- Dominasi jaringan layer-2 mengancam potensi kapitalisasi pasar Ethereum.
- Ethereum perlu menyesuaikan model untuk mempertahankan profitabilitas dan relevansi.
- Kinerja Ethereum tertinggal dari aset kripto lainnya dalam satu tahun.
pibitek.biz -Keberhasilan jaringan layer-2 dalam meningkatkan skala Ethereum telah menjadi topik hangat dalam dunia kripto. Namun, di balik euphoria ini, terdapat kekhawatiran yang semakin besar mengenai dampaknya terhadap Ethereum. Matthew Sigel, kepala riset aset digital di VanEck, menyatakan bahwa dominasi jaringan layer-2 bisa menjadi ancaman serius bagi masa depan Ethereum. Sigel, dalam sebuah postingan di Twitter, memperingatkan bahwa adopsi jaringan layer-2 oleh Ethereum berpotensi merugikan Ethereum triliunan dolar dalam potensi kapitalisasi pasar dalam beberapa tahun mendatang.
2 – Serangan Ransomware Turun 300%, Microsoft Ungkap Strategi Baru 2 – Serangan Ransomware Turun 300%, Microsoft Ungkap Strategi Baru
3 – OSCAL TIGER 13: Ponsel Pintar dengan Kamera AI nan Hebat 3 – OSCAL TIGER 13: Ponsel Pintar dengan Kamera AI nan Hebat
Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan dinamis yang muncul antara Ethereum dan jaringan layer-2. Sigel berpendapat bahwa model Ethereum perlu diperbarui untuk mencerminkan realitas baru ini. Berdasarkan model VanEck, harga Ethereum diperkirakan akan mencapai $22.000 pada tahun 2030. Namun, jika model tersebut diubah untuk mencerminkan dominasi jaringan layer-2, harga Ethereum diproyeksikan akan merosot 67% menjadi $7.300. Model VanEck mempertimbangkan pertumbuhan total nilai yang terkunci di Ethereum, yang mencerminkan nilai aset yang digunakan dalam aplikasi keuangan terdesentralisasi (DeFi).
Model ini juga mempertimbangkan jumlah Ethereum yang dikonsumsi dan dibakar oleh jaringan sebagai akibat dari biaya transaksi. Data yang dikumpulkan selama empat bulan terakhir menunjukkan bahwa jaringan layer-2 mengambil nilai lebih banyak dari Ethereum dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya. Alih-alih Ethereum mendapatkan manfaat dari sebagian besar aktivitas pengguna dibandingkan dengan jaringan layer-2, tren ini telah terbalik. Model awal VanEck berasumsi bahwa pembagian pendapatan transaksi antara Ethereum dan jaringan layer-2 adalah 90:10.
Namun, kenyataannya adalah bahwa pembagian pendapatan ini telah terbalik, dengan jaringan layer-2 mendapatkan 90% dan Ethereum hanya 10%. Perubahan ini muncul setelah Ethereum melakukan peningkatan yang dikenal sebagai Dencun pada awal tahun ini. Dencun memperkenalkan "blob", yang memberikan ruang penyimpanan khusus bagi jaringan layer-2 untuk memposting transaksi, sehingga mengurangi biaya untuk jaringan skala. Sebelumnya, jaringan layer-2 terpaksa memposting transaksi yang dibundel dalam bentuk "calldata" yang relatif mahal.
Jaringan layer-2 seperti Base milik Coinbase dan Optimism terus menarik pengguna dan pengembang, yang menyebabkan peningkatan pasokan Ethereum. Sebelum Dencun, biaya transaksi telah melampaui penerbitan Ethereum. Namun, sejak pertengahan April, pasokan Ethereum telah meningkat sebesar 318.000 ETH, menurut ultrasound. money. Meskipun proyeksi Sigel menunjukkan penurunan yang mengejutkan dalam harga Ethereum, dia kemudian mengklarifikasi bahwa postingannya hanyalah analisis sensitivitas untuk menunjukkan dampak pada harga, jika Ethereum tidak mengambil kembali beberapa margin dari jaringan layer-2.
Sigel menyatakan bahwa penurunan harga Ethereum diperkirakan akan mendorong komunitas Ethereum untuk menyesuaikan roadmap Ethereum dalam upaya untuk membalikkan penurunan profitabilitas. Dia menunjuk pada model pembagian biaya potensial antara Ethereum mainnet dan jaringan layer-2, yang baru-baru ini diadvokasi oleh Vitalik Buterin, sebagai contoh. Buterin, salah satu pendiri Ethereum, telah mempromosikan model berbagi biaya sebagai cara untuk menjaga keseimbangan ekosistem Ethereum. Ia percaya bahwa Ethereum harus merasakan seperti satu ekosistem, bukan 34 blockchain yang berbeda.
Buterin berpendapat bahwa model saat ini, di mana terdapat banyak jaringan layer-2, dapat menyebabkan fragmentasi pengguna dan likuiditas, serta pengisolasian aktivitas dan aset. Ia menekankan perlunya interoperabilitas maksimum untuk memastikan bahwa Ethereum tetap menjadi satu ekosistem yang terintegrasi. Performa Ethereum selama setahun terakhir telah tertinggal dari aset kripto lainnya. Harga Ethereum telah meningkat 65% menjadi $2.591, kalah dari Bitcoin yang naik 135% menjadi $67.000 dan Solana yang melonjak 517% menjadi $148, menurut CoinGecko.
Penurunan harga Ethereum tidak hanya disebabkan oleh dominasi jaringan layer-2, tetapi juga oleh kinerja Exchange Traded Funds (ETF) spot Ethereum. Tim Ogilvie, kepala institusional di Kraken, menjelaskan bahwa ETF spot Ethereum mengalami kesulitan menarik minat investor institusional. Salah satu faktor yang berkontribusi pada kurangnya minat adalah kurangnya hasil staking untuk investor ETF. Selain itu, konsep Ethereum sebagai "komputer yang dapat diprogram" yang didukung oleh kontrak pintar atau "uang ultrasonik" yang didasarkan pada biaya yang dibakar, tidak sejelas emas digital.
Sejak dirilis pada bulan Juli, ETF spot Ethereum secara kolektif telah mengalami arus keluar kumulatif sebesar $160.000, menurut CoinGlass. "ETH berada dalam situasi yang aneh saat ini", kata Ogilvie. "Jika kamu membangun portofolio untuk dana pensiun, apakah kamu benar-benar berinvestasi di masa depan blockchain sebagai sebuah entitas? Mungkin beberapa orang, tetapi itu adalah tambahan yang aneh untuk portofolio". Dominasi jaringan layer-2, yang menguras nilai dari Ethereum, dan kurangnya minat institusional, yang disebabkan oleh kurangnya hasil staking dan kurangnya kejelasan dalam konsep Ethereum, telah menghambat harga Ethereum.
Performa Ethereum yang tertinggal dari aset kripto lainnya telah memicu kekhawatiran di antara investor dan pengamat pasar. Situasi Ethereum saat ini menghadirkan dilema yang kompleks. Jaringan layer-2 menawarkan solusi penting untuk skalabilitas Ethereum, tetapi pada saat yang sama, mereka juga merugikan Ethereum secara finansial. Untuk mengatasi tantangan ini, Ethereum perlu menemukan cara untuk menjaga keseimbangan antara skalabilitas dan profitabilitas. Ethereum perlu memastikan bahwa ada keselarasan antara Ethereum dan jaringan layer-2, sehingga kedua pihak dapat tumbuh dan berkembang bersama.
Jika tidak, Ethereum berisiko kehilangan posisi dominannya dalam ekosistem kripto. Perkembangan ini menunjukkan bahwa dunia kripto sedang dalam tahap evolusi yang cepat. Adopsi jaringan layer-2 merupakan contoh nyata bagaimana teknologi blockchain berkembang dan beradaptasi dengan tuntutan pasar. Namun, evolusi ini juga menghadirkan tantangan dan pertanyaan baru. Di tengah dominasi jaringan layer-2, Ethereum perlu menemukan jalan keluar agar tetap relevan dan kompetitif dalam jangka panjang. Masa depan Ethereum tidak pasti, tetapi satu hal yang pasti: persaingan di dunia kripto semakin ketat, dan Ethereum harus beradaptasi dengan cepat untuk tetap berada di puncak.
Perkembangan ini tidak hanya berdampak pada Ethereum, tetapi juga pada seluruh ekosistem kripto. Dominasi jaringan layer-2 menunjukkan bahwa blockchain sedang mengalami perubahan besar, dan kripto yang dapat beradaptasi dan berinovasi akan menjadi yang paling sukses. Ethereum telah berhasil beradaptasi dengan perubahan selama ini, dan ada kemungkinan besar bahwa Ethereum akan terus berkembang dan berinovasi untuk menghadapi tantangan baru. Di tengah tantangan yang dihadapi, Ethereum juga memiliki potensi besar untuk tumbuh.
Perkembangan DeFi, NFT, dan metaverse terus mendorong permintaan untuk Ethereum. Masa depan Ethereum masih penuh ketidakpastian, tetapi ada kemungkinan besar bahwa Ethereum akan terus memainkan peran penting dalam ekosistem kripto. Namun, dominasi jaringan layer-2 yang terus meningkat merupakan ancaman serius bagi Ethereum. Jika Ethereum tidak dapat mengatasi tantangan ini, maka Ethereum berisiko kehilangan posisinya sebagai blockchain terkemuka di dunia.