- Microsoft dan OpenAI terlibat dalam pertempuran investasi yang sengit.
- Microsoft menginginkan saham dan hak governance yang lebih besar.
- Ketegangan muncul akibat perbedaan kepentingan dan komunikasi yang buruk.
pibitek.biz -Microsoft dan OpenAI, dua raksasa teknologi, tengah terlibat dalam pertempuran investasi yang panas. Microsoft, yang telah menggelontorkan dana besar kepada OpenAI, menginginkan bagian yang lebih besar dari perusahaan AI itu. OpenAI, di sisi lain, bersiap untuk bertransformasi dari organisasi nirlaba menjadi perusahaan yang berorientasi pada profit. Perubahan status OpenAI ini memicu perdebatan sengit antara kedua perusahaan tentang pembagian keuntungan dan hak-hak kepemilikan. Microsoft, yang telah menginvestasikan $14 miliar dalam OpenAI, ingin mendapatkan saham yang besar sebagai imbalan atas investasi mereka.
2 – Google Kerjasama dengan Reaktor Nuklir untuk AI 2 – Google Kerjasama dengan Reaktor Nuklir untuk AI
3 – Serangan SIM-Swap: Akun SEC Diretas Secara Besar-Besaran 3 – Serangan SIM-Swap: Akun SEC Diretas Secara Besar-Besaran
Microsoft telah menggandeng Morgan Stanley untuk membantu mereka dalam negosiasi ini. Sementara itu, OpenAI, di bawah kepemimpinan Sam Altman, telah meminta bantuan dari Goldman Sachs. Kedua bank investasi tersebut memiliki pengalaman yang luas dalam membantu perusahaan dalam perjanjian merger dan akuisisi, dan mereka diharapkan akan memainkan peran penting dalam membantu Microsoft dan OpenAI mencapai kesepakatan. Kedua perusahaan tengah bernegosiasi untuk menentukan berapa besar saham yang akan diterima Microsoft dalam perusahaan OpenAI yang baru.
Selain saham, Microsoft juga ingin mendapatkan hak-hak governance yang lebih kuat dalam OpenAI. Ini berarti Microsoft akan memiliki pengaruh lebih besar dalam pengambilan keputusan strategis OpenAI, seperti pengembangan produk baru, alokasi sumber daya, dan bahkan penunjukkan anggota dewan. OpenAI telah lama menjadi pelopor dalam penelitian AI. Perusahaan ini terkenal dengan pengembangan LLM seperti GPT-3, yang memiliki kemampuan luar biasa untuk memahami dan menghasilkan teks seperti manusia. Keahlian OpenAI dalam AI menarik minat banyak perusahaan, termasuk Microsoft.
Investasi besar-besaran Microsoft dalam OpenAI tidak hanya ditujukan untuk mendapatkan akses ke teknologi AI terbaru, tetapi juga untuk mengamankan posisi mereka dalam persaingan sengit di dunia AI. Microsoft ingin menjadikan OpenAI sebagai pusat pengembangan dan penerapan AI mereka. Namun, hubungan antara Microsoft dan OpenAI tidak selalu harmonis. Ketegangan muncul ketika Microsoft mempekerjakan Mustafa Suleyman, seorang tokoh penting dalam dunia AI, untuk memimpin unit AI konsumen Microsoft. Suleyman sebelumnya merupakan pendiri DeepMind, laboratorium AI milik Google, dan kemudian mendirikan perusahaan AI bernama Inflection AI.
Banyak karyawan OpenAI yang merasa tidak nyaman dengan kehadiran Suleyman di Microsoft. Mereka khawatir bahwa Suleyman akan menggunakan pengetahuan dan pengalamannya di OpenAI untuk kepentingan Microsoft dan menghambat kemajuan OpenAI. Ketegangan semakin meningkat ketika Suleyman dilaporkan mengkritik OpenAI karena tidak berbagi teknologi AI terbaru dengan Microsoft dengan cepat. Selain itu, beberapa karyawan OpenAI merasa tersinggung karena para insinyur Microsoft mengabaikan protokol yang disepakati bersama saat mengunduh software OpenAI.
Hal ini menunjukkan kurangnya kepercayaan dan komunikasi yang baik antara kedua perusahaan. OpenAI juga berusaha untuk mendapatkan kondisi yang lebih baik dari Microsoft dalam hal pembiayaan komputasi. OpenAI membutuhkan sumber daya komputasi yang besar untuk menjalankan program AI mereka. Perusahaan ini berharap Microsoft dapat menyediakan lebih banyak sumber daya komputasi dan memberi mereka fleksibilitas untuk mencari sumber daya di luar Microsoft. Dokumen internal OpenAI menunjukkan bahwa biaya komputasi OpenAI akan meningkat secara drastis dalam beberapa tahun ke depan.
Pada tahun 2029, biaya komputasi OpenAI diperkirakan mencapai USD 37.5 miliar per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa OpenAI sangat bergantung pada sumber daya komputasi untuk mengembangkan teknologi AI mereka. Meskipun Microsoft dan OpenAI sedang bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan, para investor kunci dalam OpenAI memiliki hak untuk menegosiasikan kembali penilaian OpenAI atau menarik kembali investasi mereka jika transformasi OpenAI menjadi perusahaan for-profit tidak selesai dalam dua tahun. Sam Altman, pemimpin OpenAI, dikabarkan akan menerima saham dalam perusahaan for-profit tersebut.
Meskipun Altman menyanggah rumor bahwa ia akan mendapatkan 7% saham senilai USD 10 miliar, negosiasi tentang saham yang akan diterima Altman tetap menjadi bagian penting dari pembicaraan antara Microsoft dan OpenAI. Pertempuran investasi antara Microsoft dan OpenAI menarik perhatian banyak pihak. Kedua perusahaan memiliki ambisi besar dalam dunia AI. Microsoft ingin memanfaatkan AI untuk meningkatkan produk dan layanan mereka, sementara OpenAI ingin terus mendorong batas-batas teknologi AI dan menjadikan AI bermanfaat bagi seluruh umat manusia.
Meskipun terdapat beberapa konflik, Microsoft dan OpenAI kemungkinan besar akan mencapai kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak. Namun, pertempuran investasi ini menunjukkan bahwa persaingan di dunia AI semakin sengit. Dengan semakin banyaknya perusahaan teknologi yang berinvestasi dalam AI, persaingan untuk mendapatkan talenta terbaik, teknologi terbaru, dan pangsa pasar AI akan semakin ketat. Hal ini akan memaksa Microsoft dan OpenAI untuk terus berinovasi dan berkolaborasi agar dapat tetap unggul dalam persaingan global.
Perkembangan di dunia AI terus berlanjut dengan kecepatan yang mengagumkan. Kita mungkin akan melihat lebih banyak pertempuran investasi dan kolaborasi di masa depan, karena perusahaan teknologi besar berebut untuk mendapatkan posisi terdepan dalam revolusi AI.