AI Bikin Kerjaan Karyawan Makin Banyak



AI Bikin Kerjaan Karyawan Makin Banyak - credit for: infoq - pibitek.biz - Amerika Serikat

credit for: infoq


336-280
TL;DR
  • Perusahaan yakin AI bikin karyawan tambah produktif, eh karyawan malah ngeluh tambah gak produktif.
  • Perusahaan banyak yang belum kasih pelatihan AI ke karyawan, tapi yakin karyawannya udah jago pake AI.

pibitek.biz -Sebuah riset kontroversial dari Upwork Research Institute nemuin fakta menarik. 96% pimpinan perusahaan ngarep AI bakal bikin karyawan makin produktif. Tapi pas ditanyain ke karyawannya, 77% malah ngomong kalau AI bikin mereka makin nggak produktif. Riset ini ngelihat langsung ke 2.500 karyawan di Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Kanada. Yang disurvei itu ada pimpinan perusahaan (50%), karyawan tetap (25%), dan pekerja lepas (25%). Ternyata, jawaban pimpinan beda banget sama jawaban karyawan.

81% pimpinan perusahaan yang udah pakai AI bilang kalau AI bikin perusahaan mereka makin produktif. Berbanding terbalik, cuma 42% pimpinan perusahaan yang belum pakai AI yang bilang hal yang sama. Nah, walaupun bilang AI berguna, banyak pimpinan yang ngaku belum punya rencana pelatihan AI buat karyawan mereka. Cuma 13% aja yang punya strategi AI yang jelas. Sementara itu, cuma 47% karyawan yang ngerti cara pake AI buat ningkatin produktivitas mereka. Padahal, pimpinan perusahaan mereka yakin banget kalau karyawannya udah pada jago pake AI.

Tapi kenyataannya, cuma 17% karyawan aja yang ngerasa nyaman pake AI. Karyawan yang disurvei ngeluarin beberapa alasan kenapa AI bikin mereka kurang produktif:

* AI sering ngeluarin output yang nggak sesuai harapan, jadi mereka harus ngulang pekerjaan dari awal.

* Butuh waktu buat belajar pake AI, jadi malah buang-buang waktu.

* AI nggak bisa nggantiin semua kerjaan, jadi mereka masih harus ngerjain banyak hal secara manual.

* AI malah nambahin pekerjaan baru, kayak ngecek dan ngerjain ulang output AI.

Para peneliti dari Upwork bilang kalau hasil ini ngingetin mereka sama "paradoks produktivitas" yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 70-an dan 80-an. Waktu itu, produktivitas AS melambat padahal teknologi IT makin pesat berkembang. Upwork ngasih saran buat ningkatin adopsi AI yang lebih baik, misalnya:

* Manfaatin talenta non-tradisional.

* Bikin metrik produktivitas yang disepakatin bareng-bareng.

* Beralih ke pendekatan berbasis keterampilan daripada jabatan.

Tapi ada yang kritik juga riset ini. Soalnya Upwork itu marketplace buat pekerja lepas, jadi beberapa komentator ngelihat riset ini kayak usaha buat nunjukin kalau pekerja lepas lebih menarik buat perusahaan besar. Selain itu, metodologi risetnya juga nggak dijelasin lengkap. Meski begitu, ada juga yang nerima riset ini sebagai bahan pertimbangan. Tapi mereka ngingetin kalau AI itu nggak selalu berguna di semua kasus.

Ada juga yang kritik kalau manajemen perusahaan nggak ngerti tentang AI. Terakhir, sebagian besar penelitian akademis tentang AI dan produktivitas memang bilang kalau AI itu punya korelasi positif, tapi itu di luar dari topik penelitian ini.