasa AI akan mengambil alih dunia fotografi, seperti makhluk asing yang menggantikan manusia. Namun, benarkah AI mengancam profesi mereka? Ketakutan akan AI mungkin muncul dari pengalaman serupa dengan kemunculan kamera digital. Kamera digital, yang dulu dianggap sebagai ancaman bagi fotografer analog, justru membuka peluang baru dan melahirkan era baru dalam fotografi.

AI memang akan menghadirkan perubahan dalam dunia fotografi, namun perubahan ini tidak selalu negatif. AI dapat menjadi alat bantu yang efektif bagi fotografer, bukan ancaman bagi eksistensi mereka. Bayangkan seorang fotografer komersial yang sedang berdiskusi dengan klien mengenai proyek untuk sebuah perusahaan lokal. Anggaran klien terbatas, dan biaya fotografer melebihi anggaran yang tersedia. Klien mungkin merasa bahwa fotografer tersebut memiliki karya yang luar biasa, tetapi biaya yang diminta terlalu tinggi.

Dalam situasi seperti ini, klien mungkin akan mencari fotografer lain dengan pengalaman yang lebih sedikit dan biaya yang lebih rendah. Perusahaan mungkin akan mengorbankan kualitas demi menekan biaya. Di sinilah AI muncul sebagai solusi bagi klien yang mencari solusi murah. Klien mungkin beranggapan bahwa AI dapat menghasilkan gambar yang berkualitas dengan biaya yang jauh lebih rendah. Mereka mungkin berpendapat bahwa tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk fotografer profesional. Namun, perlu dipertanyakan apakah klien tersebut menginginkan hasil karya berkualitas, atau mereka hanya menginginkan hasil yang murah? Bagi fotografer profesional, klien seperti ini bukanlah target yang ideal.

Mereka bukanlah klien yang menguntungkan dan tidak menghargai kualitas karya. AI akan menciptakan persaingan yang lebih ketat di dunia fotografi. Akan tetapi, bukan berarti AI akan menghapuskan peran fotografer profesional. Fotografer yang mampu beradaptasi dan memanfaatkan AI dengan baik akan tetap bertahan dan berkembang. Perubahan yang dibawa AI bukanlah ancaman, melainkan peluang untuk berinovasi dan meningkatkan kreativitas. Beberapa pihak berpendapat bahwa AI akan menghambat kreativitas. Mereka berpendapat bahwa AI hanya mampu menciptakan gambar berdasarkan ide yang sudah ada, dan mengombinasikannya menjadi gambar baru.

Meskipun benar bahwa AI dapat menghasilkan gambar berdasarkan data yang ada, AI tetap membutuhkan input kreativitas dari manusia. Manusia harus memikirkan konsep gambar yang ingin dibuat, dan kemudian menginstruksikan AI untuk menghasilkan gambar yang sesuai. AI masih memiliki banyak kekurangan. Salah satu kekurangan terbesar AI adalah ketidakmampuannya untuk menciptakan gambar yang penuh dengan makna dan orisinalitas. AI hanya dapat menghasilkan gambar berdasarkan data yang ada, sementara fotografer dapat menghasilkan gambar dengan makna dan orisinalitas yang berasal dari ide dan pengalaman mereka sendiri.

Kreativitas adalah salah satu hal yang membedakan manusia dari mesin. AI belum mampu menyamai kreativitas manusia, dan mungkin tidak akan pernah bisa. Sebagai contoh, mari kita lihat Adobe Firefly, salah satu platform AI yang populer. Saat diminta untuk membuat gambar untuk situs web yang mempromosikan bubuk protein, Adobe Firefly menghasilkan gambar yang tidak sempurna, meskipun menggunakan gambar referensi. Adobe Firefly menghasilkan gambar yang mirip dengan gambar referensi, tetapi gambar tersebut tidak memiliki detail dan keunikan seperti gambar buatan fotografer.

Kemampuan AI untuk menghasilkan gambar masih terbatas. AI masih belum mampu memahami konsep dan makna seperti yang dipahami manusia. Sebagai fotografer, kita menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengasah keterampilan dan teknik fotografi. Keterampilan ini diperoleh melalui proses eksperimen, kegagalan, dan keberhasilan. Apakah AI akan merusak keterampilan yang telah kita asah selama bertahun-tahun? Jawabannya adalah ya, jika kita membiarkannya. Platform edit foto seperti Adobe Photoshop kini telah dilengkapi dengan fitur otomatisasi, seperti generative fill dan noise reduction.

Fitur-fitur ini mempercepat proses editing, tetapi kita tidak boleh terlalu bergantung pada fitur otomatisasi. Jika kita terlalu bergantung pada fitur otomatisasi, kita akan kehilangan keterampilan yang telah kita kembangkan untuk melakukan proses editing secara manual. Kita akan menjadi terlalu bergantung pada AI, dan lupa bagaimana melakukan proses editing secara tradisional. Ketakutan terbesar terkait dengan AI adalah kemudahan penggunaan dan volume konten yang dihasilkan. Ingat ketika kamera digital pertama kali diperkenalkan? Saat itu, banyak fotografer yang khawatir bahwa kamera digital akan menghancurkan profesi fotografi.

Mereka takut bahwa orang-orang akan lebih mudah menggunakan kamera digital dan menghasilkan gambar berkualitas rendah, sehingga akan ada banyak fotografer amatir yang menyaingi fotografer profesional. Namun, ketakutan tersebut tidak terbukti. Kamera digital memang memudahkan orang untuk mengambil foto, tetapi hal ini justru melahirkan berbagai peluang baru bagi fotografer profesional. Meskipun ada banyak fotografer amatir yang menggunakan kamera digital, fotografer profesional tetap eksis dan bahkan semakin berkembang.

Mereka yang mampu beradaptasi dengan teknologi digital dan mengembangkan keahlian baru justru semakin sukses. AI mungkin akan memiliki dampak yang serupa dengan kamera digital. AI akan memudahkan orang untuk menghasilkan gambar, tetapi hal ini tidak akan menghancurkan profesi fotografi. Fotografer profesional yang mampu beradaptasi dan mengembangkan keahlian baru akan tetap bertahan dan berkembang. AI akan menghasilkan volume konten yang besar, tetapi tidak semua konten tersebut berkualitas tinggi.

Saat ini saja, internet sudah dipenuhi dengan jutaan gambar, yang sebagian besar tidak berkualitas. AI juga akan menghasilkan banyak gambar yang tidak berkualitas, tetapi hal ini tidak akan berpengaruh terhadap fotografer profesional yang menghasilkan karya berkualitas tinggi. AI akan memaksa beberapa fotografer untuk meninggalkan dunia fotografi. Namun, hal ini bukan disebabkan oleh AI itu sendiri, melainkan oleh ketidakmampuan fotografer untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. AI bukan ancaman yang harus ditakuti, melainkan peluang yang harus dimaksimalkan.

Kita tidak boleh menutup mata dan berharap AI akan hilang begitu saja. AI adalah teknologi yang akan terus berkembang dan memengaruhi dunia fotografi. Pertanyaannya adalah, apakah kita akan menjadi fotografer yang menutup mata dan menentang AI, atau kita akan menjadi fotografer yang merangkul AI dan mengembangkan keterampilan baru?