- Grabango, perusahaan rintisan teknologi tanpa kasir, tutup usaha karena kegagalan pendanaan.
- Grabango gagal mencapai skala yang diperlukan untuk menjadi pesaing kuat bagi Amazon.
- Kegagalan Grabango menunjukkan bahwa pasar teknologi tanpa kasir masih belum matang.
pibitek.biz -Grabango, sebuah perusahaan rintisan yang didukung oleh investasi dan berambisi untuk menyaingi Amazon dalam teknologi tanpa kasir, terpaksa menutup usahanya. Kegagalan dalam mendapatkan pendanaan yang cukup untuk mempertahankan operasinya menjadi penyebab utama dari penutupan ini. Sejak tahun 2016, Grabango dengan tekun mengembangkan teknologi tanpa kasir yang memanfaatkan penglihatan komputer dan machine learning untuk melacak dan menghitung barang-barang saat pelanggan mengambilnya dari rak.
2 – OSCAL TIGER 13: Ponsel Pintar dengan Kamera AI nan Hebat 2 – OSCAL TIGER 13: Ponsel Pintar dengan Kamera AI nan Hebat
3 – Cyera Akuisisi Trail Security untuk Keamanan Data 3 – Cyera Akuisisi Trail Security untuk Keamanan Data
Grabango, yang digawangi oleh Will Glaser, seorang teknolog berpengalaman di Bay Area yang juga merupakan pendiri bersama layanan streaming musik Pandora, berhasil mengumpulkan dana sebesar lebih dari 73 juta dolar. Pendanaan terbesar Grabango terjadi pada tahun 2021, tepat sebelum pasar teknologi mengalami perubahan signifikan. Pada bulan Juni tahun itu, Grabango mengumpulkan 39 juta dolar dalam putaran pendanaan yang dipimpin oleh Commerce Ventures, dengan partisipasi dari Founders Fund milik Peter Thiel, serta lengan ventura Unilever dan Honeywell.
Di awal tahun 2023, Glaser mengumumkan rencana Grabango untuk melantai di bursa saham dalam beberapa tahun mendatang dengan valuasi pasar mencapai 10 hingga 15 miliar dolar. Namun, pasar IPO yang mengering sejak awal tahun 2022, dengan hanya tiga perusahaan rintisan yang berhasil melantai di bursa saham Amerika Serikat, telah menghentikan ambisi Grabango. Ketiadaan likuiditas telah menghantam industri ventura, membuat perusahaan-perusahaan sulit untuk merilis dana baru dan perusahaan rintisan, kecuali beberapa perusahaan AI, kesulitan untuk mendapatkan modal.
Grabango, yang bermarkas di Berkeley, California, diposisikan sebagai salah satu pesaing utama Amazon dalam teknologi tanpa kasir, yang dikenal sebagai Just Walk Out. Grabango telah menjalin kemitraan dengan beberapa jaringan toko grosir seperti Aldi dan Giant Eagle, serta jaringan toko serba ada 7-Eleven dan Circle K. Amazon, di sisi lain, telah menargetkan layanan Just Walk Out untuk toko serba ada dan pengecer di bandara, stadion, dan rumah sakit. Namun, pada bulan April, Amazon menarik teknologi tanpa kasirnya dari toko-toko Fresh dan Whole Foods di Amerika Serikat.
Dalam sebuah posting blog yang dipublikasikan setelah pengumuman penarikan tersebut, Glaser menyatakan bahwa ketergantungan Amazon pada teknologi sensor rak dalam sistem JWO "telah terbukti menjadi titik lemahnya". Glaser menegaskan bahwa Grabango menghindari penggunaan sensor rak dan memilih penglihatan komputer, yang menurutnya akan "mendorong adopsi secara luas". Pengumuman Grabango dan penarikan teknologi tanpa kasir Amazon dari beberapa toko besarnya menunjukkan bahwa teknologi tersebut masih dalam tahap awal dan menghadapi banyak tantangan.
Amazon sendiri telah mengalihkan fokusnya ke pengembangan dan penjualan teknologi tanpa kasir kepada bisnis lain, seperti toko serba ada dan toko kelontong. Hal ini dapat diartikan sebagai upaya Amazon untuk memonetisasi teknologi mereka dan memperluas jangkauan layanan Just Walk Out kepada lebih banyak pelanggan. Meskipun demikian, penutupan Grabango menunjukkan bahwa persaingan dalam teknologi tanpa kasir masih sangat kompetitif dan tidak ada satu pun perusahaan yang mendominasi pasar.
Grabango, dengan teknologi dan visi mereka yang inovatif, mampu mengumpulkan dana yang signifikan dan menjalin kemitraan dengan banyak pengecer terkemuka. Namun, mereka gagal mencapai skala yang diperlukan untuk menjadi pesaing yang kuat bagi Amazon dalam teknologi tanpa kasir. Kegagalan Grabango untuk mendapatkan pendanaan yang cukup menunjukkan bahwa pasar untuk teknologi tanpa kasir masih belum matang dan penuh ketidakpastian. Meskipun beberapa perusahaan telah berhasil mengimplementasikan teknologi ini, masih banyak tantangan teknis dan finansial yang harus diatasi.
Amazon, dengan sumber daya dan pengalamannya yang luas, tampaknya berada di posisi yang lebih baik untuk menghadapi tantangan tersebut. Namun, perlu diingat bahwa teknologi tanpa kasir masih terus berkembang dan kemungkinan akan ada inovasi dan pesaing baru yang muncul di masa depan. Perkembangan teknologi tanpa kasir menunjukkan bahwa industri ritel terus beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen dan tuntutan efisiensi. Teknologi ini memiliki potensi untuk mengubah cara kita berbelanja, dengan menawarkan pengalaman yang lebih cepat, nyaman, dan efisien.
Namun, penting untuk mempertimbangkan implikasi sosial dan etika dari penggunaan teknologi ini, seperti privasi data, keamanan pekerjaan, dan aksesibilitas bagi semua orang. Penggunaan teknologi tanpa kasir harus dilakukan dengan bertanggung jawab dan mempertimbangkan semua stakeholder yang terlibat. Grabango, dengan tekad dan ambisinya yang tinggi, telah memainkan peran penting dalam mendorong inovasi dalam teknologi tanpa kasir. Meskipun mereka tidak dapat bertahan dalam persaingan yang ketat, warisan mereka akan menginspirasi perusahaan lain untuk terus mengembangkan teknologi yang lebih canggih dan inovatif.
Pengalaman Grabango juga menjadi pelajaran bagi perusahaan rintisan lainnya agar lebih siap menghadapi tantangan pasar dan perubahan teknologi. Mampu beradaptasi dengan cepat, memiliki model bisnis yang kuat, dan mengelola keuangan dengan bijak menjadi kunci keberhasilan bagi perusahaan rintisan di era yang serba cepat dan penuh ketidakpastian ini.